Komen 50 update lagi
Mobil Jamy memasuki pekarangan rumah milik Tysa, anak-anak mereka belum pulang sekolah.
"Masuk, mas. Kopi atau teh?"
"Kopi. Aku bawain bakmi kesukaan kamu"
"Makasih"
Tysa membawa bungkusan itu ke dapurnya dan Jamy langsung memeluk pinggangnya.
"Kangen banget...."
"Halah, tiap hari ketemu juga"
"Kan ketemunya sebentar jadi gak pernah puas"
Tangan Jamy mengelus perut Tysa dan mengecup rambutnya.
"Lucu ya nanti kalau Mahen sama Hilsa jadi saudara. Mereka berangkat sekolah bareng, ngerjain tugas bareng"
"Semoga yaaa... Kita pelan-pelan aja"
Mereka mengobrol sambil menikmati segelas minuman hangat dan roti kelapa ditemani rintik air hujan.
° ° °
Mahen berhenti di pinggir gerbang sekolah saat melihat seorang gadis memegangi perutnya dan menutupi rok pendeknya dengan buku tulis.
Ia tahu gadis itu sedang ada insiden kecil. Tamu bulanan wanita.
"Lo yang kemarin sepedanya gue pindah kan?"
"Iya! Ngapa?" Jawab Hilsa
"Galak amat sih. Naik sini"
"Gak perlu, gue bisa ngangkot"
"Gue minta maaf, hitung-hitung ini tanda minta maaf gue. Keburu rok lo makin merah"
Hilsa menimbang sebentar. Ada benarnya ia naik mobil Mahen.
Ia membuka pintu mobil itu dan melapisi jok mobil Mahen dengan bukunya.
"Bisa minta tolong mampir minimarket gak? Depan situ ada kok"
"Iya.... Rumah lo daerah mana?"
"Palmerah, deket Tanah Abang"
Mobil Mahen berhenti di depan minimarket.
"Lo aja deh yang turun. Gue malu banget please"
"Yakali gue beli pembalut" tolak Mahen
"Please, gue beliin kopi deh atau teh pucuk"
Karna tidak tega akhirnya Mahen turun dan membelikan pembalut untuk Hilsa. Ia harus menahan malu di depan karyawan minimarket.
"Udah numpang nyusahin lagi"
"Ya maaf... Eh, lo gak beli minuman?"
"Gak, gue ikhlas kok"
"Thanks Mahen, lo ternyata baik juga"
Pipi dan Mahen memerah, ia menyetir sambil menahan senyum melihat Hilsa yang menggemaskan.
° ° °
Mereka sudah sampai di rumah Hilsa. Mahen melihat ibunya Hilsa sedang menyiram tanaman.
"Loh Hilsa pulang sama siapa?" Tanya ibunya
"Kenalin bu, temen aku. Mahen turun dong"
Tysa langsung terkejut melihat anak dari pacarnya datang ke rumahnya.
"Sore tante..." Mahen salim dengan ibu dari Hilsa
"Sore, masuk dulu yuk. Tunggu habis maghrib dulu, gak baik Maghrib di jalanan"
"Ngerepotin Tante, gak usah"
"Diihh masuk dulu. Makan sekalian"
Akhirnya Mahen ikut bergabung di rumah itu untuk menunggu setelah Maghrib dan baru pulang. Ia makan malam di sana.
Hilsa membuat es sirup untuk minuman dan Tysa tahu sebenarnya Mahen tidak boleh minum varian seperti itu.
"Mahen mau minuman lain? Tante ambilin ya"
"Gak usah tante, ini aja"
"Cobain, Hen. Soda campur susu sama sirup terus kasih lemon dikit paling enak pokoknya" tawar Hilsa
"Thanks... Bokap lo gak ikut makan?" Tanya Mahen
"Ayah pergi dari gue kecil. Gue sama bunda doang"
"Sorry....."
Hilsa tersenyum tulus " yaelah gapapa"
"Nyokap gue juga udah gak ada, sama bokap doang gue"
"Akhirnya ada yang sefrekuensi. Satu yatim satu piatu"
Tysa hanya diam. Ia ingin sekali dekat dengan Mahen tapi hatinya belum mampu.
Ia takut Mahen langsung menolaknya.
° ° °
Tysa memberitahu Jamy jika tadi Mahen ke rumahnya dan ikut makan di sana.
"Maaf ya, mas. Tadi Mahen minum soda sama sirup. Aku udah nyoba nawarin air putih tapi dia masih minum"
"Gak apa-apa, sekali-kali gak masalah. Mahen kuat kok"
"Mas tanyain kondisinya ya. Aku gak tenang masa"
"Tysa, sayang. Gak apa-apa. Jangan merasa bersalah ya"
Pintu kamarnya dibuka tiba-tiba oleh anaknya.
"Telponan sama siapa, pi?"
"Sekretaris papi nanyain besok jadi meeting enggak"
Jamy langsung mematikan ponselnya dan duduk di ranjang bersama anak kesayangannya.
"Ada apa, boy?"
"Pi, bisa gak kalau beasiswa temen aku diperpanjang sampai dia lulus?"
"Temen kamu? Siapa?"
"Ada pokoknya. Kasian tahu, mamanya single parent dan rumahnya ngontrak"
"Ya namanya siapa, gimana papi ngurusnya kalau gak tahu namanya" gerutu Jamy
"Hilsa Danira"
Jamy terkejut membuat Mahen bingung.
"Kenapa?"
"Gapapa, aneh aja kamu tiba-tiba nanyain beasiswa orang"
"Kasian aja, pi. Tolong ya"
"Iya... Jangan suka minum sama makan sembarangan loh ya. Dijaga ya, nak"
"Siap. Papi juga jaga kondisi jangan sakit"
Jamy yakin yang dimaksud anaknya single parent adalah kekasihnya.
° ° °
Hari ini pelajaran olahraga dan Mahen tidak ikut, ia duduk di perpustakaan sambil membaca buku.
Atensinya berpindah pada gadis yang duduk di ujung ruangan.
"Heh ngapain di sini sendirian?" Tanya Mahen
"Gue satu-satunya yang gak remidi di kelas. Keren gak gue? Lo ngapain?"
"Bolos olahraga, males panas-panasan"
Hilsa geleng-geleng kepala.
"Dih kaya cewek aja takut panas. Gue aja gak masalah"
"Ntar gue gak ganteng lagi kalau belang-belang"
"Ganteng emang lo?" Tanya Hilsa
"Menurut lo ganteng gak?"
Hilsa mendekatkan wajahnya memandang Mahen dari jarak dekat membuat lelaki itu salah tingkah.
"Ganteng kok"
DEG
Mahen hampir mengumpat saat jantungnya berdetak makin cepat. Ia makin yakin jika ia menyukai gadis ini.
"Lo juga cantik"
"Apaan deh... Gak jelas"
"Serius, fakta kok" sahut Mahen
Kita tak hanya Mahen, Hilsa pun salah tingkah dibuatnya. Mahen ada-ada saja.
Next?
Ketahuan gak ya emak bapaknya?
KAMU SEDANG MEMBACA
MANDALIKA (MARKHYUCK GS)
FanfictionKita emang saling cinta. Tapi orang tua kita juga gak bisa dipisahkan