🌺 Marigold - 06

503 72 26
                                    

Terima kasih untuk votenya kemarin😊😊

Kira-kira kali ini tembus 40 votes gk yah?

Karena ini part nya panjang bgt jadi di vote dulu yuk biar gk kelupaan nanti.

🌺

Siap-siap dibuat oleng sana sini sama ketiga bujang ini.

Siap-siap dibuat oleng sana sini sama ketiga bujang ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌺🌺🌺

Malam semakin larut. Kapal megah bernama Pasifik Moon itu tampak masih gigih menerjang ombak samudra. Perjalanan masih panjang. Sekali lagi Irina melihat layar ponselnya. Memastikan waktu pada jam digital yang tertera. Pukul satu malam. Namun ia masih terjaga. Kedua matanya sama sekali tak ingin terpejam.

Ia memutar tubuhnya menghadap John yang sudah terlelap seperti bayi kelinci di sampingnya. Biasanya Irina akan menyumpal mulut yang mendengkur itu dengan kaos kakinya karena sangat mengganggu. Tapi kali ini Irina justru membiarkan dengkuran itu sebagai nyanyian malam yang entah bagaimana sama sekali tak mengganggu. Seperti sudah terbiasa. Jemari lentiknya justru bermain-main pada wajah John.

Membuka satu persatu mata yang melekat itu hingga terlihat pupil kosongnya. Seolah ingin mengintip mimpi apa yang John dapatkan dalam tidurnya kali ini. Apa berebut saus kacang dengannya atau apa? Ch, konyol memang. Hidung mancung itu menjadi sasaran jemari Irina selanjutnya. Terkadang Irina bertanya-tanya kenapa hidung adiknya bisa sebesar itu? Usil, ia menjepit hidung John hingga membuat si pemilik terusik karena tidak bisa bernapas.

Masih dengan ekspresi datarnya, gadis cantik itu mengeratkan mulut sang adik yang menganga dengan menaikkan dagunya berulang-ulang. Agh, rasanya Irina sangat bosan malam ini. Ia kembali menatap langit-langit kamarnya sebelum pada akhirnya memutuskan untuk mencari udara segar di luar sana.

Dengan hati-hati Irina menampilkan kepalanya pada pintu yang terbuka tipis. Melihat keadaan sekitar terutama pintu kamar Shogi untuk memastikan masih tertutup rapat. Dengan mengendap-endap ia berjalan keluar. Sesekali menggigit bibir bawahnya, mendesis merasakan kakinya yang masih terasa nyeri. Tapi ia merasa ini sudah lebih baik setelah diobati tadi.

Udara di tengah samudra memang sangatlah dingin. Desiran ombak seperti beradu di bawah sana. Irina berdiri di pagar pembatas sembari memeluk diri, melihat laut lepas yang gelap dan tampak kosong. Bintang juga terasa enggan hadir lebih banyak. Hanya ada beberapa yang bersedia menemaninya.

Suasana lebih tenang daripada beberapa jam yang lalu namun tidak pula terasa begitu sepi karena memang ada beberapa orang yang nyatanya masih memilih berada di luar dari pada bergulat dengan tempat tidur mereka.

Irina meratakan pandangannya ke sekitar dan terbelalak kala tatapan itu bertemu dengan sosok yang tak asing baginya. Pria tampan tak jauh dari tempatnya berdiri tampak menatapnya pula. Keduanya seperti terkejut satu sama lain. Irina jelas tidak melupakan siapa dia jika terakhir kali mereka berpisah setelah keduanya berciuman.

Marigold [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang