16.

1.4K 143 131
                                    

Cinta damai, tidak boleh mengamuk yaaa 😄

Valda meringis sembari menangis, ia begitu kesakitan disaat Naufal tengah melakukan operasi dadakan yang sangat sembarangan untuk mengeluarkan peluru dan menjadi luka tembak pada pundak Valda.

Ia menangis tanpa henti, sakit, sungguh sakit yang luar biasa kini mendera dirinya yang hanya mampu ia lampiaskan pada pelukan eratnya untuk Shandy, Shandy pun tidak protes walau lengan dan pundaknya menjadi sasaran empuk untuk Valda cakar dan gigit sebagai pelampiasan rasa sakit.

Disisi lain ada Jagad yang bersandar pada tembok dengan tangan yang masih menggenggam erat pistolnya, memalingkan wajah tak mau melihat bagaimana kesakitannya Valda, ia tidak bisa dan tidak kuat, bahkan keinginan terbesarnya saat ini mungkin untuk menjadi tuli, agar tidak mendengar suara erangan dan isakan yang luar biasa keras dari orang yang dicintainya.

Yasa yang dilimuti oleh emosi tak ada batasnya, ia beranjak dari duduknya berjalan menggebu-nggebu untuk menarik lengan Janu agar mengikutinya, langkahnya berhenti saat mereka sampai diruang tengah rumahnya.

"Dasar brengsek!" Plak!! Tamparan keras Janu terima dari Yasa seolah tidak takut saat Janu saja menenteng pistol dengan ringannya, bisa-bisa ia ditembak tanpa ampun karna macam-macam pada pria itu.

"Kenapa? Hah?!! Kenapa mendekati kami?! Ingin membunuh kami? Hah?! Dasar bedebah! Enyah kalian, brengsek!" Jeritan Yasa sudah tidak bisa dikontrol keras suara yang sarat akan frustasi itu, bahkan ia memukul-mukul dada Janu yang hanya bisa diam.

"Kembalilah." Hanya itu yang dikeluarkan dari bibir seksi milik Janu, Yasa mendongak menatap nanar pada pria yang sungguh ia cintai tanpa henti walau rasanya ia ingin sekali membenci.

"Hah! Kau yang pergi dari sini, brengsek! Pergilah! Jangan ganggu kami! Dasar manusia tidak memiliki adab, kalian membunuh sebagai pekerjaan, hah? Sinting!"

"Kembalilah sebelum aku lupa harus melepaskanmu dan bertanggung jawab atas anakku, jangan memancingku untuk menjadi ayah yang jahat, Yasa." Keduanya kini saling beradu pandang, Yasa dapat jelas melihat sorot mata lelah, putus asa, frustasi luar biasa dimata Janu.

Naufal telah selesai menjahit luka Valda, kini Valda bahkan pingsan karna saking tidak kuatnya menahan sakit, karna ia tidak mendapat bius sebelum operasi sembarangan tadi.

Shandy bergerak dengan ragu mendekati tubuh tegap Naufal yang tengah membereskan beberapa alat untuk mengoperasi Valda, ia tidak tahu, harus membenci pria itu atau tidak, tapi hatinya tidak bisa berhenti mencinta.

"Katakanlah." Ujar Naufal bahkan tidak melihat Shandy tapi ia tahu jika pria itu ingin mengatakan sesuatu padanya.

"Kau mencintaiku?" Pertanyaan yang lumrahnya tidak ditanyakan oleh korban sandera pada si pembunuh bayaran yang menyandera, bukan?

"Sangat." Naufal berbalik memandang lembut pada Shandy yang nafasnya terdekat, lalu? Ia harus apa? Senangkah? Haruskah ia senang dicintai oleh orang yang ingin membunuh sahabatnya?

"Kenapa Valda? Kenapa bukan orang lain? Kenapa juga harus kamu? Kenapa kamu bukan orang biasa saja, Naufal. Kenapa pekerjaanmu harus seperti ini? Hah?" Suara Shandy melemah selaras dengan sorot matanya yang seolah menyerah dengan keadaan.

"Bersabarlah." Mengecup sebentar kening Shandy sebelum melenggang pergi namun langkahnya terhenti akan suara Jagad yang tengah menelpon orang dibalik semua ini, Sendy.

"Fuck?!! Kekasihmu ada disini, bodoh! Kau ingin dia mati, huh?" Sentak Jagad setelah mendengar ancaman yang sungguh gila dari orang disebrangnya.

"Aku tidak peduli, bunuh saja Hema, yang pasti kalian harus membawakan jasad Valda sepuluh menit dari sekarang, jika tidak? Rumah itu akan meledak secepatnya." Semua orang menegang, mereka semua dapat mendengar apa yang diucapkan oleh Sendy dari telepon itu.

Disamping keterpakuan dan kepanikan semua orang, ada Hema yang terduduk memeluk lututnya dengan erat, dengan hati yang kecewa luar biasa, ia tadi tidak salah dengar bukan? Kenapa? Katanya pria itu mencintainya, tapi kenapa tidak masalah jika kehilangan dirinya? Apakah ia tidak seberharga itu? Lalu kenapa Sendy mengejarnya?

"Kenapa? Katanya kamu mencintaiku, tapi kamu bahkan tidak segan memerintahkan orang untuk membunuhku." Lirih Hema dengan tangis yang perlahan luruh dengan pilu.

"Kita kecolongan, sebelum mereka pergi, mereka sempat memasang bom disekeliling rumah ini, dan Sendy akan meledakkannya jiak kita tak kunjung memberikan jasad Valda padanya." Jelas Jagad pada Naufal dan Janu.

"Kita harus bagaimana?" Kini Jagad, Naufal, dan Janu berkumpul di ruang tengah untuk berdiskusi langkah apa yang akan mereka ambil dalam waktu yang begitu sempit.

"Bagaimana jika kita melapor polisi?"

"Kau gila? Pikirkan calon anakmu, jika kita melapor kita pasti akan tertangkap juga."

"Tidak bisa, Sendy seorang mafia, ia memiliki banyak antek-antek yang bekerja dikepolisian dan pemerintahan, kita akan kalah." Ujar Naufal, mereka kebingungan dalam mencari solusi terbaik sampai

"Aku tahu apa yang harus kita lakukan." Jagad berseru dengan yakin, setelah mengambil keputusan yang begitu sulit akhirnya mereka kembali ke kamar dimana Yasa, Hema, Shandy, dan Valda berada.

Naufal dan Janu menggiring Shandy, Yasa, dan Hema untuk keluar kamar dan hanya menyisakan Valda serta Jagad.

"Apa?" Valda sudah siuman dari pingsannya. "Kenapa? Kenapa membuatku jatuh hati disaat yang kamu mau hanya nyawaku? KENAPA JAGAD?!!!" Tanya Valda dengan histeris, mungkin ia akan gila lama-kelamaan karna situasi yang sangat jauh dari keinginannya.

"Ssst, aku mencintaimu." Ujar Jagad suara tegasnya entah kenapa sekarang menghilang digantikan suara lemah tak berdaya.

"Maksudny--" Valda tak bisa menyelesaikan perkataannya disaat Jagad melepaskan semua pakaian yang dipakai oleh mereka berdua dan menukarnya.

Kini Valda tampil begitu sangar dengan pakaian serba hitam dan Jagad yang terlihat kesempitan memakai bajunya.

"Tetap berada didekat Janu, selamat tinggal." Bisik Jagad untuk yang terakhir kali sebelum Valda tiba-tiba ditarik keluar oleh Janu meninggalkan Jagad dan Naufal yang baru saja masuk ke dalam kamar itu.

"Sebenarnya ada ap---"

Dor!!!

Mata Valda mendelik sontak menengok menatap pintu kamar yang tertutup rapat, telinganya tidak salah dengar bukan? Itu tadi suara tembakan, dengan ganas ia meronta untuk berbalik menuju kamar dan benar saja sesuai ketakutan dan dugaannya, saat pintu itu ia buka dengan lebar, ia dapat melihat dengan jelas bagaimana Jagad yang sudah terkapar diatas lantai dengan bekas tembakan tepat diarea dimana jantungnya berada.

"JAGADDDD!!!" Teriaknya dengan histeris, ia ingin masuk dan membangunkan pria itu, tidak,
Jagad belum meninggal kan? Jagad tidak mungkin meninggalkannya kan? Namun Janu lebih dulu menahan tubuhnya tidak mengijinkannya untuk masuk.

Valda menangis untuk kesekian kalinya dengan hati yang ikut tersakiti, kepalanya terus menggeleng lebih kencang disaat kini ia melihat Naufal berusaha memisahkan bagian tubuh Jagad satu sama lain.

"Tidak! Jangan! Jagad!! Bangun!! Jangan tinggalin Valda!! Jagad!!!!!" Ia melihat betapa kejinya tubuh Jagad yang sudah dicerai-berai dan yang lebih menyakitkan disaat Naufal memisahkan kepala Jagad dari tubuhnya, sontak Valda langsung melemas, ia tidak bisa kehilangan Jagad, tidak bisa, kenapa? Kenapa takdirnya sebegini buruknya?

Iya, inilah pilihan Jagad, ia lebih memilih untuk menjadi Valda, ia akan menggantikan pujaan hatinya, lebih baik dirinya yang mati daripada ia harus membunuh pujaan hati, memang tidak mudah, namun tidak ada cara lain lagi, ia sangat mencintai Valda, semoga kekasihnya hidup dengan bahagia didunia walau tanpanya, semoga.

*******
Hehe:v
Ngga jelas bangettt😭😭😭
Dahlah

Tamat.

Archive (BTS) #FAKEINSTAGRAM [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang