Hujan belum kunjung reda sejak sore tadi. Sudah lewat dari jam 8 malam tapi masih dengan derasnya hujan membasahi sebagian kota. Sunghoon memasuki kamarnya yang lebih hangat dari udara di luar rumah. Ia berjalan ke meja belajarnya, merenung sebentar sambil meraih buku secara asal. Tirai jendela mengibas pelan, seperti dengan sengaja menarik perhatian Sunghoon untuk melihat ke luar jendela. Rintikan besar hujan mengaburkan penglihatan, tapi ada sesuatu yang ia kenal.
"Kak Heeseung? Ngapain dia masih di sini? Padahal lagi hujan deras." sosok yang sangat ia kenal, meringkuk di bawah lampu jalanan tanpa tahu tempat berteduh di sekitar rumahnya. Sunghoon buru-buru mengambil jaket dan keluar dari kamarnya. Sebelum itu, ia malah berpapasan dengan Minho yang baru keluar dari dapur. Ia berjengit kaget. Pelan-pelan mengatur napasnya yang tercekat. Minho memandangnya aneh. Melihat dari atas ke bawah hingga bawah ke atas.
"Mau ke mana?" tanya Minho, masih mengamati Sunghoon yang belum juga bergerak.
Dengan kikuk Sunghoon mengelus tengkuknya. Memutar otak untuk mencari alasan yang masuk akal tanpa harus dicurigai. "Itu.. Ada kucing kehujanan." jawab Sunghoon. Berharap alasan ini menjadi alasan yang masuk akal. Tapi hening yang cukup lama membuat jantungnya berpacu lebih cepat.
"Gue gak denger suara kucing."
Sunghoon mulai berkeringat dingin. Minho mendekat begitu Sunghoon berjalan mundur. Cepat-cepat Sunghoon memutar otaknya lagi dan menghentikan langkah Minho.
"Dia lagi meringkuk di bawah lampu jalan. Kasian kalo di biarin, kan?"
Minho mengarahkan telapak tangan bagian luarnya ke dahi dan leher Sunghoon. Badannya masih terasa panas. Bahkan wajah Sunghoon masih pucat seperti siang tadi, walau sudah agak lebih mendingan.
"Badan lo masih panas. Lagian, sejak kapan lo peduli sama kucing? Kucing gue aja suka lo usir-usir."
"Ng-Nggak!" gelagap Sunghoon. Ia mengambil kucing milik abangnya yang sedang tidur di sofa, menggendong kucing berisi itu dan dielus-elus kepalanya. "Ini gue gendong kucing lo." katanya, disambung dengan tawa canggung.
"Lo aneh banget. Jangan bilang kalo–"
"Minho! Bantu papa sebentar!"
"Lo lolos dari gue" telunjuk Minho mengacung lurus mengetuk dahi Sunghoon. Ia mengambil alih kucingnya yang digendong Sunghoon kemudian pergi menuju kamar orang tua mereka.
Sunghoon langsung keluar rumah setelah memastikan Minho masuk kamar orang tua mereka. Ia mengambil payung besar berwarna biru. Buru-buru ia keluar rumah dan menghampiri Heeseung yang sedang duduk sambil memeluk tubuhnya sendiri.
૮₍´• ˕ •'₎ა
Duduk di bawah lampu jalanan, tubuhnya sudah tidak ada tempat yang kering. Basah kuyup setelah lebih dari 2 jam kehujanan. Rasanya seperti Heeseung sudah berada di titik paling sedih, karena ditolak Sunghoon terus menerus, ditambah lagi tadi siang kena omel Minho. Heeseung ingin mundur dan menyerah saja. Dia kan juga manusia, pasti lelah kalau hidupnya hanya terus-terusan mengejar cinta.
Air matanya turun, tapi tidak terlihat karena bersamaan dengan turunnya air hujan yang membasahi wajah sehingga menyampur air mata dengan air hujan. Matanya mulai memberat, rasa kantuk yang mulai tidak bisa ditahan. Ketika ia hampir menutup matanya, tiba-tiba ada sesuatu yang menutupi badannya dari ujung kepala hingga ujung kaki. Heeseung mendongakkan kepala dan ternyata itu sunghoon yang lagi menatapnya sedih.
"Lo segitunya ya abis diomelin Bang Minho?" pertanyaan pertama yang keluar dari mulut Sunghoon di malam yang deras ini. Sunghoon berjongkok di sebelah Heeseung dan menatapnya khawatir. Telunjuknya menyingkirkan poni-poni basah yang menutupi mata Heeseung. Kemudian ia tersenyum, menghibur Heeseung yang sedang sedih malam ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
HEEHOON : Beautiful Feeling
FanficHeeseung sudah lama menyimpan perasaan pada adik kelasnya, panggil dia Sunghoon. Manis, banyak diam, tertutup, tapi sukses membuat kapten futsal paling keren di sekolah mereka jatuh hati saat pertama kali bertemu. Meski gerak-gerik Heeseung jelas sa...