Heeseung terbaring lemas di kasurnya. Badannya panas, berkeringat dingin, sambil bergulung dalam selimut. Sejak dini hari ia terbangun hingga mamanya tidak jadi berangkat kerja, karena gantian jadi Heeseung yang demam akibat berdiam di bawah hujan semalam tanpa melindungi dirinya.
Ia bergumam pun tidak jelas. Tangannya gemetaran setiap memegang gelasnya untuk minum. Atau tidak kuat berdiri karena pusing yang menyerangnya tanpa memberi keringanan. Heeseung melihat sekelilingnya yang ia bisa lihat. Lampu menyala begitu terik dan mengganggu. Mau matikan lampunya saja tidak sanggup menopang tubuh. Mau memanggil mamanya juga tidak cukup tenaga untuk mengeluarkan suaranya.
૮₍。 •᎔• 。₎ა
Sudah hampir 2 jam Heeseung menonton langit-langit kamar dengan lampu yang menyala terang. Mamanya juga belum kunjung kembali ke kamarnya, entah apa yang meyibukkan mamanya daripada mengurus Heeseung yang sekarang masih mencoba bertelepati dengan lampu agar mati dengan sendirinya.
Ah, memikirkannya membuat Heeseung ingin bertemu Sunghoon. Ingin mengadu pada Si Manis bahwa demam itu sangat tidak enak. Atau meminta untuk menemaninya di kamar yang sepi tanpa ocehan Sunghoon yang menghibur harinya.
Ia beranjak dari kasur dengan hati-hati. Memegang setiap benda yang bisa menopang badannya yang linglung. Handphonenya berada di meja sebalah kasurnya, tapi ia berusaha untuk mematikan lampu yang semakin dibiarkan menyala semakin membuatnya pusing. Pikirannya jadi buyar kemana-mana. Bingung tidak tahu arah. Seperti barusan, ia membuka aplikasi pengirim pesan dan mengirim sesuatu pada Sunghoon.
✉ ✉ ✉ --------------------------------------------------
Heeseung
hoon, gue sakit
kayaknya gantian gue yang demamCalon Pacar
sakit?
demam?
tuh kan jadi gantian
dari kapan? semalem?
udah makan? minum?
KAK HEE
bales chat gue
lo kemana?
pingsan?
HALOOOOOO
bales dongggg
gue ke rumah lo ya
sekarang.-------------------------------------------------- ✉ ✉ ✉
Handphone Heeseung bergetar berkali-kali. Pesan begitu banyak masuk dari Sunghoon. Tanpa membalas pesan-pesan itu, tapi Heeseung diam-diam tersenyum di balik selimut. Menebak-nebak isi pesan yang begitu banyak masuk, apakah orang itu segitu mengkhawatirkannya?
Sunghoon segera memakai jaket yang sama dengan yang ia pakai waktu ke rumah Heeseung dan berujung merawat gadis kecil yang belakangan hari ini ia rindukan. Minho sedang pergi dengan papanya, kesempatan yang bagus untuk memakai motor matic abangnya. Dompet, handphone, cinta-bukan, dan kekhawatiran yang ia bawa, juga mengecup pipi mamanya sebelum ia pergi ke rumah Heeseung.
૮₍'• ˕ •'₎ა
Memberhentikan motor, melihat keadaan rumah dari luar. Mobil Mama Lee terparkir di garasi, itu berarti mamanya Heeseung ada di rumah. Sempat ragu untuk bertamu, tapi ia sudah mengendarai motor abangnya sejauh ini tanpa mengabari atau meminta izin. Kalau ia pulang kan sia-sia saja.
Setelah mempertimbangkan cukup lama, di depan rumah dengan pintu utama terbuka tapi tidak ada seorang pun yang mondar-mandir. Berjalan cepat menuju depan rumah, mengetuk pintu tanpa tahu ada bel rumah terpasang di dekat gerbang rumah. Sunghoon menarik napas, lalu dihembus pelan. "Permisi" katanya, tapi tidak ada sahutan. Ia coba memanggil sekali lagi, dan tepat setelah ia menyelesaikan katanya, seorang wanita berpakaian kerja, rambut dikuncir satu berantakan, dan celemek yang menutupi pakaian kerjanya muncul dari dapur. "Ya.. Oh, Sunghoon?" kata wanita itu. Iya, mamanya Heeseung. Nyonya Lee, yang tidak jadi berangkat kerja karena putranya mendadak demam.
KAMU SEDANG MEMBACA
HEEHOON : Beautiful Feeling
FanfictionHeeseung sudah lama menyimpan perasaan pada adik kelasnya, panggil dia Sunghoon. Manis, banyak diam, tertutup, tapi sukses membuat kapten futsal paling keren di sekolah mereka jatuh hati saat pertama kali bertemu. Meski gerak-gerik Heeseung jelas sa...