Masih ada yang minat?
Komen 50 baru up....
Hari ini pertandingan basket sekolah digelar, Mahen berdiri di balkon kelasnya menelisik mencari pujaan hatinya.
Gadis itu berdiri paling depan di barisan penonton sambil meneriakkan nama pemain.
Lukas.
"San, Lukas siapa sih?"
"Lukas? Itu loh wakil ketuas osis, ketua basket, anak rohis. Lo gak kenal?"
"Enggak..."
"Makanya bergaul jangan cuma tiduran di kelas doang lo"
"Diih! Eh, Lukas ada cewek?" Mahen kepo
"Gebetannya anak IPA 1 dia kayaknya. Dengar-dengar sih lagi PDKT"
Mata mahen melotot.
"IPA 1 siapa?"
"Cantik pokoknya, yang rambutnya panjang lurus terus pipinya tembem itu loh"
"Hilsa?"
"Kagak tahu namanya. Pokoknya IPA 1 yang paling cakep ya itu"
Tidak salah lagi. Yang dimaksud adalah Hilsa.
Ia tidak rela cinta pertamanya dimiliki orang lain.
° ° °
Hilsa terkejut saat ada yang menepuk pundaknya dari belakang. Ia memutar mata malas saat melihat siapa orang itu.
"Tumben lo gak bawa mobil?" Tanya Hilsa
"Car free day di kalender gue. Nebeng dong sampai rumah lo, ntar sopir gue biar jemput di sana aja"
"Lo ada grab kan? Ngapain ke rumah gue?"
"Nanti mampir mekdi. Gue beliin spicy chicken"
"MAUUUU! AYOO!"
Mahen tersenyum melihat Hilsa yang mudah luluh dengan makanan. Sangat menggemaskan.
° ° °
Hilsa tertawa sepanjang jalan karna ia dibonceng Mahen menggunakan sepeda miliknya yang berwarna merah muda.
"Dibilangin aku aja yang depan"
"Ya masa aku kamu bonceng"
"Ya gapapa... Emansipasi"
"Kalau cewek gantiin peran cowok disebut emansipasi. Kalau cowok gantiin peran cewek disebut ngondek. Padahal kesetaraan gender" sahut Mahen
"Iya ya... Ngeri masyarakat Indonesia tuh"
Mereka tiba di rumah Hilsa. Bundanya sedang mengepel lantai.
"Yah tante lagi sibuk?"
"Gapapa masuk aja. Udah kering kok yang sebelah situ"
"Pulpen tante bagus, mahal nih pasti. Sama kaya punya papi aku" ucap Mahen
"Oh iya... Itu hadiah dari tempat tante kerja"
Jantung Tysa rasanya mau copot. Jamy pasti lupa membawa pulpennya.
Andai saja Mahen tahu jika itu memang milik papinya.
° ° °
Hilsa menuangkan semangkuk sayur asem untuk Mahen.
"Cobain deh, di rumah lo pasti gak pernah ada yang masak beginian kan"
"Enak gak?" Mahen tidak yakin
"Enak! Pake sambal sama ikan asin. Enak banget!"
Tysa dan Hilsa tertawa melihat ekspresi Mahen yang baru pertama kali mencoba sayur asem.
KAMU SEDANG MEMBACA
MANDALIKA (MARKHYUCK GS)
Fiksi PenggemarKita emang saling cinta. Tapi orang tua kita juga gak bisa dipisahkan