Sorry Millia

555 121 36
                                    

FM






Sehun berjalan menyusuri rak demi mencari manekin kesayangan Pak Yunho yang selalu ia bawa setiap kali mengajar di kelas.

Langkah Sehun terhenti, cowok manis itu geleng-geleng kepala ketika sudah sampai di depan manekin wanita setengah badan.

"Ini dia." Sehun segera mengambil manekin tersebut dan berjalan menuju pintu, tangannya memutar knop tersebut namun kemudian dahinya mengernyit ketika pintu tak mau terbuka.

Sehun mencobanya beberapa kali namun hasilnya nihil, pintu tetap tak terbuka. Sehun pun menggedornya namun kemudian dia ingat bahwa setiap ruangan di sekolah ini kedap suara, artinya tak ada gunanya Sehun menggedor pintu tersebut. Cowok berparas manis itu menghela nafas dan mencoba mencari sesuatu yang bisa ia gunakan untuk membuka pintu tersebut.

Seingat Sehun, saat ia masuk tadi, pintunya tak tertutup, lalu bagaimana bisa sekarang terkunci begitu?

Tunggu... Apa? Terkunci? Dirinya terjebak di dalam sini? Tiba-tiba Sehun berhenti melangkah saat ia ingat kejadian hari itu.

"Kenapa pintunya nggak bisa dibuka?"

"Pintunya gue kunci."

"Buka pintunya!"

Sehun menegang, violinnya terjatuh saat dirinya merasa Dejavu, sebenarnya itu adalah sekelebat ingatan tentang kejadian yang sudah merenggut suaranya beberapa tahun lalu.

"Astaga..." nafasnya memburu, Sehun kembali menuju pintu dan menggedornya sekuat tenaga.

"Help me, please..." Sehun berkata gemetar, ia kalang kabut karena takut, bola matanya bergulir resah dan saat itu juga Sehun melihat sesuatu yang janggal.

Kepulan asap masuk melalui ventilasi udara yang terhubung ke Laboratorium IPA, keningnya berkerut cemas. Apa itu?

••••

"Prittt, cukup!"

Kepala Chanyeol menyembul dari dalam air saat Pak Changmin meniup peluitnya.

"Fillian Chanyeol Santoso, prakteknya selesai, kamu dapet nilai B," ujar guru olahraga tampan itu sembari menulis sesuatu di papan jalannya.

Chanyeol keluar dari air dengan kondisi basah kuyup dan hanya mengenakan celana kolor saja. Ia menatap pak Changmin protes.

"Masa dapet nilai B? Perasaan saya berenangnya bagus kok."

Pak Changmin yang mendengar keluhan anak muridnya itu pun memutar mata jengah.

"Iya sih, tapi kamu selalu telat ikut praktek, jadi nilainya bapak kurangin," ujar Pak Changmin enteng membuat Chanyeol kesal, dia baru saja hendak kembali melayangkan protes saat mendengar bunyi alarm tanda kebakaran berbunyi nyaring di seluruh penjuru Scarlett.


Kringggggggggggg

Chanyeol dan Pak Changmin spontan terkejut. Pak Changmin segera membuka ponselnya untuk mengecek informasi, Chanyeol mengeringkan rambutnya buru-buru, apakah sekolah ini kebakaran? Kalau begitu mereka harus keluar dari sini.

"Laboratorium IPA yang berada di ujung koridor kebakaran, ada cairan mudah terbakar yang tumpah mengenai kain, damkar sudah menuju ke sekolah. Jangan panik dan jauhi laboratorium, untunglah kebakarannya belum merembet kemana-mana," jelas Pak Changmin pada Chanyeol sembari melemparkan seragam Chanyeol pada anak muridnya itu.

"Cepat pakai seragam, habis itu pergi ke halaman sekolah, seluruh murid harus dievakuasi," ujarnya lagi dan Chanyeol pun membawa celana gantinya menuju kamar mandi.

FM (CH) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang