Citra

291 19 1
                                    

"Iya, Mam..."

. . .

"Aku sudah bangun. Baru saja selesai mandi dan kini akan segera bersiap."

. . .

"Tentu aku tak lupa. Hari ini aku akan kembali pulang, kan?"

. . .

"Sampai jumpa di sana, Mam!"

Pip!

Citra, nama gadis yang baru saja memutus panggilan telepon, terlihat kembali mematut diri di depan cermin. Akhirnya tiba juga hari ini, batinnya. Hari kepulangannya kembali ke tanah air tercinta seusai menyelesaikan studi lanjutan di Brisbane, Australia. Hadiah dari kegemarannya akan belajar, beasiswa penuh untuk menempuh jalur pendidikan melalui program pertukaran pelajar beberapa tahun silam.

Citra tersenyum tipis karena secara acak ingatannya memutar kenangan saat ia harus berpisah dan mulai hidup mandiri di negeri antah berantah ini. Bagaimana susahnya mengalami culture shock, home sick dan masa adaptasi yang cukup menguras emosi serta pikiran. Meski ia tidak sepenuhnya sendiri, karena Citra tinggal bersama seorang adik dari ibunya yang juga masih betah melajang di usia paruh baya.

"Sudah siap?"

Suara Tante Dahlia, adik dari sang ibu, sangat lembut menyapa dari arah belakang. Saat Citra menoleh, benar saja, wanita paruh baya yang cantik jelita tersebut nampak menatapnya sendu. Tak rela ditinggal oleh sang keponakan yang sudah cukup banyak memberinya warna selama tiga tahun ini. Mengingat sebelumnya beliau telah terbiasa hidup berdua dengan sepi.

"Iya, Tante. Setelah ini, aku akan membantu Tante Dahlia memasak terlebih dahulu untuk terakhir kalinya. Aku sangat suka fish 'n chips buatan Tante. Kurasa, aku harus memperhatikan bagaimana Tante membuatnya pagi ini, agar aku bisa memasaknya sendiri saat di rumah nanti..." Citra mengakhiri kalimatnya dengan kekehan kecil.

Tak bisa membayangkan juga bila dirinya memasak. Tapi, selama ia tinggal di Brisbane, masakan Dahlia itulah yang paling ia sukai. Selalu berhasil menjadi mood booster-nya.

"Wah, tapi aku sudah mempersiapkannya sejak sebelum kau membuka mata dan pergi mandi, Sayang..." Dahlia terdengar sangat terpaksa mengungkapkan kejutannya. Iya, tadinya ia bermaksud menjadikan masakan andalannya itu sebagai kejutan terakhir bagi keponakan tercinta.

"Hahaha, tak apa, Tante!" Citra cepat - cepat menghibur sang tante cantik, "Aku justru sangat senaaaang sekali! Aku jadi tak perlu lama menunggu untuk bisa segera menyantapnya, hehehe..."

Dengan gemas Dahlia mencubit pipi kiri Citra hingga gadis anggun itu meringis. Semakin terlihat menggemaskan di mata Dahlia.

"Ayo, kita ke ruang makan sekarang. Aku tak mau Kak Kalina nanti sampai mengeluh karena tahu kau belum makan saat berangkat dari sini. Lagipula, flight-mu cukup memakan waktu, Sayang..."

"Siap, Tante Dahl!"

Dahlia terkikik mendengar bagaimana cerianya suara Citra tadi. Gadis itu langsung mengikuti langkah kecil Dahlia. Jujur, dalam hati Citra juga sedikit berat hati meninggalkan bibi cantiknya itu kembali sendirian di Brisbane. Bagaimanapun, selain wajah yang memang mirip karena memiliki darah yang sama dengan Kalina, sang ibu, Dahlia juga sangat perhatian pada Citra. Hingga gadis itu seperti sering merasa sedang bersama sang ibu sendiri.

Tiada hari tanpa cerita asyik dari wanita cantik itu.

Tiada hari tanpa cerita asyik dari wanita cantik itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Citra Dan HaikalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang