3.RINDU

70.1K 1K 3
                                    

Sudah hampir seminggu gue tinggal di rumah ini, menjalani keseharian gue seperti biasa. Tanpa senyum dan tanpa banyak bicara. Gue dan alister tidur terpisah, atas permintaan gue. Gue minta dia beri gue waktu untuk menerima semuanya.

Pagi tadi alister pergi ke luar kota karena urusan pekerjaan dan entah kapan dia akan pulang. Yang gue denger sebelum dia berangkat, dia titipin gue ke bi Riri, asisten rumah tangga yang sudah paruh baya.

"Silahkan nona muda minuman nya" gue sedang duduk di pinggir kolam renang, menikmati udara sore yang sejuk.

"Bi, bisa duduk disini sebentar, temenin aku ngobrol" rasanya jenuh juga kalo harus diem aja kayak limbad gini.

"Dengan senang hati nona muda"

"Panggil saya kiran aja bi, jangan panggil nona"

"Ngga berani bibi, nanti tuan marah"

"Ngga akan bi"

"Kalo bibi panggil neng kiran aja gimana?"

"Boleh bi"

Sejenak gue diem, menatap jauh ke atas langit. Langit sore ini warna nya cantik banget, perpaduan antara warna Orange, abu, biru dongker, dan putih. Di tambah segerombolan burung terbang menari kesana kemari dengan bebas, ngga seperti gue.

"Bibi punya anak?"

"Punya neng, anak bibi perempuan semua tapi sudah menikah dan ikut suaminya"

"Terus suami bibi kemana?, soalnya aku ngga pernah liat bibi pulang"

Gue liat bibi menundukan kepalanya, dari raut wajahnya terlihat sangat sedih dan terlihat seperti punya banyak beban yang di pikul.

"Hmmm suami bibi sudah lama meninggal neng, dia kecelakaan dua tahun lalu"

"Maaf ya bi, aku ngga bermaksud"

"Gak apa-apa neng"

"Bi boleh aku tanya sesuatu ?, dari apa yang bibi lihat selama aku disini, apa sikap ku terlalu kasar ya sama Alister" bi riri menatap gue lalu tersenyum.

"Neng kiran mau tau sesuatu ngga?" posisi gue spontan berbalik menghadap bi riri.

"Saat pertama neng kiran di bawa ke rumah ini dalam keadaan pingsan, wajah tuan terlihat sangat khawatir, selama bibi kerja disini, itu pertama kali liat ekspresi wajah tuan sedih seperti itu"

Masa sih pikir gue saat itu, beneran secinta dan sesayang itu kah dia sama gue. Tapi gue selalu sebel kalo liat wajah si om, bawaan nya pengen ngamuk mulu.

"Coba deh neng kiran ikhlas, terima tuan apa adanya, insyaallah bibi yakin neng kiran pasti akan merasakan cinta dan sayang nya tuan"

"Sulit bi, aku ngga akan bisa"

"Bisa neng, semuanya harus di mulai dari sini" bi riri menepuk-nepuk dada nya.

Setelah ngobrol dengan bi riri, gue jadi termenung, hati gue terasa di sentuh. Coba aja papa sama mama mempunyai sikap seperti bi riri. Gue ngga akan ngamuk-ngamuk kayak kemaren.

Gue adalah tipikal orang yang kalo di kerasin bakal lebih keras seperti batu, tapi kalo di beritau secara lembut, gue juga bakalan luluh kok.

Selama alister pergi hampir dua minggu, lama banget ya, memang gue merasa seperti kosong. Biasanya dia bakalan bangunin gue tiap pagi, ngajak gue sarapan, sodorin gue segelas susu kalo mau tidur, walaupun selalu gue tolak. Tapi kenapa sekarang gue jadi rindu sama semua perhatian dia.

Eh gue beneran rindu alister, gue sampe cubit diri gue sendiri berkali-kali dan itu rasanya sakit, gue ngga mimpi. Apa karna gue ikutin saran bi riri ya, harus mulai dari hati yang ikhlas.

Ngga lama terdengar suara langkah kaki ke arah kamar gue, gue yakin itu alister karna tadi siang gue denger obrolan bi riri dengan salah satu bodyguard, kalo malam ini alister akan pulang.

HOT DADDY 🔥Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang