"Citra?"
"Ya?"
"Bisakah kau turun sebentar, Nak? Ada yang ingin kami bicarakan di ruang tamu."
"Oke, Pa, sebentar lagi aku menyusul!"
Citra meletakkan buku majalah yang sedang dibacanya. Sesuai permintaan Rangga, ia bermaksud turun ke lantai bawah, ruang tamu tempat Rangga dan Kalina sedang menunggunya tadi.
Dengan santai, Citra mendudukkan tubuhnya di salah satu sofa yang bersebrangan dengan sofa Rangga dan Kalina. Setelah dirasa siap mendengarkan, Rangga memulai pembicaraannya.
"Nak, kami sudah putuskan..." ujar pria paruh baya tersebut.
Citra menaikkan salah satu alisnya.
"Nak, kami ingin kau yang meneruskan salah satu usaha keluarga ini..." Kalina melanjutkan, "Kami ingin kau menjadi bagian di dalamnya. Apa kau bersedia?"
"Tapi..." Citra akhirnya bersuara, "Pendidikan yang kumiliki ini bukan bidang menejemen. Papa dan Mama ingin aku menjadi bagian di departemen yang mana?"
Kalina tersenyum menenangkan. "Sesuai keahlianmu, Sayang. Desain produk."
Kedua mata Citra berbinar. "Benarkah?? Aku boleh mendesain untuk produk aksesoris??"
Rangga mengangguk. "Bukan hanya produk aksesoris saja tapi juga pakaiannya. Kurasa sudah saatnya mewujudkan ide - ide segar desainmu dengan menggabungkannya ke dalam beberapa produk andalan perusahaan kita, Nak. Bagaimana? Apa ini artinya kau setuju?"
Citra terperangah menatap tak percaya ke arah Rangga dan Kalina secara bergantian.
"Sayang?" Rangga memanggilnya.
"Tentu, Papa!" Citra bangkit dengan perasaan riang tak terkira. Ia bahagia karena hari yang dinanti telah tiba.
Menjadi seorang desainer fesyen. Pekerjaan impian yang juga akan mulai menjadi nyata dalam beberapa hari ke depan. Ia tak menyangka kedua orang tuanya akan memberikan tanggung jawab untuk hal yang selalu menjadi hasratnya sejak kecil.
"Terima kasih, Pa-Ma! Aku akan mengemban tanggung jawab ini dengan giat dan bersungguh - sungguh! Terima kasih untuk kepercayaan dan kesempatan yang kalian berikan padaku! Aku sangaaat... menyayangi kalian berdua!" Citra nampak memeluk dan mengecup salah satu pipi kedua orang tuanya bergantian.
"Ha-ha-ha, sama - sama, Sayang!" Rangga menepuk - nepuk punggung putri cantiknya, "Papa juga bahagia bila kau bahagia..."
"Terima kasih, Pa... Citra sayang Papa..."
"Papa saja?" celetuk Kalina dengan wajah pura - pura merajuknya.
"Tentu saja aku juga sangat sayang Mama..." Citra beralih memeluk Kalina sangat erat, "Terima kasih banyak, Ma..."
"Iya, Sayang, sama - sama..."
"Oh, ya, Nak. Satu hal lagi," Rangga menyela.
Membuyarkan acara berpelukan Citra dan Kalina. "Ada apa lagi, Pa?" tanya gadis cantik itu.
"Ikut Papa ke garasi."
Citra memandang Kalina meminta penjelasan tapi wanita paruh baya yang masih sangat cantik itu hanya tersenyum penuh teka - teki. Rangga beranjak dari sofa dan berjalan menuju tempat yang dimaksud dengan senyuman kecil. Diikuti Citra dan Kalina di belakangnya.
Entah mengapa jantung Citra berdebar menyenangkan. Dalam benaknya tiba - tiba terlintas bayangan Haikal yang tersenyum tulus ke arahnya.
A...
Apakah ini berarti...
KAMU SEDANG MEMBACA
Citra Dan Haikal
FanficSeklasik kisah cinta mengenai perbedaan, perjuangan dan pengorbanan. Mampukah Citra (aespa Giselle) dan Haikal (NCT Haechan) menghadapi rintangan terbesar hubungan asmara mereka?