Chapter 1

8 2 0
                                    

Suara teriakan dari para penonton langsung menggema ke seisi penjuru aula SMA Rajawali. Hari ini tepat pada tanggal tujuh belas Agustus, tahun kemerdekaan Indonesia, SMA Rajawali mengadakan pertandingan basket dengan tim basket SMA Merah Putih. Murid SMA Merah Putih berbondong-bondong datang untuk mendukung tim basket SMA Merah Putih, yang berada di bagian kanan. Sedangkan bagian kiri, diisi oleh murid SMA Rajawali. Pertandingan sudah berjalan dengan baik, murid SMA Rajawali pun tidak kalah heboh dalam memberi semangat. Khususnya Naya. Gadis itu tidak berhenti meneriaki nama Nicholas Jevano Mahatma, kakak kelas yang sudah menjadi pacarnya selama hampir satu tahun.

"KIW KIW KAK JEAN SEMANGAT!"

"KAK JEAN! KAK JEAN! KAK JEAN!"

Jevano, atau lebih dikenal dengan nama Jean tersenyum manis saat mendengar suara kekasihnya. Jean mengedipkan sebelah matanya yang membuat kaum hawa teriak histeris. Senyum Jean manis banget, woi!!

"Jangan bucin mulu deh, Nay."

"Syirik aja lo, dasar prenjon."

Renjana, sahabat Naya yang sering dipanggil dengan nama Rere, kesal mendengar ucapan Naya. "Sialan lo!"

Suara berat kumpulan anak-anak cowok SMA Rajawali pun ikut memeriahkan pertandingan tersebut. Terutama kumpulan geng The Cangkemanz, yang beranggotakan sembilan orang yaitu, Jean, Nathan, Raka, Hasta, Aji, Juna, Candra, Naya, dan Rere. Raka, Hasta, dan Candra tidak masuk tim basket, melainkan tim sepakbola. Suara mereka sangat heboh, apalagi ditambah dengan Naya. Banyak siswi dari SMA Merah Putih curi-curi pandang ke arah geng The Cangkemanz. The Cangkemanz memang digemari banyak orang, terutama untuk kalangan kaum hawa.

Pandangan Naya tetap ke arah Jean. Cowok itu masih seperti biasa, ah tidak kali ini sangat luar biasa. Jean tetap keren, apalagi kalau Jean memakai baju basket seperti saat ini. Tiap gerakan demi gerakan, Nadin pandang dengan lekat, ia jadi teringat saat pertama kali ketemu dengan Jean.

"Kak, masih sama. Aku terus berdoa agar kita bisa terus bersama."

Suara teriakan murid SMA Rajawali menggema, tim basket SMA Rajawali berhasil memenangkan pertandingan kali ini.

Cowok bermata sipit dengan tinggi 177 cm menghampiri pacarnya, Naya, dengan kaos olahraga yang basah karena keringat.

"Sayang!"

"Sini, duduk, biar aku bersihin keringatnya." Jean duduk disamping Naya, sembari mengambil botol air minum dari tangan Naya.

"Gimana tadi, aku keren nggak, Ay?"

"Selalu keren!"

"Hadeh, ini dua orang bucin mulu," sindir Candra. Naya menoleh ke arah Candra dengan tawa kecil, yang membuat Jean menatap tajam ke Candra.

"Ganggu lo."

"Ay jangan ketawa-ketawa ke Candra, dia kan bibit-bibit pepacor."

Candra pun tidak terima. "Ye, sekate-kate lo. Gini-gini yang suka sama gue banyak ya. Secara gue kan anak tunggal kaya raya."

Nay menggeleng-gelengkan kepalanya dengan kekehan. "Jangan gitu, kasihan Kak Can-nya."

"Semuanya, gue pamit ke kelas dulu ya," pamit Rere.

"Gue anterin, ya, Re?"

"Nggak usah, Kak Juna di sini aja dulu."

"Bestie, gue ke kelas dulu ya," pamit Rere ke Naya yang dibalas 'oke' oleh Naya."

Juna memandang ke arah Rere yang semakin jauh dari hadapannya, ia menghela napas lelah.

"Kak Jean, Kak Nathan boleh minta foto bareng nggak?" Dua siswi SMA Rajawali yang menyukai anggota tongkrongan anak muda, meminta foto bareng. Mereka berdua ingin sekali menjadi salah satu pacar dari geng The Cangkemanz, namun sayangnya Jean sudah mempunyai pacar. Banyak hati yang potek saat mendengar bahwa Jean mempunyai pacar, pacarnya cantik lagi. Ya, Nayanika Kirana Shanum.

"Boleh, sini." Itu suara Nathan.

"Izin ke pacar gue dulu." Kalau itu suara Jean, dia memang tidak suka kalau ada orang yang meminta foto bareng, males katanya.

"Ya kalau izin dulu pasti nggak dibolehin lah, foto sama Kak Nathan aja deh."

Setelah foto-foto dengan Nathan, dua siswi itu pun pergi. Sebelum pergi, mereka bisik-bisik namun masih terdengar jelas di telinga Naya.

"Dih, Naya sok cakep banget. Padahal kan cakepan gue."

"Tau tuh, pake pelet apa ya dia?"

Mata Naya pun seketika melotot. "Pake pelet reog, mau coba nggak?"

Dua siswi itu mengerjapkan matanya, mereka berdua tidak sadar kalau suaranya terdengar jelas. Dua siswi tadi pun segera melarikan diri.

"Lucu."

"Siapa?"

"Ya kamu lah."

Cewek mana yang tidak terpesona dengan Jean kalau dibilang lucu seperti ini?

"Besok lusa kamu olimpiade 'kan? Semangat ya, jangan kecapekan, kamu harus fokus supaya bisa membanggakan diri kamu, aku, dan orang tua."

Naya menganggukkan kepalanya. "Pasti, Kak! Kamu doain aku terus, ya, biar bisa menang!"

"Aku pasti selalu doain kamu."

"Loh emangnya doa lo sampe? Tuhan aja beda." Nathan, sekalinya ngomong langsung nancep ke hati.

"Kasian, beda agama ya?" Aji ikut-ikutan mengompori.

Naya tersentak ketika mendengar kata 'Tuhan aja beda'. Ia sadar kalau dirinya dan Jean berbeda. Jean yang melihat perubahan raut wajah Naya pun seketika menatap tajam ke Nathan. Nathan yang ditatap seperti itu hanya cengengesan. "Berisik lo, Nath, Ji."

"Kadang aku lupa kalau kita itu berbeda. Sejak awal pun aku sadar, dan tau konsekuensinya. Namun, aku selalu berdoa kepada Allah biar kita bisa bersama terus, entah sampai atau nggak aku pun nggak tau. Aku harap apapun endingnya nanti, kamu masih mau kenal sama aku."

***

Kasihan beda agama, lebih kasihan lagi kalo beda agama, prenjon, virtual lagi. Eh maaf...

Oh iya, mau aku update cepet apa lama? Kalau cepet satu chapter isinya sedikit sekitar 800an kata, kalau lama satu chapter isinya sekitar 1000-1500an kata, jadi gimana?

<3

NESTAPATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang