"Hujan, bagi sebagian orang. Kerap kali di artikan sebagai bentuk dari kejadian Masalalu yg kelam."
Gadis mungil itu membuka matanya. Tetapi yg ia lihat pertama kali dalam penglihatannya hanya kekosongan. Tak ada secercah Cahaya lagi. & hal itu membuatnya semakin gelisah saja. Sedang berada dimana ia saat ini? Apakah listrik di tempat ini sedang padam?. Ia terus bergerak gelisah, hingga tiba tiba terdengar sayup sayup suara seseorang yg terdengar sedang berdebat dari kejauhan."Kamu jangan gitu Darvin, Deska tetep anak kamu! Terlepas dari dia Buta atau tidak!!!."
Deska yg masih belum mengerti dengan pembicaraan Nenek & Ayahnya terus berfikir keras. Gadis kecil berusia tujuh tahun itu terus memikirkan apakah sebenarnya yg tengah di ributkan oleh mereka, sehingga membuat keduanya saling meninggikan nada bicaranya.
"Dia Buta buk! Apa yg akan di katakan media nanti? Saat mereka tau kalau anak Seorang pelukis terkenal Darvin Stewara ternyata buta!?? Mau di taruh di mana Harga diri aku bu!."
Deska semakin takut mendengarnya. Suara Ayahnya terdengar seperti orang marah. Mengapa Ayahnya memarahi nenek? Mengapa Ayahnya membentak nenek? Padahal selama ini Ayahnya selalu menuruti perintah nenek & tak pernah berkata dengan nada tinggi padanya. Apalagi saat ini Nenek tengah sakit. Semakin bertambah gelisah gerakan tubuh Deska saat ini.
"UHUK UHUK, baiklah nak... terserah kamu... Deska akan tetap ibu rawat & sayangi. Silahkan jika kamu mau pergi sejauh mungkin Darvin... tetapi setelah ini, jangan anggap ibu ini sebagai ibu kamu lagii."
Brakkk
Setelah itu terdengar suara pintu di buka dari luar. Deska terus bergerak gelisah. Ia tak mengetahui hal apakah yg di bicarakan Nenek & Ayahnya barusan. Yg ia tau, hanya mereka yg tengah membicarakan tentang dirinya saja.
"Deskaa..."
Tiba tiba terdengar suara lembut nenek kalyani. Tangan hangatnya terasa menyentuh pipi Deska. Membuat Deska semakin resah, kenapa ia tak melihat kehadiran neneknya di sampingnya? Sementara ia bisa qmerasakan sentuhannya?.
Tiba tiba rasa sesak seakan membuncah dadanya, air matanya mulai turun membasahi Pipinya seiring dengan gerakan tubuhnya yg gelisah, " hiks hiks Nen-nenek... Nenek dimana? Hiks hiks, Kenapa Deska gak bisa ngelihat Nenek?."
Bukannya membalas, Nenek kalyani malah ikut menumpahkan air matanya. Ia begitu tak tega melihat keadaan Cucunya saat ini. Ia masih sangat kecil, masih tak begitu mengerti dengan Dunia ini yg terkadang memang kejam. Masih tak mengerti kalau seseorang bisa datang & meninggalkan. Masih tak begitu mengerti akan arti kepergian. "Nak... kamu yg sabara ya... Nenek akan selalu menemani kamu, nenek akan selalu ada buat kamu." Nenek Kalyani berucap dengan nada gemetar, sementara tangannya terus mengusap rambut Cucu kesayangannya dengan lembut & penuh kasih sayang.
"Nenek dimana sih!!! Kenapa Deska gak bisa lihat Nenek hiks hiks hiks." Deska semakin kesal. Air matanya pun semakin deras membasahi bajunya.
Nenek kalyani menyeka air matanya, & mulai berucap dengan nada gemetar, "Kamu buta nak, kamu gak akan bisa ngelihat nenek."
Seketika, Tubuh Deska langsung membeku. Dadanya sesak. Otaknya sulit untuk mencerna perkataan neneknya barusan. Ia baru mengetahuinya saat ini. Ternyata, ia buta? Jadi jika ia buta, berarti ia tak akan bisa melihat apapun lagi?. Seketika, Tangisnya semakin pecah. Tangannya mulai memukul mukul apapun yg bisa ia jangkau di dekatnya. Nenek kalyani mencoba untuk menenangkannya, tetapi Deska kecil masih terus mengamuk kesetanan. Ia masih belum bisa menerima apa yg terjadi pada dirinya.
---------------
JDERRR
"Nenekk!!!!!."
Gadis kecil itu meringkuk ketakutan di bawah tempat Tidurnya. Nafasnya naik turun, walaupun udara terasa dingin & di luar sedang Hujan deras. Tetapi tubuhnya tetap basah oleh Keringat. Kedua tangannya terus menutup telinganya dengan mata yg terus basah oleh air mata.
"Sayang... sini keluar nak..."
Deska tersentak merasakan tangan dingin yg menyentuh pundaknya. Hingga kemudian, terdengar suara lembut dari Neneknya.
"Deska... keluar sayang, sini Nenek peluk. Kamu jangan takut..."
"PETIRR, HUJANN, DESKA TAKUT NEKKK." Deska berseru ketakutan. Bukannya keluar dari bawah tempat tidurnya, tetapi ia malah semakin meringkuk ketakutan.
Kemudian dengan sabarnya, Nenek Kalyani menarik tangan Cucu satu satunya itu. Awalnya Deska tak menanggapinya, tetapi lama kelamaan ia mulai mau menerimanya & Langsung berhambur ke pelukan Neneknya saat keluar dari sana.
"Kamu jangan takut... Nenek ada di sini."
Orang tua yg sudah menginjak kepala empat itu menitihkan air matanya. Saat mengingat Anaknya yg telah tega meninggalkan Cucunya yg bahkan masih tak begitu mengerti apa apa. Cucunya yg masih belum mengerti akan kerasnya Kehidupan di luaran sana. Entah air mata ini mewakili kesedihannya yg mana, kesedihan karna ia tak bisa mendidik putranya. Atau kesedihan karna Melihat Cucu Kesayangannya harus mengalami nasib seperti ini.
"Nenek akan selalu ada buat kamu Sayang.... Nenek selalu sayang sama kamu, walau bagaimanapun keadaan kamu."
"Hiks hiks hiks Ayah Deska mana nek!? Deska pengen lihat pameran Lukisan Ayahh." Deska kembali merengek. Membuat Nenek Kalyani mengurut keningnya yg seketika pusing. Deska memang tak bertemu lagi dengan Ayah & Bundanya semenjak kejadian di Rumah sakit itu.
"Hmm Ayah ya? Ayah lagi kerja Sayang, nanti juga pulang." Hati Nenek Kalyani terasa teriris saat mengucapkan kalimat itu barusan. Walaupun sebenarnya, anaknya saat ini sedang berada entah dimana. Anaknya yg sudah tak ia akui sebagai anak lagi semenjak beberapa hari yg lalu, ketika kejadian di Rumah sakit itu. Anaknya, yg dengan teganya meninggalkan Putri semata wayangnya demi tetap menjaga imagenya. & mulai hari itu, Kalyani telah bertekad, bahwa ia akan terus berada di sisi Deska sampai maut memisahkan mereka. Sampai Deska bertemu dengan Kebahagiaannya yg sesungguhnya.
------------------------
Best Regards : Pujiiiii:)
KAMU SEDANG MEMBACA
Deska
Teen Fiction" jika bagi kalian hidupku hanya di penuhi dengan warna hitam, maka kalian salah besar! karna di setiap helaan nafasku, aku bisa merasakan berbagai warna Kehidupan." Deska arai Stewara, Seorang gadis mungil tunanetra yg bercita cita ingin menjadi Se...