🌺 Marigold 10

103 28 21
                                    

Allowa dramawers,
Masih nungguin drama kapal pesiar ini nggk?
Heehee

Semoga ga bosen2 yach..
Sebenarnya aku sedang dalam kondisi kurang menyenangkan. Harus bed rest beberapa hari..
Libur kerja dulu beberapa waktu ke depan.
Diatas tempat tidur, ya cuma bisa nulis.  Hehee..

Minta doanya semoga cepat sembuh ya man teman. 🤧😁

Ya dah met baca semuanya,
Jangan lupa vote dan comennya biar aku tambah semungut..
Hehe
.
.

Hehe

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.

     Irina tampak terbaring di ranjang tidurnya seorang diri. Sosok John tak ia temui sejak saat dirinya kembali dari tempat Jason beberapa menit yang lalu. Gusar dengan mata yang tetap terjaga kendati pukul 10 malam sudah terlewati. Ya, itu karena pikiran kacaunya atas drama hidup yang hari ini ia lalui. Hatinya dilanda dilema dalam skala tak terhingga. Bagaimana tidak. Baru saja Shogi mengucap keseriusan cintanya, beberapa waktu kemudian Jason melamar dirinya. Mimpi gila macam apa yang tengah menghantuinya seperti ini?

     Krekk! Suara pintu kamarnya terbuka. Irina yang berbaring miring tak menengok dan mengira itu John. Namun saat suara yang lebih berat itu mengudara dirinya bangkit karena terkejut.

     "Kau sudah tidur?"

     Dalam posisi bersandar diranjang, wajah dingin tanpa senyum sedikitpun dari Irina, kedua mata yang menatap pria itu tidak suka, ia menimpali dengan sebuah keluhan, "Harus berapa kali aku bilang padamu ketuk dulu pintunya kalau ingin masuk."

     "Aku tidak suka mengetuk-ketuk pintu. Nanti jariku sakit," jawaban cuma-cuma Shogi yang sengaja ia lontarkan cukup membuat Irina menghela napas, pasrah.

     Shogi duduk di samping Irina detik kemudian. Mengamati tiap inci wajah sang gadis pujaan. Menghelai rambutnya lembut. Dan Irina hanya terdiam, melihat Shogi pula. Keduanya seolah dalam pemikiran masing-masing. Tanpa ekspresi yang mampu digambarkan dari raut keduanya. Jika dipikir-pikir mereka berdua sama-sama memiliki raut dingin yang mesterius.

     "Kau ingin tidur sekarang?" tanya Shogi.

     "Memangnya kau ingin menyuruhku apalagi jam segini?" timpal Irina.

     Keduanya masih saling menatap. Namun Shogi kemudian melirik ke arah jemari lentik di atas selimut itu. Ia meraihnya perlahan. Menciumnya dengan lembut dan penuh kasih sayang. Irina hanya memperhatikan tanpa berniat menghempas. Hingga akhirnya Shogi kembali menatap gadis itu. Tersenyum sembari berucap, "Tidurlah! Beristirahatlah."

     Tidak ada percakapan lagi setelah itu. Shogi meninggalkan Irina setelah ia menarik selimut pada tubuh Irina hingga ke atas dada dengan senyuman hangat. Semua terasa damai. Tidak seperti biasa.

Marigold [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang