Chapter 7: A Daughter's Heart

18.6K 4.1K 76
                                    

Shaloom

"Papa."

Aku menghambur untuk memeluk Papa begitu melihat sosoknya berdiri di teras. Papa enggak bilang mau ke rumah, jadi ini surprise banget.

Papa merangkul pundakku ketika aku mengajaknya masuk. Kalau ada orang iseng memotret kami, pasti ditambah cerita aneh-aneh. Lucu juga kalau dipikir-pikir, bisa-bisanya orang-orang itu menganggapku menjalin affair dengan Papa.

Ya, kalau dilihat dari track record Papa yang playboy itu, bisa aja sih. Malah sekarang pacarnya cuma empat tahun lebih tua dari aku. Aku enggak habis pikir apa yang ada di pikiran Jelitha, mau aja pacaran sama Papa yang dua puluh tahun lebih tua darinya. Iya, sih, Papa ganteng. Terkenal juga, dan pastinya kaya. Tapi, kan, banyak cowok lain yang juga ganteng, terkenal, kaya tapi enggak setua Papa.

Cinta memang bikin rumit. Lihat aja contohnya kedua orang tuaku.

Mama tampak enggak suka dengan kedatangan Papa. Aku enggak bisa memahami Mama. Kalau Papa mengunjungiku, Mama pasti enggak pernah ada di rumah. Mama juga enggak pernah mau ikut liburan bareng aku dan Papa. Tapi kalau Papa enggak ada, Mama malah sering cerita soal Papa.

Aku menatap Mama dan Papa berganti-gantian. Mama memang enggak secantik Jelitha atau pacar-pacar Papa yang artis itu. Tapi Mama juga cantik. Melihat Mama dan Papa, aku menyadari kalau mereka cocok.

"Kamu enggak digangguin wartawan, kan?" tanya Papa.

Pertanyaan itu membuatku ingat lagi soal kejadian tadi pagi. Aku mendengkus kesal karena kelakuan wartawan yang rese itu.

"Sha, kamu dikejar wartawan?" tanya Mama.

Aku mengangguk pelan.

"Kenapa enggak bilang?"

Kalau aku bilang, Mama enggak bisa lakuin apa-apa. Yang ada cuma bikin Mama makin panik, terus nyalahin Papa, deh.

Well, sepertinya aku terlambat karena sekarang Mama menatap Papa tajam. Meski enggak bilang apa-apa, Mama jelas menyalahkan Papa.

"Mereka ganggu kamu?"

"Tadi mereka ke sekolah. Nanya soal Papa, aku benar anaknya Papa enggak?" sahutku.

"Besok Papa antar kamu ke sekolah."

Aku langsung memeluk Papa begitu mendengar ucapannya. Sejak dulu, aku penasaran gimana rasanya diantar ke sekolah oleh Papa. Teman-temanku sering diantar papanya ke sekolah, tapi aku cuma bisa gigit jari melihatnya.

"Seriously? Yang ada mereka bakalan makin liar kalau lihat kamu di sekolah Shaloom." Mama menatapku. "Mama yang anterin kamu besok."

Senyum yang tadi terkembang di wajahku mendadak lenyap. Mama kembali berulah dengan sikap otoriternya. Bahkan Papa aja enggak bisa membantah ucapan Mama.

Hilang sudah kesempatan diantar Papa ke sekolah.

"Ada kejadian seru di sekolah?" tanya Papa.

Senyumku kembali terkembang lebar ketika mendengar pertanyaan itu. Aku melirik Mama, mencoba membaca ekspresi Mama saat ini.

"Tadi aku diajak jamming sama The Bandits. Band sekolahku."

Mama enggak menutupi perasaan terkejut. "Kamu gabung di band sekolah?"

Aku menggeleng. "Cuma jamming, Ma. Itu karena Gala sering lihat video cover aku, which is udah lama banget aku enggak bikin video baru sejak video terakhirku Mama hapus."

Aku menatap Papa, enggak masalah kalau sekarang aku persis anak kecil yang sedang mengadu.

"Gala itu cowok?"

The Daddy's Affair (Tersedia Buku Cetak)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang