Yoshi mengedarkan pandangannya kala memasuki sebuah toko roti kecil yang selama ini menjadi tempat bernaung laki laki mungil yang baru ia temui.
Yoshi tak bisa menolak tawaran si mungil untuk tinggal sesaat. Ia sadar kini dirinya tak bisa pulang, ego dan rasa sakit hatinya terlalu besar untuk diabaikan.
Tap
Tap
Laki laki mungil itu datang membawa sebuah handuk dan selimut serta menawarkan sebuah teh hangat yang tak bisa Yoshi tolak karena dingin sudah menjalar pada tubuhnya.
"Terimakasih".
Selanjutnya suasana berubah menjadi begitu hening dengan Yoshi yang menyeruput teh nya pelan dengan masih mengedarkan pandangannya ke tiap inci toko roti tersebut.
"Maaf telah merusaknya. Aku bisa menggantinya jika kau mau."
Rasa bersalah memenuhi Yoshi kala melihat laki laki mungil itu memegangi tongkat yang rusak tadi dengan erat.
Namun lagi lagi si mungil menggeleng menolak tawaran Yoshi.
"Tak usah, lagipula benda ini memang sudah tua" tawa kecil diakhir kalimatnya terdengar sendu.
Pikiran Yoshi menyelam mencoba mencari topik pembicaraan lain. Bagaimanapun rasa bersalah kini menumpuk dalam dirinya.
"Boleh aku tau namamu?"
"Ah maaf. Namaku Takata Mashiho" laki laki mungil itu segera mengalihkan atensi penuhnya ke arah Yoshi.
Yoshi membeku kala melihat wajah laki laki mungil itu secara jelas sekarang. Senyumnya berubah kecut memandang wajah mashiho yang tersenyum tipis.
Ia baru sadar pupil mata mashiho berwarna putih.
Hatinya mencelos melihat mashiho yang masih bisa tersenyum bahkan menyelamatkan dirinya dari pikiran bertemu mendiang sang ibu.
"Kau tinggal sendirian?"
Mashiho tau nada suara itu sarat akan rasa iba. Sebuah nada yang selalu ia dengar dari orang orang yang memandang nya sebagai manusia cacat dan tak bisa apa apa.
Laki laki mungil itu tersenyum dan mengangguk.
"Kau pasti kasihan padaku setelah melihat mata miliku."
Yoshi lagi lagi diam. Mashiho seperti bisa membaca pikirannya saat ini.
"Lihat bukan bahwa aku bisa bertahan hidup sampai sekarang. Tak perlu kasihan padaku, aku bisa menjalani kehidupan seperti kebanyakan orang normal walaupun tanpa mata sekalipun."
Yoshi berkerut. Pikirannya penuh akan tanda tanya, bagaimana semua hal tadi bisa dilakukan oleh orang yang tak bisa melihat.
"Aku bisa memanfaatkan indera ku yang lain seperti telinga dan hidung ataupun merasakan getaran tiap objek. Semua indera ini membantuku untuk mengenali dan juga menggambarkan bagaimana keadaan disekitarku."
"Tapi hujan membuat konsentrasi ku buyar."
"Jadi intinya aku tak perlu dikasihani karena Tuhan memberiku kemampuan lain yang tak semua orang punya untuk hidup" lanjut Mashiho menggebu-gebu.
Mashiho tersenyum bangga kala sadar laki laki didepannya berdecak kagum dengan pelan.
"keren bukan."
Yoshi terkesima sesaat. Rasa kagum muncul kala melihat sosok Mashiho yang begitu tegar dan tetap berusaha menjalani hidupnya, berbeda dengan dirinya yang bahkan sudah ingin menyerah.
Sebaliknya Mashiho tau bagaimana Yoshi sekarang yang sedang tak baik baik saja.
Mashiho mendekati Yoshi dan memeluknya. Sebuah cara yang selalu ia dapatkan dari kedua orang tuanya saat belia.
KAMU SEDANG MEMBACA
candle light [ Yoshiho ]
FanficSosok tegar namun rapuh bak sebuah cahaya lilin yang terus mencoba bersinar di saat angin bertiup. Hingga sebuah cahaya redup datang dan membagikan cahayanya mengubah hidup seorang yoshinori.