Part. 36

713 50 1
                                    

“Kalo kita balikan, aku bakal diam soal rahasia pekerjaan kamu itu. Ini kesempatan kita, buat perbaiki hubungan dulu, by,” tutur Dion sembari memegang sebelah tangan gadis itu.

Namun gadis itu tidak berniat merespons sama sekali. “Aku nggak suka nunggu lama, by.”

Gadis itu menarik kasar, sebelah tangannya dari genggaman Dion. “Lo pikir gue bakal percaya? Nggak sama sekali," balasnya.

“Ck, sebenarnya kamu ini kenapa? Aku kurang apa? Kamu lebih pilih bocah ketua geng yang suka balap liar dan tawuran! Kamu bego, Risha!” bentak Dion hingga semua orang yang berada di sekitar meja kafe itu, memperhatikan mereka berdua.

Dion yang sudah naik pitam, langsung menarik kasar lengan gadis itu dan mencengkeram kuat. Laki-laki itu menarik tepat di bekas kemarin yang masih terasa perih.

Rinzy meringis kesakitan. “Lepas, Dion!”

Dion menarik kasar agar lebih dekat dengannya. “Kamu pilih balikan sama aku atau bocah itu mati depan kamu? Pilih sekarang!”

“Gue nggak pilih dua-duanya. Lo pikir cowo gue segampang itu matinya. Lo salah, Alren gue lebih dari sisi apapun dibandingkan lo. Cowo gila!” lontar Rinzy  menahan rasa perih di lengannya.

Tidak terima dengan balasan gadis itu. Dion lantas berpindah menarik keras rambut belakang gadis itu. Hingga membuat Rinzy mendongak, ia menahan tarikan rambutnya dengan tangan agar tidak terlalu sakit.

“Lepas brengsek!” pekik Rinzy.

Melihat wajah laki-laki membuat Rinzy semakin kesal. Lihatlah sekarang, Dion malah memandang wajahnya lekat dengan senyuman manis. Seakan ia menikmati rasa sakit yang dirasakan gadis dihadapannya itu.

Tidak tahan dengan mantannya itu. Rinzy langsung melayangkan tangan, menamparnya begitu keras.

Plak.

Tepat di sebelah pipi Dion, hingga tercetak jelas bekas tamparan itu. “Lo tau sakit nggak setan!” bentak Rinzy.

Setelah itu Rinzy bangkit berdiri membuat Dion tersentak. “Lo pikir, gue masih kaya dulu cuma diem doang, hah?!”

Dion yang terkejut, bukannya merasa bersalah. Namun, ia merasa tertantang dengan menampilkan senyuman miring. Laki-laki itu merasa ingin cepat-cepat mendapatkan Rinzy sepenuh.

Dion bertepuk tangan sebentar, sebelum melontarkan kata-kata. “Aku suka kamu yang begini. Apalagi kalo udah jadi milik aku.”

Gadis itu mendecih, seraya memutar bola matanya. “Mimpi! Gue nggak bakal jadi pacar lo apapun yang terjadi. Inget kata-kata gue.”

Dion menahan pergelangan tangan Rinzy. “Oke, aku kasi kamu kesempatan terakhir sampe besok malam. Kalo nggak, kamu bakal liat ketua bem dan ketua geng motor itu baku hantam atau mungkin ada mati."

Napas Rinzy memburu menahan amarahnya. Ia melepaskan tangan dari tahanan Dion. “Gue nggak perduli,” pungkas Rinzy langsung melesat pergi keluar kafe.

Sebenarnya ia takut dengan lontaran kata-kata Dion. Tapi ia tidak mungkin terlihat takut di hadapan laki-laki brengsek itu. Sekarang Rinzy hanya perlu memikirkan cara agar Raka dan Alren tidak menjadi korban laki-laki gila itu. Tanpa harus memilih pilihan bodoh.

Tidak ingin membuat Alren salah paham karena pertemuan dirinya dan Dion. Rinzy memutuskan memesan ojek online. Sembari menunggu, ia berteduh di depan toko yang sudah tutup. Karena hujan yang lebat, beberapa kali Rinzy memesan selalu di cancel. Akhirnya ia memilih berteduh sembari menunggu hujan berhenti.

“Rinzy,” panggil laki-laki dengan hoodie biru dongker yang masih memakai helm full face berhenti tepat di depannya.

Sontak Rinzy menoleh, mendapati Dewa yang tengah menuruni motornya. Ia berlari kecil menghampiriya yang tengah berteduh. “Dewa, lo ngapain di sini?”

Alreenzy [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang