TEMPAT PEMBUKTIAN

1.4K 165 0
                                    

GARIS DARAH WARISAN
BAB-13

TEMPAT PEMBUKTIAN

"Karena kau sudah datang, maka bersiaplah cucuku, Nastiti. Pergilah ke tempat di mana kau akan melakukan ritual selanjutnya yaitu ritual jarik perawan." Eyang Putri tersenyum, namun sorot matanya tajam menatap Amanda.

Amanda yang ditatap dengan tatapan menusuk hanya mampu menundukkan kepalanya takut. Gadis ayu itu merasa tengah diintimidasi.

"Kalian harus segera berangkat, jangan lagi membuang waktu! dan kau Nastiti, kau harus melakukan ritual dengan baik sehingga besok kau bisa melakukan ritual malam pengantin dengan suamimu." Lagi Eyang Putri berucap.

"Nggih Eyang Putri, siap nampi dhawuh." Suara Arjuna terdengar lembut.

"Sial! Bagaimana ini? Jangan-jangan pak dokter sengaja ingin menodai ku?" Amanda mengumpat dalam hati. Segala macam pemikiran buruk tentang suaminya itu muncul di kepala Amanda.

Detik kemudian keluarga Nitis Sukma yang lain berdiri. Eyang Putri diapit oleh Sekar Ayu, kemudian di belakangnya mengekor Pak Baskoro dan sang istri. Barulah Arjuna dan Amanda ikut berjalan keluar dari kediaman keluarga ningrat tersebut.

"Delman? Eh, kereta kencana?" Amanda berucap kagum.

Pasalnya, di halaman Griya Utami telah menunggu sebuah kereta kuda yang ditarik oleh 4 ekor kuda putih yang gagah. Dibelakang para kuda juga sudah terdapat tempat dimana para keluarga inti Nitis Sukma akan duduk.

Sungguh sebuah kereta kuda yang teramat sangat mewah yang siap membawa para keluarga dari trah ningrat Nitis Sukma. Kereta kuda yang membawa mereka seperti kereta kuda yang dipakai oleh para bangsawan abad pertengahan.

Kereta kuda yang beroda 4 buah. Terdiri atas 1 kotak besar, setengah bundar berwarna coklat mengkilap dan emas yang ditarik oleh 4 ekor kuda jantan berwarna putih, ditopang oleh pegas, di dalamnya terdapat 6 bangku yang dapat menampung 8 orang sekaligus. Sungguh kereta kuda yang menawan.

Kereta kuda tersebut lantas membawa tubuh Amanda dan keluarga Nitis Sukma keluar dari lingkup Griya Utami lalu keluar dari gerbang utama. Sebuah gapura gagah terlihat berdiri sebagai pembatas wilayah tempat keluarga dan Abdi Nitis Sukma berada.

Ketuplak....
Ketuplak....
Ketuplak....

Suara sepatu kuda terdengar tatkala menapakkan kakinya di atas jalan Setapak.

Iiha....
Iihaaa....
Clettar....
Clettar....

Terdengar pula saat sang Kusir mengulurkan cemetinya untuk mengatur para kuda agar menuruti perintah dirinya. Para kuda yang gagah dipaksa mengikuti semua arahan dari sang Kusir agar tak salah jalan.

Amanda mulai merinding dan merasa takut tatkala kereta kuda tersebut terus melaju di atas jalan setapak yang membelah hutan rimbun. Hanya nampak pepohonan yang menjulang dengan tinggi. Walau sinar mentari masih dapat menyibak rimbunnya ranting pohon, namun aura magis sangat terasa begitu kental.

Wuush....
Kreteek....
Kreteek....

Suara sang bayu saat menggoyangkan dahan pohon kerap kali terdengar di telinga Amanda. Anginnya memang terasa sejuk membelai wajah, namun bagi Amanda. Nafasnya justru terasa pengap.

Suasana di dalam kereta kuda cukup mencekam. Hanya ada keheningan yang sesekali diramaikan oleh desiran sang bayu. Amanda dan para penghuni kereta kuda sibuk dengan pikiran masing-masing.

Krieeet...

Terasa jika kereta kuda telah berhenti melaju. Amanda mengangkat wajahnya yang sedari tadi menunduk. Akhirnya dirinya telah sampai di suatu tempat setelah 30 menit tubuhnya dibawa lari oleh para kuda perkasa.

Nampak satu-persatu keluar dari dalam kereta kuda yang mewah tersebut. Dimulai dari Pak Baskoro yang turun terlebih dahulu untuk membantu Eyang Putri, disusul oleh Bu Sulastri lalu Sekar Ayu, baru kemudian Arjuna mengulurkan tangannya untuk membantu sang istri turun.

Begitu turun Amanda langsung terpesona saat disuguhi oleh pemandangan dihadapannya saat ini.

Bagaimana tidak?

Dihadapan gadis ayu yang bergelar istri Arjuna Nitis Sukma itu melihat sebuah bangunan yang mirip sekali dengan Candi setinggi 5 m. Di sekeliling Candi tersebut banyak sesajen yang sepertinya memang sengaja ditaruh di tempat tersebut untuk meminta berkah.

Amanda dituntun oleh Bu Sulastri untuk melangkah ke candi utama. Bangunan candi tersebut berbentuk gunung dan ada tangga batu yang akan menghantarkan siapapun ke puncak candi.

"Ini sebenarnya tempat apa Ibu?"
Amanda tak mampu lagi untuk menahan segala keinginan tahunya.

Tempat ini sungguh aneh dan sangat mengerikan. Entah ritual seperti apa yang akan dia jalani setelah ini. Pikiran gadis ayu tersebut dipenuhi oleh berbagai macam spekulasi tentang apa yang akan terjadi.

Bu Sulastri nampak tak marah sedikitpun dengan pertanyaan yang dilontarkan oleh menantunya itu. Beliau justru menjawabnya dengan lembut.

"Tempat ini disebut Papan Tresno, tempat kau melakukan ritual jarik perawan. Untuk membuktikan jika engkau layak atau tidak untuk anakku Arjuna."

******
Cerita panjangnya ada di KBM app ya.

TOLONG BANTU SUPPORT LINK YOUTUBE SAYA DENGAN SUBCRIBE dan LIKE ya.
https://youtu.be/KbSYq97K2uo

TERIMA KASIH 😘💕

GARIS DARAH WARISAN (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang