Berita tentang hubungan Hilsa dan Lukas sudah menyebar ke penjuru sekolah bahkan guru-guru pun ikut merestui hubungan mereka. Tampan dan cantik serta sama-sama aktif di lomba-lomba membuat mereka menjadi pasangan yang serasi.
"Tapi menurut gue emang Lukas cocok sih sama Hilsa"
"Hilsa juga paling cocok sama Lukas sih. Cowok paling keren di sekolah"
"Gue kenyang...."
Mahen berjalan meninggalkan mereka. Ia memilih untuk pulang. Sekolah membuatnya makin pusing.
Pintu mobilnya ia banting kuat-kuat, ia melihat obat-obatan yang ada di tasnya. Tanpa pikir panjang ia melajukan kendaraannya dengan kencang dan membuang obat-obatnya di jalanan.
"Brengsek!
"Kenapa gue gak dibunuh aja pas baru lahir, digugurin atau apa! Buat apa gue hidup kalau endingnya begini?"
"Orang tua kandung gue aja gak mau ngurus gue!"
Ia melampiaskan kekesalannya sendirian di sini. Ia tak takut jika harus mati hari ini.
°
°
°
Jamy naik ke kamar anaknya, istrinya bilang Mahen belum makan dari siang. Bahkan sampai malam pun anak itu tidak turun kembali.
Bisa Jamy lihat Mahen tertidur di sofa kamarnya dengan alunan musik kencang dan juga TV yang menyala kencang.
Layar ponsel Mahen menyala tanda ada notifikasi masuk dan saat itu juga Jamy sadar.
"Wallpaper Mahen fotonya Hilsa?"
"Ini Hilsa kan?"
Ia menempelkan layar ponsel Mahen ke jempol anaknya dan benar saja saat layar terbuka yang pertama Jamy lihat adalah foto Hilsa.
"Maafin papi, nak. Tapi papi juga gak bisa kehilangan Tysa"
"Maaf...."
Jamy mengecup kening anaknya dan pergi keluar. Mahen langsung membuka matanya dan tertawa sumbang.
"Egois..."
°
°
°
Seperti biasa Hilsa berangkat bersama Lukas, Jamy juga berangkat lebih dulu karna ada urusan. Sementara Mahen masih di meja makan bersama Tysa.
"Mahen mau nambah?"
"Tante tahu kan kalau saya suka Hilsa?"
"Mahen...." Tysa nampak kaget
"Saya setiap hari ke rumah Tante, tujuannya buat apa? Hilsa!"
Nada bicara Mahen mulai meninggi.
"Tante tahu kan sebenarnya kalau saya anaknya pacar tante? Tapi tante malah ikut-ikutan bohongin saya"
Tysa hanya diam menunduk. Ia tak menyangka Mahen akan langsung mengintimidasi dirinya di sini.
"Tapi tante benar. Orang tua mana yang mau anaknya disukai sama orang kaya saya, yang tinggal nunggu waktu aja"
"Mahen... Gak gitu nak. Mahen pasti sembuh" air mata Tysa sudah mengalir
"Hahaha... Sembuh? Kalau pun sembuh Hilsa gak akan pernah jadi punya saya"
Mahen meninggalkan Tysa di meja makan dan pergi begitu saja.
°
°
°
Hilsa mengantarkan makan siang Mahen ke kelasnya, anak itu tadi lupa membawanya saat berangkat dan bundanya mengantarkan ke sekolah.
"Bekal punya abang"
"Thanks" jawab Mahen
"ABANG!"
Teriak Hilsa terdengar ketika Mahen membuang makanan dari bundanya ke tempat sampah. Semua anak melihat mereka.
"KENAPA DIBUANG?"
"Karna gue gak mau makan"
"Kan bisa dikasih orang. Bunda masak capek!"
Mahen memandang Hilsa tajam membuat Hilsa mundur beberapa langkah.
"Hati gue lebih capek, asal lo tahu aja"
"Lo—"
Lukas memungut kotak makan yang Mahen buang dan memeluk Hilsa.
"Kalau Mahen gak mau makan biar gue aja. Jangan nangis"
"Wow... Sok pahlawan" ejek Mahen
"Jangan ngaku cowok kalau lo bikin cewek nangis cuma gara-gara hal gak penting!"
Lukas membawa Hilsa pergi dari sana membuat Mahen semakin kesal.
°
°
°
Lukas memakan makan siang yang bunda Hilsa buat. Ia memuji masakan ibu dari kekasihnya itu.
"Kenapa catering bunda kamu gak open order lagi?"
"Papinya Mahen gak ngasih izin. Dia bilang bunda gak boleh capek"
"Mantan istrinya kemana?"
Hilsa menggeleng.
"Gak meninggal?"
"Aku gak tahu, kak. Setahu aku ya udah gak ada aja, entah cerai atau meninggal"
"Bundamu tapi tertekan banget gak boleh ngapa-ngapain. Di rumah aja"
"Semoga enggak deh... Papi baik kok, bunda pasti bahagia"
Lukas hanya mengangguk, yang penting Hilsa sudah jadi miliknya sekarang.
Next?
KAMU SEDANG MEMBACA
MANDALIKA (MARKHYUCK GS)
FanfictionKita emang saling cinta. Tapi orang tua kita juga gak bisa dipisahkan