Demi apa rapat tadi bener bener menyesakkan buat gue. Ada beberapa faktor kenapa gue bilang gitu.
First, gue harus berdiri buat jadi asistennya Dipta waktu presentasi, kan perlu power point tuh, nah gue yang nge slide slide pptnya.
Second, gue harus jadi orang keempat selama rapat. Ini si antara Ratna, Tara, dan Dipta. Cuma kan gue di sampingnya Ratna ya, jadi gue otomatis keganggu dong, waketosnya aja bilang gue kaya kambing congek di antara tiga orang itu.
Third, ada mantan gue. Dan ANJINGNYA ITU dia duduk tepat di seberang gue. Kan mejanya kaya bentuk U. Nah gue di ujung kiri, dia di ujung kanan, kan secara otomatis hadap hadapan.
Fourth, mantan gue narik gue sehabis rapat buat ngobrol berdua.
Fifth, Daren liat.
Sixth, kita berantem.
KARENA RAPAT DOANG ANJING ADA ENAM MASALAH DALAM SATU HARI!!
Oke kita cerita kronologi lengkapnya. Dari gue jadi asistennya Dipta deh.
"Selanjutnya kami akan bla bla bla bla.." dia presentasi sampe selesai dan dihadiahi tepuk tangan dari seluruh orang di di ruangan itu. "Terimakasih."
Gue sama Dipta balik ke tempat duduk. Selama rapat berlangsung gue bisa rasain mantan gue ini ngeliatin terus, kan ga nyaman ya bund, jadi gue liatin balik, pengennya si buat dia ga nyaman juga tapi dia malah senyum, kan, kan, kan ANJING!
Terus Ratna nyenggol gue. "Kenal?"
"Nggak."
"Oh."
Rapat berakhir dua jam kemudian, agak panjang karena emang kita bahas bener bener rinci kali ini, sampe ke titik komanya.
Terus waktu beres beres gue ditarik sama dia ke depan ruang rapat, di lorong, pas banget posisinya lorong lagi sepi karena masih ada jam pelajaran.
"Apa?" Tanya gue tanpa basa basi.
"Gapapa. Cuma mau ngobrol aja sama kamu." Dia senyum. Tangannya masih megang tangan gue. Dih apaan gandeng gandeng, mau nyebrang? "Apa kabar?"
"Baik."
"Gimana tante Risa sama om Bram?"
"Baik."
"Udah move on dari aku?"
"Udah." DARI LAMA ANJENK.
Dia senyum lagi. Alah pesona lo ga nyampe bang. Udah ada Daren yang lebih menawan. Oh ya daripada susah manggilnya, kita panggil mantan gue ini Theo, kak Theo karena dia setaun lebih tua dari gue. Tapi bomat lah gue ama panggilan kak ke dia, keburu males.
Kita diem beberapa saat. "Kamu ga mau nanya keadaan aku gitu habis putus gimana?"
"Ga tertarik."
"Coba tanyain sekarang, siapa tau kamu tertarik."
"Dih ngatur."
"Hahaha.. lucu. Kenapa kita putus ya dulu. Balikan yuk?"
Gue langsung ngeliatin dia tajem. "Apa? Balikan? Setelah semua yang lo lakuin ke gue? Gila lo kak. Udah selingkuh, terus lo mutusin gue, sekarang minta balikan. Tebel juga muka lo."
Dia masih senyum. "Emang kenapa? Kan ga ada salahnya mencoba untuk kedua kali."
"SALAH! Liana mau lo kemanain? Huh?"
"Dia masih sama aku kok."
"Kan, makin ngelantur nih." Gue muter mata males. Emang dasarnya brengsek ya tetep brengsek. Susah dirubah kalo modelannya kaya gini.
Dia hela nafas. "Aku denger dari Berliana, katanya kamu tunangan? Bener?"
"Urusannya sama lo apa kak?"
"Urusannya sama aku? Banyak. Kamu tunangan disaat status kamu adalah pacar aku. Lagian tunangan kamu masih kalah jauh sama aku."
"Terus? Pede banget lo. Kocak dah, lo juga pacaran sama kak Liana saat status lo pacar gue. Impas kan?"
Kak Theo senyum lagi. KERING TUH GIGI. "Iya. Maaf. Ayo balikan, kita mulai dari awal."
"Nggak makasih. Gue udah punya yang lain. Jauh lebih baik dari lo."
Gue sama sekali ga sadar kalo di belakang ada Daren. Muncullah ide liciknya Theo buat manasin hubungan gue sama Daren. Kayanya si dia ini tau mukanya Daren dari sepupu gue aka orang ketiga di hubungan gue sama mantan gue dulu.
Dia ngangguk. Loh gampang banget. "Oke. Tapi aku mau nanya. Apa kamu nerima tunangan kamu dengan sepenuh hati? Atau kamu nerima dia cuma karena kamu mau balas dendam ke aku dan Liana? Atau juga jadiin dia pelampiasan?"
Gue diem.
Iya juga. Awal gue sama Daren tunangan gue masih dihantui perasaan gue ke Theo. Gue nerima perjodohan itu juga karena gue pengen lupain Theo. Apa iya gue jadiin Daren pelampiasan? Ga jauh bedanya dong kebrengsekan gue sama Theo.
"Iya. Gue awalnya nerima dia buat jadi pelampiasan, tapi gue mikir lagi dan gue nerima dia bukan karena pelampiasan, tapi karena gue tau dia laki laki yang tepat untuk gue, ga kaya lo. Dia baik, ga brengsek. Ga suka main perempuan. Iya memang, waktu itu gue salah sempet mikir pengen jadiin dia pelampiasan. Tapi untung itu ga kejadian."
"Then, apa kata kalo dia tau semua yang kita omongin?"
"Ga akan. Dia lagi main ke kelas gue sama Reiga."
Theo ketawa sinis. Terus dia narik bahu gue biar menghadap ke belakang. Gue langsung aja melotot kaget. Bibir gue kelu buat ngomong saat itu.
Daren berdiri di ujung lorong sambil bawa plastik yang isinya bakso goreng. Mukanya kaget, sedih, marah, kecampur jadi satu.
"Maaf ganggu. Lanjut lagi ngobrolnya." Dia balik badan dan pergi. Gue bisa liat kesayangan gue nangis. Sakit. Dia nangis karena kata kata gue, dan juga si brengsek Mattheo.
"Lo ngejebak gue kak."
"Ups, sorry."
"Pergi lo, anjing! Lo brengsek. Ga cukup lo buat hancur gue waktu itu sekarang lo buat hancur lagi. Ga punya otak, ga punya hati." Gue ngedorong bahunya terus pergi ngejar Daren.
"DAREN!"
Dia sama sekali ga noleh. Gue makin merasa bersalah.
Pelampiasan? Daren ga pernah jadi pelampiasan perasaan gue ke kak Theo. Ga pernah. Dia pelampiasan rasa bahagia gue. Gue bersyukur punya Daren. Ga pernah sedetikpun gue mikir buat jadiin dia pelampiasan semenjak tunangan.
"Ren, denger-" gue ngeraih tangannya.
"What? Lanjut aja obrolannya. Kan aku bukan siapa siapa."
"Kenapa gitu?"
"Aku cuma pelampiasan kan? Kakak ga sepenuhnya kasi perasaan kakak ke aku."
"Ga gitu Daren. Lo salah paham gue ga-"
"Udah ya kak, aku capek. Kakak nanti gausah nganter pulang. Aku naik gojek, nanti bajunya aku gojekin ke sekolah." Daren ngehempas tangan gue dan pergi, gue ga bisa nahan dia, kaki gue ga bisa digerakin. Gue pengen narik dia tapi ga bisa, gue cuma diem sambil nahan tangis.
"Kenapa bisa gini sih?"
"CASSANDRA!! AYO KE INDOMARET BELI POCKY!"
Gue langsung hapus air mata yang mau keluar dan balik badan ke arah Ratna yang dadah dadah ke gue.
"Napa lu? Kok matanya merah?"
"Kekucek tadi."
"Oh."
Gue ngikut Ratna ke parkiran. Gue sama sekali ga tau kalo Daren masih berdiri di belokan lorong sambil nunduk.
"Kakak bahkan ga kejar aku."
---
mattheo taeyong danuaksa kita kemusuhan, tapi karena ganteng aku maapin.
daren aku punya lagu untuk kamu, ekhem..
don't cry~ don't be shy~ kamu ganteng ada apanya ❤️

KAMU SEDANG MEMBACA
🖇️# ࣪𝐦𝐚𝐡𝐚𝐝𝐢𝐧𝐚 [✓]
Humor[ Finish ] Kisah mengenai si tengah keluarga Mahatama yang sangat menyukai matcha dan juga seorang overthinker; dengan anak tunggal kaya raya dari keluarga Dinata alias si vanilla addict dan si morning person. Mereka dipaksa terikat dalam sebuah hub...