Hari Pertama

465 59 27
                                    

"Hari pertama gue jadi pacar lo aja udah tekanan batin. Gimana hari kedua, ketiga, dan seterusnya? Eh, mau sampai kapan, by the way?"

—Linka

Linka tak pernah memiliki masalah sebelumnya di sekolah, tapi pagi ini, kenapa semua tatapan teman-temannya terkesan horor di matanya. Apa karena dia berjalan di samping gunung es ini? Linka mendongak ke atas, melihat muka Raga di sampingnya. Sangat menyebalkan.

"Mau sampai kapan?" tanya Linka.

Raga menunduk melihat Linka di samping kirinya. "Apanya? Kalo ngomong yang jelas!"

"Mau sampai kapan gue jadi pacar lo?"

Raga diam.

"Lo dijodohin sama orang tua lo? Kayak di novel-novel itu. Jadi lo cari orang yang bisa bantu lo."

Raga masih diam.

"Kalo ditanya itu jawab, anying!" kesal sekali Linka, pagi-pagi moodnya sudah rusak.

"Maksud lo apa?"

Linka menggertakkan kakinya di atas lapangan. "Lemot lu ya! Maksud gue, sampai kapan gue harus jadi pacar bohongan lo?"

"Siapa yang bohongan?"

Linka terdiam sejenak, masih menatap Raga yang dengan santainya seperti tak punya salah sama sekali. "Jadi beneran?"

Detik kemudian, Raga melangkah lagi tanpa memberi jawaban pada Linka.

"Wait wait wait... atas dasar apa lo jadiin gue pacar lo? Sedangkan gue sendiri gak mau, tapi lo maksa. Harus ada alasannya dong!" ucapnya sambil menjajarkan langkahnya dengan Raga.

"Cinta tak butuh alasan," Raga diam, menunggu reaksi gadis di depannya ini.

"What the heck with youuuuuuu?" Linka benar-benar tak mengerti. Kedua tangannya terangkat ke atas, bertanya-tanya, sebenarnya permainan apa yang tengah dimainkan oleh lawan mainnya ini.

Raga tersenyum sejenak, lalu pergi begitu saja meninggalkan Linka yang penuh dengan tanda tanya.

Beberapa saat setelah kepergian Raga, seseorang mendorong bahunya dari belakang. Di hadapan Linka kini ada dua orang siswi perempuan dengan tatapan tajam kepadanya.

"Maksud lo apa ya?" tanya Linka.

"Beraninya lo natap gue, gue senior di sini!" sahutnya.

"Senioritas?" Linka melipat kedua tangannya di depan dada. Melakukan hal yang sama seperti dua kakak kelas itu.

"Lo siapanya Raga?"

Linka bingung harus menjawab apa. Dari gelagat dan lagaknya, kakak kelas yang sedang menghakiminya ini pasti ada hubungannya dengan si gunung es.

Ah iya, mungkin seperti di novel-novel itu. Kakak kelas ini menyukai Raga, dan tak suka kalau Raga dekat cewek lain. Begitu pikir Linka.

"Pacarnya. Kenapa?" sengaja Linka tantang cewek songong di depannya ini, biar makin panas.

"Gak mungkin Raga suka cewek modelan kayak lo gini."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 17, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MY ICE BOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang