02: PERTEMUAN & PERJANJIAN

2.4K 340 87
                                    

Sudah tiga hari terlewat semenjak Taeyong mendapatkan perintah untuk menikah dan itu artinya ia memliki sisa empat hari lagi sebelum hari pernikahan tiba. Selama tiga hari terakhir pula kepalanya selalu di isi dengan perkataan Ayahnya yang selalu terngiang-ngiang di kepala. Membuat Taeyong tidak fokus saat melakukan pekerjaan. Seperti saat ini contohnya, dirinya tanpa sadar melamun seraya mengelap gelas.

"Taeyong bisa kau antar pesanan ini?" suara Ten menyadarkan Taeyong.

"Ha? Apa?" Taeyong kebingungan.

"Ah tidak jadi, pesanannya sudah diantar Jake"

Taeyong mengangguk mengerti kemudian melanjutkan mengelap gelas.

"Taeyong?" panggil Ten dan hanya mendapat balasan berupa gumaman.

"Apa terjadi sesuatu? Kau tidak terlihat seperti biasanya. Apa ada yang menggangu pikiran mu? Kau bisa bercerita padaku, mungkin aku bisa membantu" Ten menatap Taeyong sembari menyandarkan tubuhnya di wastafel. Mudah baginya untuk membaca kegelisahan seseorang apalagi jika itu sahabatnya. Kepekaan nya cukup tinggi.

Taeyong menghela napas. Tidak apakah jika ia bercerita pada Ten? "Nanti saat makan siang aku akan menceritakan nya padamu. Untuk sekarang kita sedang bekerja."

Ten mengangguk "Hmm..kau benar. Baiklah saat makan siang okeh? Aku tidak ingin kau terbebani dengan pikiran yang sedang menganggumu itu. Kau bisa bercerita padaku agar menjadi lega atau lebih baiknya aku bisa membantumu" Ten menepuk bahu Taeyong dan mendapat balasan senyuman manis dari sang empunya.

"Terimakasih, kau memang yang terbaik"

"Tidak perlu sungkan, aku ini sahabatmu! Jadi kau bisa bercerita apa saja padaku. Jangan membuat ku merasa menjadi orang asing seperti itu." Ten mencebik

"Baiklah" Taeyong tersenyum, sejenak ia melupakan kegelisahannya setelah berbicara dengan Ten.

"Yasudah kalau begitu aku akan membantu Jake dan Bela. Jika kau sudah selesai dengan gelas-gelas itu segera bantu kami. Okeh?"

Taeyong melihat beberapa gelas lagi yang belum ia keringkan. Kemudian kembali menatap Ten.

"Apa pelanggan hari ini ramai?"

"Sangat! Ini sudah akan memasuki jam makan siang dan para pekerja kantoran itu sudah seperti semut yang bergerumbul di depan" Ten membuat Taeyong melotot. Ah, ini pasti karena dirinya melamun sedari tadi hingga tidak menyadari waktu. Dan tidak enaknya lagi ia membuat teman-teman kerjanya kerepotan.

"Baiklah setelah ini selesai aku akan menyusul."

Selesai mengeringkan gelas-gelas Taeyong segera membantu Jake dan Ten, juga seorang wanita bernama Bela. Mereka berempat adalah pelayan di kafe ini yang mengantarkan berbagai pesanan.

Kini mereka berempat tampak seperti kesetanan melayani pelanggan yang semakin ramai memenuhi kafe. Mengantarkan dengan tergesa-gesa hingga tak jarang salah memberikan pesanan. Seperti yang seharusnya pesanan untuk meja nomor dua puluh tetapi malah diantarkan ke meja nomor lima belas. Untung nya para pelanggan mereka mengerti hingga Taeyong dan temannya sedikit lega.

Meski hanya menyajikan makanan-makanan yang tidak berat kafe mereka selalu dipenuhi pengunjung jika sudah saatnya jam makan siang. Alasannya mungkin karena para pekerja kantor yang menghindari perut kekenyangan atau juga karena mereka suka dengan suasana dan interior kafe yang klasik namun juga modern disaat yang bersamaan. Membuat kesan nyaman.

Saat sedang sibuk melayani pelanggan. Tiba-tiba saja sosok tiga lelaki berpenampilan formal masuk ke dalam kafe, menyita perhatian para pengunjung yang datang.

Bagaimana tidak, satu diantara tiga lelaki itu mengenakan setelan jas abu-abu tua terlihat tampan. Dan dua lelaki lainnya mengenakan setelan layaknya seperti seorang bodyguard di belakangnya. Mengundang para wanita dan submissive berbisik-bisik.

[1] Billionaire Husband ✓ || JaeyongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang