Shaloom
Aku baru turun dari Gocar ketika manusia-manusia yang jumlahnya puluhan itu mengerubungiku. Mereka memotretku, menyodorkan handphone dan mikrofon ke hadapanku, persis seperti hyena yang tengah menyerang mangsa. Blitz kamera yang menyilaukan membuatku refleks menutup wajah dengan tas.
"Jadi, kamu anaknya Aria?"
"Shaloom, kasih statement please."
"Kenapa kamu enggak pernah muncul di depan publik?"
Telingaku berdengung begitu mendengar pertanyaan demi pertanyaan yang disodorkan kepadaku. Kepalaku rasanya mau meledak. Apalagi mereka mengerubungiku, membuatku terjebak di antara sekumpulan orang-orang dengan badan gede. Enggak ada celah untuk melarikan diri karena badanku kalah besar.
Aku sama sekali enggak kepikiran bakalan bertemu wartawan pagi ini. Mereka tahu dari mana aku sekolah di sini?
Semalam, Papa mengunggah foto yang kami pilih di Instagram pribadinya. Di foto itu, Papa cuma menuliskan, 'my (not so) little daughter.' Enggak ada penjelasan lebih jauh, tapi pemberitahuan itu sudah cukup membuat publik heboh. Banyak yang berkomentar di Instagram Papa, bertanya soal aku, bahkan ada yang berspekulasi macam-macam. Karena enggak ada penjelasan lebih lanjut, banyak yang enggak percaya kalau aku anaknya Aria Daniel. Mereka masih bersikeras aku ini cewek mata duitan yang menjalin affair dengan pria yang jauh lebih tua.
Papa enggak nge-tag Instagramku tapi entah dari mana orang-orang itu tahu soal akun milikku. Teman-temanku heboh, apalagi temanku di Yogya. Kami tumbuh bersama, tapi mereka enggak tahu soal Papa. Aku memang enggak pernah cerita soal Papa, padahal aku pengin banget pamer ke teman-temanku kalau aku punya Papa yang keren.
Mama merahasiakan statusku, jadi aku melakukan hal yang sama. Pasti ada alasannya, meski aku enggak pernah bertanya.
Sekarang aku pengin tahu alasan Mama merahasiakanku. Kalau semua orang tahu aku anaknya Aria Daniel, pasti aku enggak perlu dikepung wartawan pagi ini.
Aku masih mencoba untuk menyingkir, tapi mereka malah makin mendesakku. Berada di tengah kerumunan membuatku sesak napas. Jangan sampai asmaku kambuh karena panik dan terdesak begini.
"Permisi ... permisi ..."
Aku enggak melihat siapa yang menyibak kerumunan wartawan itu lalu menarikku. Yang aku tahu, aku ikut berlari saat seseorang menarik tanganku dan aku terbebas dari wartawan. Mereka masih enggak mau melepaskanku. Saat menoleh ke belakang, aku melihat mereka merengsek masuk ke area sekolah tapi terhalang oleh satpam yang kini berjaga di gerbang. Wartawan itu enggak menyerah, masih berusaha mengambil fotoku dari balik pagar.
Aku baru bisa menarik napas lega begitu berada di kelas. Saat itulah aku menyadari kalau yang membantuku adalah Gala, kakak kelasku.
"Kak Gala? Thanks, ya, udah bantuin." Aku meletakkan tas di atas meja dan menghadap Gala.
Gala tersenyum. Demi Tuhan, selain Papa, kayaknya cuma Gala cowok di dunia yang bisa disebut ganteng.
Oke, aku lebay. Tom Holland itu ganteng. Harry Styles juga ganteng. Intinya, ada banyak cowok ganteng tapi di sekitarku, cowok ganteng bisa dihitung pakai jari. Salah satunya Gala.
Aku enggak dekat dengannya. Bahkan bisa dihitung berapa kali aku mengobrol dengannya. Gala itu cowok populer, dia pentolan sekolah karena anak band. Sewaktu masuk SMA Dian Persada, aku dikasih tahu Rana soal Gala dan The Bandits, band miliknya. Gala menempati posisi sebagai vokalis. Bulan lalu, Rana mengajakku menonton The Bandits di Pensi SMA Harapan Bangsa. Dia keren, sih. Tapi Papa lebih keren.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Daddy's Affair (Tersedia Buku Cetak)
Storie d'amore(Content dewasa. Pastikan sudah cukup umur kalau ingin membaca) Aria Daniel, vokalis Storm. Digilai cewek-cewek satu Indonesia. Dikagumi cowok-cowok satu Indonesia. Terkenal lewat kemampuan bermusiknya, juga wajah tampan yang bikin banyak cewek bert...