Jaehyun duduk di posisi yang sempat Taeyong duduki sebelumnya, menyandarkan punggung di penyangga sofa. Ia menumpu kakinya seraya menunggu Taeyong yang masih bergeming di tempat, gelagatnya seperti tidak terjadi apa-apa, padahal sebelumnya ia telah melecehkan Taeyong!
"Kenapa diam? Apa kau tidak dengar?"
Taeyong tersentak sehingga melihat ke depan. Mendapati ekspresi Jaehyun yang tidak ada bedanya dengan kamarom;datar dan bosan, tetapi ada sesuatu lain yang menyala dari kedua mata tajamnya.
"Aku dengar"
Lantas segera Taeyong mendekati Jaehyun, berdiri dibelakang sofa tempat Jaehyun duduk dan memulai untuk mengeringkan rambut lelaki itu yang masih basah.
Dalam benak nya ia bertanya-tanya, kenapa tidak dikeringkan saat dikamar mandi? Dan apakah tangan Jaehyun tidak berfungsi dengan baik sehingga menyuruh Taeyong untuk mengeringkan rambutnya? Lengan lelaki itu terlihat kuat dan kokoh. Tak mungkin hanya mengeringkan rambut adalah hal yang sulit.
Disela kesibukannya mengeringkan surai Jaehyun, tiba-tiba terlintas dalam akal Taeyong untuk menarik rambut Jaehyun, setidaknya mencabut beberapa helai rambut lelaki itu, membuatnya berteriak kesakitan!
Tapi entah kenapa bau harum yang dikeluarkan oleh rambut Jaehyun tercium sangat maskulin, terasa segar di pernapasan Taeyong, memabukkannya ke dalam afeksi yang candu.
"Lakukan dengan perlahan, apa kau ingin mencabut helai-helai rambut ku?!" Jaehyun berbalik menatap Taeyong kesal. Ia merasakan usapan dan tarikan yang cukup kuat di kulit kepala. Lelaki itu seperti tidak sepenuh hati melakukan perintahnya.
"Mm..maaf" wajahnya menunjukkan raut penyesalan namun lain dengan isi hatinya. Taeyong tentu sengaja!
"Kurasa kau memang tidak bisa melakukan pekerjaan dengan benar, aku yakin kau diterima di kafe tempat mu bekerja bukan karena kemampuanmu tapi karena mereka kasihan padamu" Taeyong menggigit bibir bawahnya, tidak salah dengan apa yang Jaehyun katakan karena memang itu benar adanya, tetapi itu juga tidaklah seratus persen benar karena selama Taeyong bekerja ia sudah berusaha keras! Dan Kai sebagai pemilik dari kafe puas dengan hasil kerjanya.
Jaehyun memutar mata jengah "Apa kau akan terus mengenakan setelan itu?" timpal Jaehyun menatap ngeri pakaian Taeyong. Bau keringat tercium di hidungnya.
Taeyong menunduk, menatap tubuhnya dibalut setelan kemeja dan juga celana nya yang sedikit basah, sebab tadi ia tidak mengeringkan tubuhnya dengan benar, Jaehyun mengatakan tidak ada handuk dikamar mandi.
Tapi tunggu, dari mana asalnya handuk kecil yang dipegang dan bathrobe yang dikenakan Jaehyun? Apakah Jaehyun sengaja tidak memberi tahunya?
Taeyong membasahi bibir bawahnya "Mungkin aku akan meminta adikku untuk mengantarkan pakaian-pakainku yang ada dirumah"
"Pasti itu hanya kumpulan pakaian yang sudah lusuh" potong Jaehyun cepat, wajahnya polos seperti tidak merasa bersalah atas ucapannya.
Taeyong meremat handuk kecil yang ia pegang, mencoba bersabar atas segala ocehan congkak lelaki dihadapannya ini, bersyukur ia sudah terlatih untuk bersabar sebelumnya.
"Itu tidak benar, pakaianku masih layak pakai dan tidak ada yang lusuh"
"Tidak ada tempat disini untuk pakaian murahmu, jangan gunakan pakaian-pakaian itu, pergi ke sana" dengan raut wajah datar Jaehyun menunjuk sebuah ruangan di sisi lain kamar, persis disamping kamar mandi.
"Untuk apa?"
Jaehyun berdecak, "Apa isi kepalamu hanya berisikan pertanyaan!? Kenapa kau selalu bertanya setiap aku memerintah mu?" selalu berhadapan dengan orang yang cekatan membuat Jaehyun kesal kepada Taeyong, lelaki itu terlalu dungu dan lamban dalam memahami perintah. Jaehyun tidak suka.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Billionaire Husband ✓ || Jaeyong
RomanceTrigger warning : [Adult] [Romance] [Bxb] Menikah dengan seorang lelaki billionaire tak pernah masuk daftar list Lee Taeyong. Apalagi dengan sosok dominan angkuh dan arogant seperti Jung Jaehyun. 📌Jaeyong || Gay || Homo || Yaoi 📌Rated 21+🔞 📌Cer...