JANGAN LUPA BANTU VOTE DAN COMMENT CERITA BARU AKU INI☃️
[CHAPTER 01 - SABDA SANG LUKA]
"Rangkaian tasbih rasa milik sang penyuka keheningan itu berisi butiran-butiran luka yang selalu ingin bersua dengan bahagia."
Sabda sang luka, 2020.Sebuah motor berhenti di halaman rumah berlantai dua, mata hitam legam lelaki pemilik motor menelisik rumah itu dengan malas. Suara helaan napas kasar terdengar dari mulutnya.
Haikal Fizzrian Malik, namanya. Lelaki itu turun dari atas motor dan melangkah menuju pintu masuk dengan sebelah tangan yang menenteng Helm. Ada rasa enggan sebenarnya untuk pulang ke rumah yang sudah menjadi tempat tinggalnya sejak masih bayi itu.
Rasanya seperti kembali ke neraka, penuh dengan sesuatu yang menyakitkan dan rasa sesak yang membuatnya kesulitan bernapas dengan benar.
"Sudah puas berbuat onar diluar sana hingga menjelang subuh seperti ini kamu baru pulang Haikal?"
Memang tak salah jika Haikal menganggap rumah ini sebagai neraka, terbukti ketika ia baru saja membuka pintu, dirinya langsung disapa dengan sapaan kasar serta tuduhan seperti itu.
Tak heran lagi, kata-kata kasar dan segala hal yang menyakitkan memang selalu diterima dan ditujukan untuk Haikal, hanya Haikal seorang.
"Apalagi yang kamu lakukan hari ini? Mabuk? Ke kelab malam? Atau bermain bersama jalang?" Tuduh Fabian dengan sengit. Tak ada sedikitpun pemikiran baik dari Fabian untuk anak bungsunya itu, Haikal.
Lelaki berusia 45 tahun itu baru saja menyelesaikan sahurnya untuk berpuasa sunnah senin-kamis seperti biasa, tapi siapa sangka ia malah mendapati sang putra bungsu yang baru saja pulang dari tempat antah-berantah.
Haikal menoleh ke kiri menyorot Fabian yang berdiri tak jauh darinya. Ada kilatan malas dimata Haikal saat menatap Fabian, pasalnya ayahnya itu selalu memakai baju koko panjang hingga lutut dan sarung yang menurut Haikal sangat tak keren dan terkesan norak.
"Kalau pun Haikal bilang Haikal baru aja kerja kelompok apa ayah percaya? Enggak kan?" Balas Haikal, lalu ia berjalan lurus memasuki rumah dan melangkah menuju tangga untuk menjauh dari Fabian yang kini mulai berjalan mendekatinya.
Fabian mengepalkan tangan kuat saat mendengar penuturan Haikal. "Bagaimana ayah bisa percaya jika ayah saja tahu perbuatan tercela yang kamu lakukan diluar sana!" Murka Fabian.
"Kalau udah tau ya nggak usah tanya lagi," sahut Haikal terlampau santai dan terus melanjutkan langkahnya.
Bagi Haikal ceramah seperti ini sudah biasa ia dengar dan dapatkan. Tak usah heran lagi. Lagipula jikapun ia melakukan hal baik, maka kedua orang tuanya tak akan pernah percaya. Lalu untuk apa susah-susah melakukan hal baik jika tak dipercaya.
Sebaik apapun sikap Haikal, bagi Fabian dan Fatma dirinya adalah sosok yang paling buruk dimuka bumi.
"Dulu Haidar saat sekolah tak pernah berbuat hal-hal buruk, selalu menjadi teladan dan kebanggaan. Lalu kenapa kamu seperti ini Haikal? Kapan kamu bisa seperti kakak kamu? Kamu harus menjadikan dia sebagai contoh yang baik."
Haikal mengepalkan tangan kuat, rahangnya bergemelatuk. Ini adalah hal utama yang membuat Haikal enggan untuk pulang ke rumah, ia paling tak suka di banding-bandingkan dan orang tuanya itu selalu saja membanding-bandingkannya dengan sang kakak si anak kesayangan semua orang.
Haikal tersenyum miris meratapi nasibnya, jika dilahirkan hanya untuk dituntut dan dibanding-bandingkan lalu untuk apa ia hidup lebih lama?
Toh kesayangan orang tuanya dan semua orang hanya Haidar, tak ada yang pernah memperhatikan Haikal, tak ada satupun. Haikal hanyalah sebuah khayalan semu jika ada Haidar disampingnya, selalu seperti itu sejak kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
SYAHADAT UNTUK HAIKAL
Teen Fiction"𝐒𝐚𝐭𝐮-𝐬𝐚𝐭𝐮𝐧𝐲𝐚 𝐛𝐚𝐡𝐚𝐠𝐢𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐠𝐮𝐞 𝐦𝐢𝐥𝐢𝐤𝐢 𝐬𝐞𝐤𝐚𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐝𝐢𝐫𝐞𝐛𝐮𝐭 𝐥𝐚𝐠𝐢." Amara adalah satu-satunya rumah bagi Haikal. Saat kegelapan menyelimuti seluruh jalan kehidupan Haikal hingga lelaki itu tersesat begitu...