8

1.6K 163 24
                                    

Vote dan komentar jangan lupa....

Tysa merapikan jas suaminya sambil sesekali keningnya dicium.

"Mas, aku pengen honeymoon kemana gitu deh"

"Honeymoon?"

"Iyaaa.... Quality time sama kamu aja berdua"

"Anak-anak gak diajak" tanya Jamy

"Gak usah. Mereka udah pada gede kan ya. Nanti aku minta bibi buat stay di sini beberapa hari nemenin mereka"

Jamy mengangguk dan mengecup tangan Tysa.

"Atur aja mau berangkat kapan. Mas nurut deh"

"Makasih, mas. Ibu nelponin aku mulu nyuruh kita buru-buru honeymoon"

"Maaf ya ibuku ganggu kamu terus"

"Gak, mas. Aku malah suka kok ibu perhatian sama aku"

°

°

°

Mahen ke dokter lagi hari ini. Ia rasanya bosan sekali harus kesini hampir setiap hari.

"Kamu demam"

"Nggak... Ini gara-gara cuaca di luar panas" jawab Mahen

"Ngeles mulu ini anaknya Jamy!"

Dokter itu langsung menyuruh Mahen berbaring dan ia mulai ditancapkan beberapa selang ditubuhnya.

"Dokter sahabatnya papi dari dulu kan?"

"Iya, ada apa?"

"Dok, mamiku siapa?"

Bima yang sedang mengoleskan kapas ke bekas suntikan di tubuh Mahen langsung berhenti.

"Mahen...."

"Jangan tegang, dok. Aku baik-baik aja kok"

"Nak, siapapun orang tua kamu. Yang terpenting papi kamu adalah orang yang selalu ada buat kamu"

Melihat Mahen seperti ini membuat Bima sakit. Anak yang malang kenapa ia harus mengalami takdir yang sekejam ini.

°

°

°

Jamy sudah membicarakan rencananya untuk honeymoon bersama Tysa ke anak-anaknya.

"Jaga diri ya kalian. Uang papi udah transfer ke rekening masing-masing"

"Yang banyak...." Ujar Mahen

"Iya, kalau habis minta sekretaris papi buat kirim lagi"

"Bunda sama papi berapa lama di Eropa?"

"Gak tahu, dua mingguan mungkin" jawab Jamy

"Hilsa jangan sering main sama cowok loh ya. Pulang sekolah langsung pulang, gak ada pacar-pacaran sampai Maghrib" omel Tysa

"Iya... Mana pernah sih aku pulang sekolah main"

Mahen diam, ia memejamkan matanya menahan rasa sakit di tubuhnya, sesekali ia menarik nafas dan menghembuskannya.

"Besok anterin papi sama bunda ke bandara ya. Berdua harus ikut" ujar Jamy

"Iya, aku anterin. Aku ke kamar ya" pamit Mahen

°

°

°

Sehabis mengantar orang tua mereka ke bandara sekarang di mobil hanya ada Mahen dan Hilsa.

"Suka lagu apa? Pake handphone lo aja" tawar Mahen

"Sheila on 7"

"Nyari makan dulu, gue laper"

"Aku masak aja deh di rumah"

Mahen tak mau menyiakan kesempatan untuk berduaan bersama Hilsa.

"Lapernya sekarang, rumah masih sejam lagi"

"Ya udah deh, ayo"

"Makan di Pagi Sore aja ya" ajak Mahen

"Okay"

"Aku boleh buka kaca gak?" Tanya hilsa

"Buka aja"

Mereka duduk di berdua dengan Hilsa yang mengomel karna harga makanannya.

"Ini kalau aku beli di langganan aku udah dapat 20 porsi"

"Kejauhan... Keburu lapar"

"Besok-besok aku masak aja deh. Jangan boros-boros"

Hilsa mengomeli Mahen namun bibir Mahen tidak bisa menahan senyumnya melihat Hilsa begitu menggemaskan saat makan sambil ngomel.

°

°

°

Beberapa hari berada di rumah berdua bersama membuat mereka akrab. Bahkan Hilsa tidak berangkat bersama Lukas lagi beberapa hari ini.

"Kenapa? Sakit?"

Hilsa nampak panik melihat Mahen tiba-tiba diam menutup mata menahan sakit. Mereka masih di garasi.

"Bang.... Lo kenapa?"

"Ggaa .... Appa"

"Kuat jalan gak? Gue panggil satpam ya"

Mahen malah ambruk dan Hilsa pun sama. Ia menahan tubuh Mahen di dadanya.

Tak lama para pekerja di rumah menghampiri mereka dan membawa Mahen ke kamarnya.

"Bi, Mahen sering sakit?"

"Kurang tahu ya, non"

"Telpon papi aja ya?"

Hilsa menelpon bunanya dan mengabari kalau Mahen tiba-tiba tumbang.

"Gak usah masuk sekolah dulu ya kalian berdua. Hilsa tolong temenin kakaknya dulu"

"Iya bun"

"Hilsa bisa masak bubur sumsum kan? Atau bubur jagung? Bikinin bubur ya"

"Iya, bunda sama papi jangan khawatir. Kak Mahen pasti pulih cepat kok"

"Makasih ya Hilsa... Papi titip Mahen ya"

"Iya pi"

Mata Mahen masih terpejam dan nampak pucat. Hilsa memilih untuk ke dapur memasak bubur untuk Mahen.

°

°

°

Sakit di badannya belum hilang ternyata. Mahen mencoba duduk.

"Anjing, Hilsa lihat gue drop? Dia curiga gak ya?"

"Bibi gak ngomong apa-apa kan?"

Pintu kamarnya dibuka dan Hilsa membawa semangkuk bubur dan juga air hangat.

"Akhirnya bangun juga. Bikin panik aja"

"Sorry, gue tadi cuma tiba-tiba sakit perut"

"Sering begini?" Tanya Hilsa

"Enggak, itu karna gue sering skip makan aja. Ini juga udah pulih"

Hilsa menyentuh dahi Mahen memastikan demam anak itu sudah hilang.

"Kalau masih sakit kita ke rumah sakit aja"

"Ini udah baikan. Lo yang masak?"

"Iya.... Bunda nyuruh buatin bubur. Btw gue mandi dulu ya, lo gak usah mandi"

Mahen mengangguk. Hilsa menutup pintu kamar Mahen.

"Sorry, Hil. Buburnya gue buang. Gue mual banget"

"Obat gue tinggal segini. Udah berapa hari skip cuci darah lo, Hen"

Ia membuka seragamnya dan kemudian mandi agar lebih fresh dari sebelumnya.

Next?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 03, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MANDALIKA (MARKHYUCK GS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang