十一 | Baikan

179 45 9
                                        

Gue nunduk di depannya Daren. Pertama kalinya kita berhadapan setelah berhari hari ga terguran, ternyata secanggung itu.

"Apa kabar?" Gila canggung banget. Gue biasanya ga nanya nanya gini ke Daren, gue selalu to the point ke dia.

"Good. You?"

"I'm not."

Iya gue ga baik. Keadaan gue ga baik. Gue kacau. Gue sadar, gue ga bisa lagi tanpa Daren. I need him.

"I'm sorry. Waktu itu, gue ga bermaksud bilang lo pelampiasan. Awalnya iya, gue memang pengen jadiin lo pelampiasan, tapi gue mikir ulang, lo ga salah apa apa, lo ga berhak tersakiti, jadi gue mutusin buat mulai mencintai lo. Masalah Theo gue udah lupain dia sejak gue tau kalo dia selingkuh."

"Gue goblok kalo jadiin lo pelampiasan. Buat apa gue jadiin lo pelampiasan perasaan gue ke Theo yang jelas jelas orang brengsek, ga guna gamon lama lama."

Daren diem beberapa saat habis denger penjelasan gue. Ga lama dia meluk gue, sambil nangis.

"Hiks... Maafin aku."

"Ga, gue yang minta maaf."

"Kak~ aku salah paham. Kakak marah ya?"

"Nggak."

"Hueee..."

Gue senyum kecil. Bayi gue lucu kalo nangis. Bukan salahnya tapi dia yang nangis. Tapi syukur Daren ngerti, dan dia bisa maafin gue, jadinya kita ga usah lama lama marahan.

Waktu dia mau ngelepas pelukannya gue nahan dia. "Diem dulu, lagi charging energy."

Dia ngeratin pelukannya. "Sorry, kakak pasti capek banget, terus ditambah beban masalah kita. Really sorry."

"Iya."

Gue nutup mata mencoba nyaman di pelukan Daren. Gila pelukannya selalu bisa mulihin gue yang ada di keadaan apapun. I  love him so much. Gue ga pernah berani membayangkan gimana hidup gue tanpa dia, karena pasti gue bakal berujung kacau.

"Kak, kakak ngantuk?"

"Lil bit."

"Ayo ke kelasku. Bobo di sana aja. Udah selesai OSIS kan?"

"Belum sih. Tapi biarin Danan aja."

"Nah gitu dong. Ayo!"

Tangan gue ditarik sama dia ke kelas. Kelasnya Daren memang ga kepake dan sebagian besar lenggang karena mejanya di pake buat acara.

And than, di kelas itu ada 8 orang tengah pacaran. Siapa aja? Bisa tebak lah ya.

Couple bucin kita. Maung dan pawangnya. Reiga Sana. Mereka suap suapan nasi bungkus yang di bawa Sana. Ekhem inget masih prenjon.

Terus di sampingnya ada Tama sama Wulan. Wulan keliatannya kaya capek gitu terus dia sandaran di bahunya Tama yang lagi main game. Tumben mau skinship, oh karena sepi kali ya.

Di seberangnya Tama Wulan ada Ratna sama Tara yang lagi bercanda bercanda sambil main game Stumble Guys. Tara kalah mulu jadi dia nyemangatin Ratna.

And last, Varo yang tidur di sampingnya Rias yang lagi duduk ikutan beatbox challenge punya NCT DREAM. Mana tangannya Varo meluk pinggangnya Rias lagi.

Dan gue sama Daren bakal jadi last couple yang berduaan disana. Gue tidur di antara kakinya Daren jadi posisi gue nyandar ke dia. Daren juga meluk gue dari belakang.

"Sleep well."

"Hng.."

Habis itu gue bisa tidur nyenyak di pelukan Daren. Walau beberapa kali gue denger sorakan cie cie dari temen temen gue. Anjing emang mereka, tapi gue si ga peduli.

---

Jam tiga sore gue kebangun dengan Daren yang masih setia meluk gue. Bahkan dia ikut tidur. Di sekitar gue cuma sisa Varo, Reiga, Tara, Wulan, juga Rias. Sisanya ga tau kemana.

"Dah bangun San? Sini sini makan sama gue." Panggil Wulan. Tau aja si gue laper.

Gue dengan gontai jalan ke dia. Wihhh ayam geprek nih. Bisa di pastikan lambung gue bakal kenapa kenapa karena makan pedes disaat perut gue lagi kosong.

"Ratna sama Sana mana?"

"Sana lagi nemenin temennya beli sesuatu ke Indomaret, terus Ratna dipanggil sama Dipta."

"Oh. Terus pacar lu?"

"Siapa? Emang gue punya pacar?"

"Tama lah."

"Idih, bukan yee." Boong anjir. Muka lu merah begitu kenapa. "Kayanya si pulang buat mandi. Soalnya nanti dia ada mau perform sama anak anak lain buat penutupan."

Oh iya, kelas 12 buat acara kecil kecilan. Kita bentar lagi mau minggat jadi untuk mengenang saat saat terakhir kita adain acara. Kepala sekolah udah izinin kita pake halaman sampe jam sepuluh malem.

"Lo mau tampil Lan?"

"Iya keknya. Sama Rias. Lo mau ikut?"

"Gas aja gue mah."

"Sambil main gitar gimana?" Bentar? Gue main gitar? Anjir dah berapa lama gue ga main gitar? Udah lupa kali. "Ga bisa nolak. Lo pasti inget kunci kuncinya, lagian ga banyak kok nyanyi, cuma satu lagu doang."

Iya deh iya. Terus gue lanjut makan lagi.

"Kak?" Gue noleh denger suara seraknya Daren. Bayi gue dah bangun nih.

"Ya? Sini." Gue nepuk nepuk tempat di samping gue. "Kenapa bangun, istirahat dulu."

"Gapapa." Dia tiduran dengan paha gue sebagai alas.

Wulan liatin kita. "Coba aja Tama mau kaya gitu ke gue." Keluhnya. Dan ekhem ga tau aja Wulan si Tama udah berdiri di belakanganya sambil bawa sekeresek martabak.

"Oh pengen gue manja manja sama lo gitu?"

"ANJING! SEJAK KAPAN LU DISANA?!"

"Dari tadi." Tama jongkok. Jarak mukanya sama Wulan deket banget. Kalo ada dorongan dikit dah cipokan tuh. "Lo mau gue kaya Daren? Manja manja? Iya nanti di rumah ya." Dia ngusak rambutnya Wulan. Mukanya Wulan ga usah di tanya, udah kaya sambel geprek merahnya.

Anjay, baper nih.

"Jangan liatin mereka. Liatin aku aja." Daren narik leher gue biar nunduk liat dia yang masih merem melek karena bangun tidur.

Gue sama Daren saling pandang, sampe tiba tiba Tara teriak.

"BANGSAT!"

---

Tsun tsun itu biasanya yang paling lucu😣
plis ini berikan saya satu pacar kaya tama atau daren 🥺

🖇️# ࣪𝐦𝐚𝐡𝐚𝐝𝐢𝐧𝐚 [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang