Alves tertawa selama berlari melewati lorong, hal itu kontras sekali dengan Ziola yang kini terus-terusan berteriak di belakangnya. Bagaimana tidak gadis itu berteriak, sebab Alves tiba-tiba saja memanggulnya seolah-olah Ola adalah karung beras.
Berkali-kali Ziola memukul punggung lelaki itu, meminta untuk diturunkan, tapi Alves malah mempercepat langkahnya dan membuat Ola lagi-lagi jantungan.
Dengan tubuh Alves yang sudah jauh lebih atletis sejak terakhir mereka bertemu, sebenarnya Ziola percaya-percaya saja Alves kuat menggendongnya. Namun, yang menjadi masalah adalah dengan kecepatan yang bukan main ini bagaimana jika lelaki itu tersandung sesuatu atau kepleset saat mereka menuruni tangga?
“Alves turunin gak?!” pekiknya yang lagi-lagi hanya dibalas oleh gelak tawa.
“Aaaaal!”
Di persimpangan tangga, langkah Alves memelan karena mereka berpapasan dengan beberapa orang, sedangkan di belakangnya, Ziola segera menenggelamkan wajah di antara lipatan tangannya dan leher Alves. Sepertinya pura-pura pingsan lebih baik daripada berteriak lagi, tapi ...
Alves akan disangka aneh karena ia membawa orang pingsan sambil tertawa!
Segera, Ola pun membuka matanya kembali. Kali ini ia pasrah dengan gosip yang mungkin saja akan menyebar. “Kanada ngebuat lo jadi nyebelin, Al!” kesalnya.
“Oh, jadi ngomongnya sekarang lo-lo-an.” Alves mengangguk-anggukan kepalanya sembari berucap dengan nada yang seolah tidak terima.
“Berlaku kalo Alves nyebelin!”
“Nah berarti gue udah ga nyebelin.” Alves kembali tertawa.
Ziola menggeram, rasanya ia ingin menjenggut rambut lelaki ini sekarang juga!
Namun belum saja niatnya dilakukan, selintas ingatan langsung membuat Ola menepuk-nepuk bahu lelaki itu.
“Barang-barang Ola masih di ruang tari, Alves!”
Dan saat itu juga Alves menghentikan langkahnya. Ia terdiam, berpikir, lalu selanjutnya menoleh ke belakang. Ziola ikut melihat ke atas ujung tangga, ia pikir Alves akan menurunkannya dan menyuruh Ziola untuk mengambil barang miliknya. Namun nyatanya lelaki itu lanjut membawa Ziola keluar gedung. “Ambil nanti malem aja.”
“Hah?!”
***
Ziola dan Alves sampai di sebuah minimarket. Lalu tanpa Ziola mengerti, Alves tiba-tiba saja mengambil keranjang dan mengisinya dengan banyak snack.
“Buat Aiden?” tanya Ola barangkali lelaki itu ingin mencoba bonding dengan adiknya yang paling dingin itu.
“Buat kitalah.”
Jawaban Alves seketika membuat Ola berkomentar, “Banyak banget.”
Alves menolehkan kepalanya, lalu mengambil napas dalam-dalam. “Kan ceritanya bakal panjang, nanti laper, susah juga di sana kalo mau cari makan.”
“Di sana?" ulang Ola sembari menautkan alis.
Alves mengangguk.
“Private villa," ucapnya santai sambil mengambil beberapa minuman lagi.
“Alves! Yang bener aja.”
Alves sengaja berjalan ke kanan dan kiri, membuat Ziola membuntutinya tanpa henti.
“Alves ih!”
“Tadi kan udah setuju, sebulan.”
“Ngga ada gue setuju!”
“Oh.” Alves menghentikan langkahnya. “Sekarang ngomongnya gue-gue-an,” paham lelaki itu, sontak membuat Ziola gemas bukan main. Ia segera meremas angin dan membuka kulkas terdekat. Dihirupnya udara dari chiller itu dalam-dalam dan sejenak Ola menenangkan diri di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alves
Teen FictionAlves tak menginginkan pangkat maupun harta. Ia hanya ingin memiliki sebuah cita, sebuah tuju yang pasti dimiliki oleh tiap-tiap insan bernyawa. Lelaki itu hanya sedang berusaha memaknai hidup, dan berpikir untuk apa ia dicipta. Lalu tanpa aba, lang...