7. Memutus Kenangan

795 158 16
                                    

Happy enjoyyy
Selamat membaca.
Jangan lupa tap ☆



"Sebelumnya, apartemen ini milik seorang model ternama, Pak. Setiap ruangan tanpa minus karena pemilik sebelumnya sangat menjaga apartemen ini," jelas makelar pada Dannis perihal apartemen yang sebelumnya tempat tinggal Rista.

Dannis mengayun langkah, menyusuri setiap ruangan di apartemen itu diikuti sang makelar. Langkah Dannis terhenti saat melihat warna dinding pada suatu ruangan, mengingatkannya pada kejadian perihal warna bersama Gema. Warna kesukaan sabahatnya berpadu dengan warna kesukaan Rista.

Apa Gema sering datang ke sini? Apa mereka ...? Untuk apa aku membeli apartemen ini jika akan membuat aku dan dia teringat pada Gema? Aku tidak perlu membeli apartemen ini. Biarkan dia melanjutkan hidupnya tanpa bayang-bayang Gema. Aku harus menyingkirkan kenangan bersama Gema dalam hidupnya.

"Bagaimana, Pak?"

Pertanyaan sang makelar membuat Dannis terkesiap. "Apartemen ini terlalu sempit. Saya membutuhkan apartemen yang lebih luas dari ini," ungkapnya. Langkah Dannis kembali terayun untuk keluar dari apartemen itu.

"Ini unit nomor dua, Pak. Apa masih kurang luas untuk ukuran apartemen nomor dua? Yang lebih luas tentu harganya lebih tinggi dari ini."

Langkah Dannis seketika terhenti. Senyum sinis menghiasi rautnya. "Apa Anda pikir saya tidak sanggup membeli apartemen yang lebih mahal dari tempat ini?" tanya Dannis sinis.

"Bukan seperti itu, Pak. Saya-"

"Terima kasih atas waktunya. Saya akan mencari apartemen yang lebih luas dari ini." Dannis beranjak dari posisinya setelah mengatakan hal itu.

Jika saja makelar itu tahu bahwa Dannis adalah pemilik unit termewah di apartemen itu, mungkin dia akan terkejut. Awalnya, tujuan Dannis meninjau apartemen itu untuk memastikan dan berniat membeli kembali. Tapi niatnya terurung saat mengingat ada banyak kenangan Gema di apartemen itu yang akan menghambat Rista untuk move on.

Lift terbuka. Dannis bergegas keluar, lalu masuk ke dalam apartemen miliknya. Setelah pulang dari studio, dia tidak langsung pulang ke apartemennya, melainkan bertemu dengan makelar apartemen yang pernah dihuni Rista. Sedangkan Rista sudah lebih dulu pulang ke apartemen Dannis.

Langkah Dannis terhenti saat melihat tubuh Rista terbaring di atas sofa. Mata gadis itu terpejam. Sepertinya dia kelelahan menanti Dannis sampai membuatnya tertidur di atas sofa. Dannis menghampiri Rista, merendahkan tubuh di hadapan gadis itu. Wajahnya terlihat polos, tenang, dan damai. Tanpa Dannis sadari, senyum tercetak jelas pada bibirnya. Cukup lama dia menatap gadis di hadapannya yang sedang terpejam.

Setelah tersadar sudah cukup lama memerhatikan gadis itu, Dannis bergegas meninggalkan ruang tamu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah tersadar sudah cukup lama memerhatikan gadis itu, Dannis bergegas meninggalkan ruang tamu. Dia mengayun langkah menuju ruang makan. Beberapa makanan sudah tersaji di atas meja. Tatapan Dannis beralih ke arah dapur. Khawatir jika gadis itu kembali membuat kekacauan di ruangan itu. Semua terlihat rapi dan aman. Ada kelegaan di dalam hatinya karena gadis itu tidak memasak. Sudah tentu makanan yang tersaji hasil membeli dari luar. Pandangannya kembali mengitari sekitar, lalu menangkap sesuatu di sisi ruang makan. Bunga yang dia beli terpajang satu per satu pada gelas yang sudah berisi air. Dia menyadari jika di dalam rumahnya tak memiliki vas. Senyum kembali menghiasi wajah Dannis. Senyum yang tak biasa dia kembangkan.

Persinggahan TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang