Tak pernah Alves kira bahwa hatinya serapuh daun kering yang patah begitu ia menyentuh tanah.
Suatu waktu di masa lampau, Ziola meneleponnya seperti biasa, bercerita hal remeh yang selalu Alves terima kisahnya, kemudian ia pahami dan ia ingat.
“Tadi Ola nonton DBL,” pamer Ola dengan kriukan keripik yang Alves dengar setelahnya. Alves terka itu adalah keripik kentang yang memang menjadi kesukaan gadis itu. Namun hal yang mengejutkan adalah ... seorang Ziola Arnetha menonton basket?
“Tumben, La.”
“Iya yah, tumben.”
“Mana lawan mana?” Alves bertanya antara antusias dan sedikit gugup, karena ... barangkali Ola mengincar pemain di sana?
Lalu gigitan keripik pun kembali terdengar.
“Tasmanian Devil lawan Honey Badger,” jawabnya santai.
Mengerutkan kening, Alves lantas bertanya lagi, “Itu ... nama grup dari sekolah mana?”
Terasa jeda setelahnya, sampai Ola kemudian menyanggah. “Itu hewan, Alves.”
“Serius, La.”
“Alves kali yang harus serius.”
“Lagi bahas basket kan?”
Ola tertawa. “Bukan ih! Bahas Dunia Binatang Liar.”
Segera, Alves merebahkan dirinya di kasur sambil ikut terkekeh. “Astaga ....”
“Ola kan gakan nonton DBL kalo Alves gak main.”
Kali ini tawa Alves berubah menjadi senyum tipis. Pipinya terasa panas yang bahkan ia sendiri tak tahu apa itu berubah merah atau tidak. “Sayang gue gak bisa gabung,” ucap Alves pelan.
“Yang menang siapa?” lanjutnya.
“Honey badger.”
“Musang madu ya?”
“Em! Ritel nama lainnya.”
“Ratel, La.” Alves terbahak.
“Ritel, Alves!”
“Ritel mah jual-beli barang eceran.”
“Ih?!” Tak terima, gadis itu segera mencari kebenaran di Google, terdengar dari suara ketikan keyboard Ola yang tak santai, ditambah lagi gadis itu terus berkata agar Alves menunggu sebentar.
“Tuh, kan bener!” seru Ola, sontak membuat Alves panik, mungkinkah lelaki itu yang salah ingatan?
“Rit---”
“Tuh kan bener Alves maksudnya.” Ola segera tergelak menertawakan kebodohannya.
Selang sejenak, Ziola langsung bercerita, tentang musang madu yang menjadi hewan paling berani, tentang musang madu yang jadi hewan paling tak kenal takut.
“Kayak Alves,” katanya.
Dan sejak saat itu, sebutan Honey Badger akhirnya Ola sematkan untuk lelaki itu.
Namun sayang, pada kenyataannya Alves tetaplah Alves, manusia biasa yang tetap takut akan sesuatu. Seperti sekarang, di saat Ola menutup telinga dan memejamkan matanya kuat-kuat. Napas gadis itu kini bergemuruh. Dan bisa Alves dengar beberapa kali Ola berkata pada dirinya sendiri, Alves gak ada, Alves gak di sini!
"La?" panggil Alves seraya memegang bahu gadis itu, tapi yang menjadi penyambutannya adalah Ziola yang langsung memberontak.
“Ziola!”
"La, tenang!" pinta Alves.
"Lo cuma imajinasi gue!" teriak gadis itu.
Sementara, hadir sebuah jeda yang disebut hening. Alves menatap nanar perempuan di depannya, yang kini mengeluarkan air mata begitu saja.
"Gue Alves beneran, La.” Alves berkata dengan sangat lembut.
"Ngga ... gue lagi kambuh," lirih Ziola sembari menggelengkan kepalanya. Gadis itu seketika menyesal, karena obat yang harus diminumnya seringkali ia abaikan, malah ia lempar ke luar jendela atau ia kubur ke dalam tanah.
Ziola lantas berbalik badan untuk kembali ke ruang tari, setidaknya di sana ia bisa bertemu dengan Meiden dan Seica. Namun, langkah Ola tertahan saat Alves menariknya.
Ziola hampir berteriak histeris jika Alves tidak segera menutup mulutnya.
“Lo gak lagi kambuh, La,” terang Alves sambil menatap dalam-dalam sorot mata Ola yang kini menghadap kepadanya.
Alves membawa pelan sebelah tangan Ziola dan ia tempatkan di pipinya. “Cubit biar percaya gue asli,” suruh Alves yang selanjutnya melukiskan senyum.
Tangis Ziola sedikit mereda, lalu perlahan ia gerakkan jarinya untuk mencubit pipi seseorang di hadapannya.
“Honey Badger?” Ola memastikan.
“Bayi Koala,” balas Alves dengan nada menyindir karena gadis itu betulan menangis layaknya bayi.
Alves menghapus air mata Ziola dengan punggung tangan, kemudian ia pun bertanya, “Gimana, udah percaya?”
“Tapi Honey Badger gak akan ke Indo sebelum lulus highschool,” ucap Ola mengingat masih satu semester lagi yang harus mereka lalui.
Alves tersenyum, lalu menegakkan lagi tubuhnya. “Ceritanya panjang banget, 7 hari 7 malem gak beres kalo diceritain.” Ia lalu memandang Ziola dengan tatapan jahil.
“Sekalian tinggal bareng sebulan sama gue aja gimana?” ajaknya dan sontak membuat Ziola membuka matanya lebar-lebar.
🐨 Bersambung ....
______________________________________
I hate to see you cry, La ....
---Alves Gertaka
KAMU SEDANG MEMBACA
Alves
Teen FictionAlves tak menginginkan pangkat maupun harta. Ia hanya ingin memiliki sebuah cita, sebuah tuju yang pasti dimiliki oleh tiap-tiap insan bernyawa. Lelaki itu hanya sedang berusaha memaknai hidup, dan berpikir untuk apa ia dicipta. Lalu tanpa aba, lang...