"Sampai kapan sih kamu kayak gini? Gak cape apa?!"
"..."
"Gabby! Bisa jawab gak?"
"Jey! Kan udah aku bilang gak mau berurusan sama kamu lagi! Sekarang kenapa kamu yang marah-marah?!"
"Aku minta maaf, By, aku udah ngakuin salah aku. Aku juga udah jelasin semua ke kamu. Tapi kamu gak ngasih jawaban apa-apa, By..."
"Emang aku harus jawab apa? Soal maaf, aku butuh waktu, Jey."
"..."
"Maafin kamu sekarang, gak semudah aku bayangkan dulu Jey. Mungkin dulu aku akan langsung respon dengan memaafkan, sekarang? Gak sama, Jey."
"Apa bedanya? Toh juga itu udah 10 tahun lalu, By. Apa yang masih kamu ungkit–"
"Jeyandra! Biar kamu tau! Justru aku butuh maaf kamu di 10 tahun lalu! Aku butuh rasa bersalahmu itu dulu! Sekarang? Sampah, Jey, gak ada gunanya! Aku terlukanya dulu, waktu kamu bilang suka aku tapi nyatanya kamu suka Dira! Waktu kamu jadiin aku pelampiasan karna kamu gak punya kesempatan dengan Dira! Disitu Jey, disitu aku hancur!! Gak sekarang!"
"..."
"Kamu minta maaf sekarang, gak ada gunanya, Jey. Hatiku yang dulu yang hancur, perasaanku dulu yang butuh diobati. Sekarang, maaf kamu gak berguna apapun sama sekali. Aku harus jawab apa? Maafin kamu? Okey, sejak tahun lalu, aku bertekad maafin kamu tanpa kamu minta. Baru setahun lalu aku mampu."
"Gabby..."
"Kamu, kamu kemana aja? Ini gak bisa ngobatin aku samas sekali, Jey, aku butuh maaf kamu duluu..."
"Shh, maaf Gab, jangan nangis ya? Gak tahan aku liat kamu nangis. Shhh shhh"
"Jey...Jey..."
"Aku di sini, maaf Gabby, maafin aku. Aku mohon maaf...shhh"
"Andai kamu tau gimana sedihnya aku dulu, aku mau marah tapi sadar ini bukan salah Dira. Aku mau benci kamu, tapi aku sadar aku ini gimana, gak mungkin seorang Jeyandra Josephine bisa suka sama aku, aku cuma Gabby, Jey. Bukan Dira yang jauh banget lebih baik dari aku..."
"Gabby, maaf, aku minta maaf. Kamu gak perlu jadi Dira. Kamu yang terbaik, Gab. Gabriella Floren adalah yang terbaik, versi kamu original adalah yang istimewa...maaf, maaf bikin kamu membenci diri sendiri. Maaf bikin kamu selalu menaggap diri kamu kurang segala-galanya. Maaf Gabby, aku mohon maaf..."
"..."
"Shh, shhh... please nangisnya udahan, Gab. Aku sedih beneran liat kamu gini, hapus ya air matanya?"
"Aku bisa sendiri, Jey, gak perlu kamu pegang mukaku."
"Maaf, Gabby, maaf..."
"..."
"Maaf, aku masih nuntut kamu maafin aku, aku benar-benar gak nyangka akan sefatal ini akibatnya. Andai aku tau, gak akan aku nyakitin kamu, Gabby."
"Jey, andai aku tau, gak akan aku pernah suka dan sayang sama kamu. Terlebih nerima perasaan palsu kamu dulu!"
"Tapi, Gabby, kali ini aku serius, aku benar-benar tulus sayang kamu. Sejak dulu, sejak aku benar-benar lepasin kamu. Aku menyesal, Gabby."
"..."
"Aku mohon, kamu mau nerima aku lagi?"
"Kali ini aku yang minta maaf, Jey. Aku gak bisa, bukan–aku gak mau punya hubungan spesial apapun dengan kamu Jey, aku ngerasa cukup dengan dulu."
"Gabriella, please, kasih aku kesempatan. Aku mohon, Gabby."
"Jeyandra, you threw it–your chance–away, a long time ago. Kamu harus terima ini semua, seperti aku terima itu semua."
"Gabby..."
"Jey, kita udah gak ada apa-apa lagi. Kita udah selesai, sekarang ada hanya aku dan kamu. Gabby dan Jey yang berteman, tapi itupun gak sekarang. Maaf, Jey."