"Dua bulan lagi, kamu jadi pulang kan, Sayang?"
"Jadi, Bunda."
Alves berjalan ke arah meja di mana ia menyimpan botol minumnya. Keringatnya masih bercucuran, sebab sang bunda tepat menelepon di tengah kegiatan workout Alves sore ini.
"How about Arthur?"
"Bang Arthur ... Al belum tau. Let me ask later." Alves menjawab sebelum meneguk habis minumannya. Kemudian pandangannya tertuju pada lampu tumblr outdoor di halaman belakang yang baru saja menyala, sepertinya Arthur baru pulang.
"Ah, Bun, Bun!"
Mata Alves terbuka lebar, sebuah ingatan membuatnya antusias untuk bertanya. Ia menyimpan botol yang semula dipegang, lalu meninggalkannya begitu saja di meja tanpa memasang lagi tutupnya.
"I found something." Alves berkacak pinggang dengan satu tangannya, kemudian menggigit bibirnya sesaat.
"Apa, Sayang?"
"Do you know someone named Victor Aloysius?"
"What did you find, Alves?" Bunda bertanya balik.
Dalam sesaat, Alves hanya menggumam. Lantas ia kembali menerawang pada kejadian tadi malam. "Just ... a picture," ucap laki-laki itu pada akhirnya.
"Do you know him?" Pertanyaan kembali Alves lontarkan dengan sangat lembut.
Muncul lagi hening yang dirasakan olehnya, sampai ...
"Ayah."
Satu jawaban dari bunda seketika membuat Alves mengerutkan kening. "Gimana, Bun?"
"Tanya ayah," balasan bunda terdengar lebih jelas. Hal itu berhasil membuat Alves merilekskan lagi tiap-tiap saraf di wajahnya. Tidak lucu jika pada kenyataannya ayah Alves bukanlah ayah yang dikenalnya sampai sekarang, melainkan seseorang di foto itu.
"He must be busy," terka Alves.
Kenapa harus tanya ayah?
Matanya kini menyorot ke arah langit, memandang hamparan luas di atas sana yang makin dan makin terus menggelap. "Bunda gatau dia siapa?"
"Why are you asking about him?"
"Just curious, because Bang Arthur said he looks like me."
Alves menunduk, tak sengaja melihat botol yang sempat ia telantarkan. Lalu meskipun ia tahu itu sudah habis tak bersisa, tapi tangannya tetap Alves gerakkan untuk meraih tutup botol dan memasangkannya lagi di tempat seharusnya. "Is he part of our family?"
"Lebih baik ayah yang kasih tahu."
"The reason?"
"Just call him, he will definitely pick it up."
Alves mengangguk. "Thank you, Bunda."
***
"Hari itu juga gue telfon ayah."
"Apa jawabannya?" tanya Ziola penasaran sambil menarik lagi tangannya kala Alves baru saja menyedot yogurt yang ia pegang.
"Laaa!" sungut Alves meskipun dia tetap tertawa atas kelakuan Ola. "Belum sampe tenggorokan."
"Ola yang nemu."
"Gue yang masukin." Alves jelas mengingat saat di minimarket tadi, ia yang memilih yogurt itu.
"Punya Ola."
Alves menghela napasnya. Di Kanada ribut minuman dengan Arthur, ia pikir di Indonesia akan aman, ternyata sama saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alves
Teen FictionAlves tak menginginkan pangkat maupun harta. Ia hanya ingin memiliki sebuah cita, sebuah tuju yang pasti dimiliki oleh tiap-tiap insan bernyawa. Lelaki itu hanya sedang berusaha memaknai hidup, dan berpikir untuk apa ia dicipta. Lalu tanpa aba, lang...