Bunyi klakson mengejutkan penghuni pondok kecil keluarga Rangka, alirannya berbentuk simetris dengan keberadaan seorang wanita dan suaminya yang menghinggapi di tempat berbeda-beda. Telanjur melintas dengan haluan vertikal, akhirnya Mama Yasmin menuju pekarangan rumah untuk melihat siapa yang datang.
Pengunjung itu melepihkan tatanan surainya, bahkan dia sempat bercermin di spion dengan senyum yang mengandung ketulusan seseorang. Sampai sekatan berwarna hitam pekat digesek keras, kesadarannya beralih hingga berevolusi menjadi sebuah keterkejutan baginya.
“Eh, Vale. Ada apa?”
Senyumnya kian mengembang, mengharapkan hal yang lebih dari sambutan orang tua temannya secara langsung. “Vale mau jemput Agista, Ma.”
Mama Yasmin mengerutkan dahi, menunjukkan reaksi berlawanan dari prospek cowok berseragam di hadapannya. “Agista udah berangkat, Mama kira dijemput sama kamu. Tadi Mama nggak lihat siapa orangnya, tapi dia ... oh, iya. Agista dijemput pakai mobil, Mama baru ingat.”
Mendengar kendaraan yang ditumpangi pun Vale sudah tahu siapa yang menjemputnya, efek jawabannya cukup sengit bagi perasaannya di pagi hari. Kenapa Agista tidak menghubunginya? Lalu, kenapa Kemal menjemputnya? Apa mungkin dia terlalu lambat hingga temannya meminta dijemput? Atau justru Kemal yang menawarkan?
Ada banyak pertanyaan yang menghantui pikiran Vale. Tidak ingin berlama-lama di tempat, akhirnya Vale membungkuk respek dan berterima kasih kepada orang tua di depannya. Sekarang bukan waktunya Vale menggelar emosi di kendaraan berodanya, tetapi dia mesti sampai di tempat belajar sesuai jadwal.
Kira-kira begitulah hal yang dialami Vale, cowok berambut cokelat tua itu tahu betul bahwa kejadian sebelumnya termasuk sebuah simulasi jika Kemal sukses menyingkirkan posisinya. Tetapi hal itu tidak akan terjadi, Vale bisa memastikan, meskipun ada keraguan yang bergelayutan.
Kini, tubuhnya terpaku di sebuah meja yang luas bersama seorang cewek berkacamata. Agak konyol memang membayangkan Christine mengenakan kacamata, apalagi dia hanya memakainya saat sedang membaca buku atau belajar seserius mungkin. Keduanya berada di perpustakaan sejak tiga puluh menit yang lalu, di mana KBM pun berlangsung selama mereka disibukkan membaca buku.
Perpustakaan bukan tempat atau sasaran pelajar untuk bolos di sana, pustakawan sudah menetapkan peraturan tersebut. Jika ada yang melanggarnya, dia tidak segan mengunci siapa pun yang berada di dalam selama yang dia mau. Kemal, salah satu korbannya. Tetapi dia beruntung karena mengadu kepada pamannya, sang Kepala Sekolah. Pustakawan itu malah terkena sangsi dan berakhir dengan eksaltasi di benak Ketua Organisasi.
Menyedihkan, entah bagi siapa. Selepas kejadian tersebut, tidak heran juga jika Kemal bersikap seenaknya di tempat ini. Meskipun ada perkiraan sebanyak tujuh puluh persen dia akan belajar seperti murid lainnya di perpustakaan, sisa numeral yang ada masih digunakan sebagai kenakalannya di SMA Euforia.
Salah satunya seperti apa yang ditilik Vale, dia seenaknya menyetel musik bergenre rock di dalam ruangan. Bahkan, Vale tidak habis pikir mengapa teman kecilnya justru bertahan dengan hal itu. Penjelasan—Kemal menyetel musik dan duduk bersama Agista yang membaca buku, apa mungkin gadis itu bisa fokus dengan kegiatannya?
Jika Vale berisik, biasanya Agista akan mengomel di setiap goresan pena. Tetapi yang dilihat justru sebaliknya, mereka tampak akrab dan tenang seakan-akan perpustakaan merupakan dunia keduanya. Menyebalkan, apa mungkin Agista ataupun Kemal sengaja bertingkah laku begitu agar salah satu dari Vale dan Christine cemburu?
Berisik ..., batin Agista tak tahan. Dia mesti bertahan, lagi pula buku-buku yang diambilnya tidak cukup buruk dan bagus untuk dibaca. Masalahnya hanya musik yang diputar Kakak kelasnya. Kalau dimatikan, apa Kemal akan memarahinya?
![](https://img.wattpad.com/cover/295850209-288-k407018.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Degree of Love [Terbit]
أدب المراهقينIni tentang Agista yang mengimpikan penulis sebagai masa depannya, juga Vale yang berusaha menguatkan dengan luka-luka yang menancap secara tersembunyi. Ini bukan tentang siapa yang lebih kuat, tetapi siapa yang bisa mempertahankan hubungan tersebut...