What the reason

507 119 58
                                    

FM



"Milli, udah pulang?" Yoona bertanya saat Sehun masuk tergesa ke dalam rumah, Sehun tak menjawab dan berjalan cepat menaiki tangga menuju kamarnya.

"Millia? Kenapa, Nak?" Yoona berdiri dari sofa dan menatap putranya namun Sehun tetap abai dan menutup pintu kamarnya keras. Sehun melempar tasnya ke lantai dan menjatuhkan tubuhnya ke atas ranjang kemudian dia terisak di atas bantal.

"Hiks, hiks…" Sehun meredam tangisnya pada bantal, ia mengusap air matanya, tak tahu mengapa dia menangis, sehun merasa bersalah pada dirinya sendiri karena bicara pada Chanyeol, apa Chanyeol mendengar suaranya? Seharusnya itu tak boleh terjadi, Sehun tak boleh melakukannya.

"Millia."

Ibunya mengetuk pintu kamarnya, Sehun segera menghapus air matanya.

"I'm okay, Ma…" Sehun menyahut serak, Yoona menghela nafas pasrah di balik pintu.

"Jangan nangis, nanti suaramu serak terus hilang," ujar Yoona lembut.

"Kalau lapar, Mama sudah menyiapkan makanannya di meja makan ya." Setelah mengucapkan itu, Yoona pergi meninggalkan kamar Sehun. Sehun bergegas bersandar pada ranjang, pasti Chanyeol heran mengapa Sehun langsung berlari setelah dia sadar, mungkin jika Chanyeol peduli padanya, pria itu mencarinya di sekolah.

Drtt drtt

Ponselnya berdering, Sehun segera mengambil ponselnya dari dalam tas dan menemukan pesan email masuk dari kakaknya. Natt pasti ingin mengajaknya video call, Sehun pun segera membuka aplikasi Skype, tak lama kemudian wajah kakaknya pun memenuhi layar tab Sehun.

"Millia, eh?" Natt menyadari wajah Sehun yang tampak sembab, air muka astronot tampan itu pun berubah cemas.

"Mil, kenapa?" Natt bertanya lembut, berharap Sehun berbagi kesedihan padanya.

"A–aku…" Sehun agak kesusahan bicara, cowok manis itu terbatuk singkat dan Natt pun menghela nafas di sebrang telepon.

"Dokter kan udah bilang, kamu nggak boleh kelamaan nangis, nanti suara kamu ilang, Milli."

Sehun hanya diam mendengar ucapan kakaknya. Sedikit senang jika suaranya hilang, itu tandanya Sehun tak perlu repot-repot menyembunyikan suaranya dari setiap orang.

"Hari ini… aku ngomong di depan orang baru." Sehun berkata lirih, setetes air mata jatuh lagi dari mata indahnya.

"Aku takut…" Matanya berkaca-kaca dan mengisyaratkan ketakutan, Natt yang melihat itu seperti mendapat pukulan telak di dadanya, dia merasa sesak melihat ketakutan adiknya.

"Mil, itu bukan kesalahan. Itu bagus, Dek." Natt lebih dekat pada laptop, ia menatap adiknya lekat.

Sehun menggeleng keras dan mulai terisak.

"Aku udah janji sama diriku sendiri untuk nggak pernah bicara sama siapapun, tapi aku ngelanggarnya. Aku bicara sama Dio, Karina, Krystal, sekarang aku bicara sama Filli…"

Natt masih setia mendengarkan keluh kesah adiknya, dia harap dirinya selalu ada untuk Sehun, apalagi di saat-saat terpuruk adiknya, namun apa daya, pekerjaan Natt mengharuskan ia jauh dari Sehun dan juga seluruh keluarganya.

"Aku bahkan nyanyi di radio sekolah, aku–"

"Kamu nyanyi?" Natt menyela tak percaya, Sehun pun mengangguk kemudian menunduk.

"Mil, itu bagus! Itu kemajuan! Dokter pasti seneng denger ini." Natt berubah antusias.

"Nggak, Kak." Lagi-lagi Sehun menggeleng.

FM (CH) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang