CHAPTER 02

548 150 28
                                    

JANGAN LUPA VOTE & COMMENT DISETIAP PARAGRAF☃️

[CHAPTER 02 — ADA LUKA DI NETRANYA]

"Mata yang tajam, biasanya menyembunyikan sesuatu yang kelam."

Beradaptasi bukanlah hal yang mudah dan menyenangkan, begitulah sekiranya yang Amara rasakan saat berada di Jakarta. Lingkungan baru, culture baru, teman baru, dan segala hal tampak asing bagi Amara.

Sudah terhitung satu minggu Amara tinggal di Jakarta dan hari ini adalah hari ketiga dirinya masuk disekolahan baru. Tak ada yang berbeda dari sekolah barunya dengan sekolah yang dulu ia naungi.

Hanya saja ada satu perbedaan yang begitu Amara rasakan, yaitu jika disekolahan lama setiap siswi yang beragama Islam wajib mengenakan hijab, disini tidak. Ingin berhijab atau tidak itu hak individual masing-masing dari siswi.

Disekolahan baru tak banyak siswi yang memakai hijab, hanya ada beberapa dan Amara adalah salah satunya. Walaupun bukan hijab besar yang Amara pakai, tetapi setidaknya cukup untuk menutupi area dada dan rambut indahnya.

Amara masih belum bisa Istiqomah menggunakan hijab syar'i yang besar sampai menutupi area pantat seperti umi-nya. Ia hanya memakai hijab segitiga biasa seperti kebanyakan gadis sebaya, setidaknya ia bisa Istiqomah untuk tak pernah melepas hijab.

Bagaimanapun berhijab itu wajib bagi Muslimah, satu langkah keluar rumah tanpa memakai hijab saja sudah membuat satu langkah ayah kita lebih dekat dengan neraka.

Pada pukul tujuh pagi ini Amara baru sampai disekolah, karena hari ini adalah hari Senin jadi banyak pelajar yang datang lebih awal.

Mata Amara menelisik sekitar, area koridor begitu ramai, saat Amara melewatinya, ia menjadi pusat perhatian, bagaimana pun Amara adalah murid baru dan mengenakan hijab, pasti banyak yang penasaran, itu sudah hal yang lumrah.

Suara bising terdengar saat Amara masuk kedalam kelas, ia menggeleng pelan saat melihat betapa heboh teman barunya, ada yang sedang membenahi tatanan rambut agar terlihat lebih cetar, ada yang sedang memasang dasi, ada pula yang sedang memakai rompi serta almamater, dan parahnya ada suara melengking bendahara kelas yang menagih uang kas.

Amara tersenyum tipis, suasana yang seperti ini tak jauh berbeda dengan suasana disekolah lamanya. Memikirkan hal itu membuat Amara rindu akan sahabat-sahabatnya di Lampung.

"Guys semalem gue liat story ig-nya Cleo lagi ada di club malam sama temen-temen satu circle-nya. Parah banget nggak si?" Baru saja Amara duduk, ia mendengar chairmate-nya bergosip dengan dua teman yang berada tepat dibelakang bangkunya.

"Iya anjir, gue juga liat si Haikal nge-repost story-nya Cleo. Kalo ada yang cepuin ke BK, auto mampus tuh mereka berempat," salah satu dari mereka menyahut.

Amara hanya diam dan mendengarkan, lagipula tak banyak yang ia tahu disekolahan baru ini.

Agnis—chairmate Amara, menoleh menatap Amara dan berkata dengan serius, "Amara Lo jangan sampe deket-deket sama mereka ya, mereka nggak baik. Mana belum lama juga salah satu dari mereka, si Haikal katanya kepergok ciuman sama adek kelas di taman, parah nggak ngotak banget. Seenggaknya kalo mau ciuman jangan disekolah lah," gerutu Agnis dengan kesal.

Amara mengerjap tak mengerti, netra beningnya menatap penuh tanya pada Agnis. "Memang siapa yang kamu maksud? Mereka siapa?" Tanya Amara bingung.

"Mereka itu satu angkatan sama kita, kelas dua belas IPS 2. Namanya ada Haikal, Cleo, Gabriel, sama ada Zico. Mereka terkenal sama kenakalannya, pembawa masalah, pokoknya segala hal yang jelek ada sama mereka, parahnya lagi mereka suka mainin cewek," sahut Reva dengan bergidik, gadis yang duduk tepat dibelakang bangku Amara.

SYAHADAT UNTUK HAIKALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang