Pergerakan

90 13 0
                                    

Sebenarnya, aksi mogok bicara yang Citra lakukan dan juga menghindari Haikal selama seminggu kemarin memiliki tiga motif sekaligus.

Yang pertama, karena kejadian sehari sebelum ia pergi meminta Haikal mengantarnya berkunjung ke rumah keluarga Kusuma alih-alih ke rumah Sekar. Kejadian itu yang menjadi motif untuknya mogok bicara pada Rangga dan Kalina. Karena ia tak ingin berakhir seperti Sekar, hidup bak boneka kedua orang tuanya. Bukankah selama ini Rangga dan Kalina mengatakan bahwa keduanya jatuh cinta pada pandangan pertama?

Jenis cinta yang Citra rasakan untuk Haikal ketika mereka bertemu kembali saat sudah sama-sama dewasa. Ya, Citra jatuh hati pada pemuda itu. Di hari ketika Haikal menjemputnya di bandara. Bersama Rangga.

Sayang, Citra lebih dulu menemukan sebuah fakta menyakitkan. Cinta pada pandangan pertama yang selalu diagung-agungkan oleh Rangga dan Kalina, seakan kebohongan semata. Citra merasa dikhianati oleh keduanya selama ini.

.

.

Citra terlihat asyik menggambar sebuah desain di ruangannya saat tiba-tiba ia mendengar suara dua orang karyawan yang lewat, tengah membicarakan dirinya. Tanpa tahu bahwa Nona Muda Hutama tersebut tengah berada di dalam ruangannya.

"Apa kau sudah dengar desas desusnya?" suara pertama yang berasal dari seorang wanita. Citra menebak dari suaranya bahwa wanita itu adalah seseorang yang biasa bertugas di bagian pemasaran.

Citra pernah mendengar bahwa bagian pemasaran cukup update dengan segala hal yang berbau tentang perusahaan. Termasuk desas desus di dalamnya.

"Belum. Apa itu?" suara kedua yang berasal dari seorang wanita lain lagi.

"Kau tahu kenapa putri Bu Hutama tiba-tiba bisa bekerja di sini?"

"Tidak. Kenapa?"

"Karena ia akan dijodohkan! Agar imej keluarga Hutama bagus di mata calon besan, tentu saja sang putri diharuskan memiliki sebuah posisi di salah satu usahanya."

"Aah... semua masuk akal sekarang! Hebat! Kau jeli juga!"

"Betul, kan?! Sumberku adalah sumber terpercaya, wajar saja info dariku ini lebih up to date dari yang lain-lain!"

"Hahaha, aku tahu siapa sumbermu!"

"Siapa?"

"Ibu Sekretaris itu, kan? Hanya beliau yang memiliki semua jadwal Bu Hutama, tentu saja semua info darinya terbilang akurat!"

"Betul, hahaha! Ayo, sekarang kita pergi makan siang, aku lapar sekali!"

"Eh, tapi kau tahu siapa yang akan menjadi calonnya?"

"Tidak, Bu Sekretaris tidak mau membagikannya, beliau bilang ada beberapa calon bila dilihat dari meeting-meeting penting yang sudah Bu Hutama jalani selama beberapa minggu terakhir."

"Wow, seleksinya benar-benar ketat, ya?"

"Tentu saja harus begitu, mengingat yang akan mereka 'serahkan' pada orang lain ini adalah anak semata wayang mereka, wajar saja semua usaha itu harus mereka tempuh!"

"Kau benar. Ah, aku prihatin pada Nona Hutama. Sepulang dari sekolah di luar negeri ia malah akan dijodohkan dengan seseorang di sini."

"Hei, apa maksudmu prihatin? Pasti calon suaminya nanti seseorang yang mapan dan tampan! Mana mungkin Bu Hutama tidak memperhatikan dua kriteria itu? Kau ini, sembarangan saja!"

"Iya-ya? Memangnya kau dan aku? Hahaha..."

Dan Citra yang mendengar hal itu, mendadak kehilangan mood untuk menyelesaikan desain. Ia langsung meletakkan pensil serta buku sketsa, kemudian segera bangkit mengambil tas kerjanya. Keluar ruangan seraya menelepon seseorang. Mengingat saat itu Kalina sedang tidak ada di tempat, ia langsung melesat keluar tanpa ijin. Ibu Citra itu sedang pergi keluar meninjau bahan tekstil untuk produk terbarunya sejak ia datang tadi pagi.

Citra Dan HaikalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang