⚠ : warning! chapter ini mengandung emosi. dampak yang terjadi ialah air mata yang terus mengalir, sedih kesal berkepanjangan, dan makian kepada author.
Libra pulang meninggalkan sejuta kenangan pahit. membawa dirinya dan meninggalkan luka bersama sakit.
sebelum operasi di mulai, dokter sempat berbicara kepada Libra. "Libra, setelah operasi, bisakah kamu kembali membuka mata dan menyapa saya?"
Libra mengerutkan keningnya karena permintaan dokter yang menurutnya sangat aneh,
dokter yang melihat ekspresi Libra menatap Libra dengan dalam. "saya ingin mengenal mu, entah kenapa tapi saya merasa saya harus melakukan itu" lanjutnya sembari memegang lengan Libra.
Libra bersumpah dia tidak pernah membenci keluarganya.
"jika bisa, tapi saya tidak akan berjanji dok" ucap anak itu kepada sang dokter,
"kau tidak ingin bertemu keluarga mu kembali?"
Libra tersenyum pahit, menggelengkan kepala nya kemudian berkata "jika aku bertemu mereka, tidak ada gunanya. mereka pasti akan lebih senang jika aku melakukan ini, aku hanya cukup menjaga mereka dari atas sana"
Libra menyayangi mereka semua, maka dari itu pengorbanan pun dia lakukan.
"dokter! pasien pendonor mengalami pendarahan hebat!" ucap seorang asistennya,
"lakukan penanganan segera!" seru sang dokter kepada asistennya yang kemudian mempersiapkan alat-alat yang di perlukan,
di dalam ruangan yang di kelilingi banyak alat adalah tempat di mana Libra melepas segala lara.
"Libra! ayo bangun, kau pasti bisa" ucap sang dokter yang terlihat sangat panik sembari mengatasi pendarahan hebat dari tubuh pasiennya ini,
dahi nya berkeringat, tetesan demi tetesan yang mengucur. sang dokter tidak ingin kehilangan anak ini. "LIBRA!!! dengarkan saya, buka mata mu" teriaknya pada Libra yang mulai sedikit membuka mata, entah sensasi apa yang di rasakannya. namun sang dokter sangat ingin anak ini bertahan.
"jantung pasien melemah dok!" ucap asisten tersebut kembali. pendarahan memang sudah di atasi, namun jantung nya mulai melemah.
pada detik terakhir, nafas berat tak beraturan terdengar, Libra tersenyum menjatuhkan kristal putih dari kedua mata indahnya.
"oh tidak, Libra ayo buka matamu. siapkan alat kejut jantung sekarang!" perintah nya kepada beberapa asistennya yang berada di ruangan tersebut,
sang dokter kemudian mengambil alat kejut jantung tersebut, bersiap untuk menempelkannya pada dada pasien,
"energi siap, bebaskan lingkungan"
"150 joule! shock!""tidak ada pergerakan dok",
"lakukan kembali. energi siap, bebaskan lingkungan"
"200 joule! shock!" ucap nya yang diiringi dengan doa permohonan di dalam hati kepada Yang Kuasa untuk membantunya mengembalikan sang pasien,"pasien mengalami henti jantung!",
"jangan menyerah. energi siap, bebaskan lingkungan"
"250 joule! shock!"namun sayangnya, usaha sang dokter untuk mengembalikan pasiennya tidak berbuah manis sama sekali. dia kehilangan anak itu, air mata nya menetes bersamaan dengan keringat yang mengucur. tidak ada yang bisa di lakukan lagi, anak ini memilih untuk menutup mata selamanya.
percakapan yang terjadi di antara mereka berdua sebelum operasi kini terngiang di kepala dokter tersebut. mengingat apa yang di ucapkan anak itu sebelum dirinya menutup mata, ia tidak mengira bahwa pasiennya benar-benar berniat untuk pergi ke hadapan Yang Kuasa.
hingga alat monitor jantung benar-benar menunjukkan garis lurus lalu kedua mata indah tersebut secara perlahan menutup.
Libra pergi meninggalkan bumi.
TBC....
halo☺gimana? udah nangis belum?
jangan bilang saya ga kasih peringatan di atas tadimaafkan author, tolong jangan gebukin saya :)
bentar lagi ending yeay!
sorry for typo,
jangan lupa votement nya, hope you enjoy guys!
see you next chapter👋
KAMU SEDANG MEMBACA
Pulang [✔]
Teen FictionLibra tak apa, sungguh. Libra terbiasa, terbiasa berdiri sendiri dalam ruang yang sunyi. hanya sedikit cerita tentang seorang Libra, seseorang yang membawa luka pada duka. berjuang sendiri, hingga dirinya memutuskan untuk pulang lebih awal. . . ...