JANGAN LUPA VOTE DAN COMMENT DISETIAP PARAGRAF ☃️
[CHAPTER 03 — SEBUAH KELUARGA IMPIAN]
"Ibu adalah madrasah bagi anaknya, tetapi sayang ada beberapa anak yang mendapatkan madrasah tak layak."
Langit telah mulai dilukis dengan cahaya jingga yang indah, menandakan jika sebentar lagi matahari akan tergantikan oleh terangnya bulan. Amara selalu suka melihat senja, banyak pelajaran yang bisa diambil dari filosofi nya.
Sembari melangkah, mata Amara sesekali menatap ke langit, tak berniat mengabaikan keindahan yang diberikan Sang pencipta. Amara saat ini berniat membeli mie ayam yang berada disebrang jalan, letaknya tak jauh dari perumahan yang ia tinggali.
Gadis bertubuh ramping itu nampak anggun Dengan balutan midi dress berwarna mint motif bunga-bunga khas Korean style dan hijab putih. Kakinya terpasang sebuah flat shoes dengan hiasan pita kecil diatasnya.
Sudah tiga hari berlalu semenjak pertemuan Amara dengan Haikal and the geng, tapi syukurnya tak terjadi hal buruk seperti yang dikatakan Agnis. Mungkin terlalu banyak kata yang dilebih-lebihkan saat menggambarkan sosok Haikal hingga para murid berfikir buruk tentang lelaki itu, padahal Haikal tak ada bedanya dengan kebanyakan remaja lain.
Ditengah perjalanannya, netra Amara menangkap sosok lelaki yang berlari dengan langkah terseok-seok, langkah Amara melambat dan seketika berhenti. Amara mengamati lelaki itu dari jauh, perawakannya tak asing bagi Amara. Ingin mendekat tapi Amara takut jika lelaki itu bukan orang baik.
Kening Amara refleks mengernyit saat melihat lelaki itu bersembunyi dibalik pohon dengan nafas yang terengah-engah, seperti sedang bersembunyi dari kejaran seseorang.
Memberanikan diri, akhirnya Amara melangkah cepat menghampiri sosok misterius itu. Kernyitan semakin terlihat dalam saat Amara dapat melihat dengan jelas lelaki itu dari dekat.
"Kamu?" Gumam Amara kaget, lelaki misterius tadi adalah Haikal. Keadaannya sungguh mengenaskan, wajah penuh dengan luka lebam, mulai dari sudut bibir, tulang pipi dan kening, bahkan tangannya juga terluka, seperti bekas cakaran seseorang.
Haikal mendongak dengan lemas, kepalanya terasa sangat pening hingga membuat pandangannya sedikit buram, tapi ia masih dapat mengingat jika gadis dihadapannya adalah gadis yang beberapa waktu lalu menemukan rompinya.
"Tolongin gue..." Pinta Haikal lirih, sangat lirih hingga Amara takut jika lelaki itu akan pingsan ditempat.
Lidah Amara kelu, untuk menelan saliva saja terasa kaku. "Kamu... Kamu nggak habis mencuri, kan?" Tanyanya ragu.
Haikal memberikan tatapan tajam pada Amara, "Lo gila ya?" Balas Haikal kesal.
Oke sepertinya jika melihat respon dari Haikal, lelaki itu masih kuat dan tak akan pingsan ditempat.
KAMU SEDANG MEMBACA
SYAHADAT UNTUK HAIKAL
Roman pour Adolescents"𝐒𝐚𝐭𝐮-𝐬𝐚𝐭𝐮𝐧𝐲𝐚 𝐛𝐚𝐡𝐚𝐠𝐢𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐠𝐮𝐞 𝐦𝐢𝐥𝐢𝐤𝐢 𝐬𝐞𝐤𝐚𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐝𝐢𝐫𝐞𝐛𝐮𝐭 𝐥𝐚𝐠𝐢." Amara adalah satu-satunya rumah bagi Haikal. Saat kegelapan menyelimuti seluruh jalan kehidupan Haikal hingga lelaki itu tersesat begitu...