LIMA

796 159 8
                                    


Kututup kedua mata dengan salah satu lenganku. Setelah melakukan donor darah, aku belum memiliki energi yang cukup untuk bangkit. Namun aku tahu, kalau waktu terus berlalu- dan aku belum mendapatkan kabar terbaru mengenai keadaannya.

"Rin, gue bersyukur karena jadi kembarannya Atsumu." Apa yang aku ucapkan mungkin tidak dapat dimengerti oleh Rin. Hanya saja, aku ingin mengatakan bahwa aku bersyukur bisa membagi darahku disaat Atsumu benar-benar membutuhkannya.

"Sam, Lo belom makan- apa mau gue beliin sesuatu?" Tanya Rin yang langsung kutolak.

Aku bangkit dari ranjang, kemudian mengajak Rin untuk mencari makanan yang dijual sekitar rumah sakit- atau, lebih praktis jika langsung mampir ke kantinnya. Sebetulnya, aku tidak ingin jauh-jauh dari ruang tindakan tempat Atsumu dirawat. Tapi aku juga tidak bisa membuat Rin terus-menerus khawatir dengan keadaanku.

"Happy birthday, ya." Ucap Rin tiba-tiba.

Aku terpaku ditempat, kemudian buru-buru melirik jam tangan yang kukenakan. Ah, ternyata hari sudah berganti- dan sekarang adalah hari ulang tahunku, juga Atsumu.

"Gue sampe lupa sama ulang tahun sendiri. Makasih, Rin." Mataku berkaca-kaca, dan aku berusaha keras untuk menyembunyikannya. Di hari yang harusnya penuh dengan kebahagiaan, aku malah khawatir akan ditinggalkan saudara kembarku.

"Cengeng lo, Sam."  Ejek Rin. Ia memberikan sebuah sapu tangan kepadaku.  "Jadi, apa harapan lo di ulang tahun kali ini?" Rin berusaha mencairkan suasana.

Aku tersenyum tipis. Didalam hatiku, terdapat sebuah keinginan yang kuat. Aku ingin Atsumu baik-baik saja, dan bisa menjalani hari-hari seperti biasanya.

---

"Ada sebuah rotasi, atau sebuah cidera yang cukup serius di kepalanya. Kami sudah berusaha semaksimal mungkin dalam menangani hal tersebut, dan semuanya berjalan dengan lancar." Jelas Dokter yang baru saja keluar dari ruang tindakan.

"Jadi, Atsumu baik-baik aja kan?" Aku tak sabar lagi. Setiap kalimat yang keluar dari bibir dokter itu membuatku takut mendengarnya.

"Dia memang berhasil melewati masa kritisnya. Tapi mohon maaf, sekarang pasien sedang dalam keadaan Koma." Awalnya, Dokter itu terlihat sedikit ragu untuk berbicara. Tapi akhirnya, ia melanjutkan penjelasan mengenai keadaan Atsumu selengkap-lengkapnya.

---

"Happy birthday... to you. Happy birthday... to you. Happy birthday, Miya Atsumu. Happy birthday... to you." Ku genggam tangan Atsumu kuat-kuat. Pandanganku tertunduk sembari menyanyikan lagu ulang tahun. Aku tak ingin Atsumu tahu kalau aku menangis. Meskipun mata Atsumu masih terpejam dengan kuatnya.

Ada hal, yang membuatku sedikit penasaran. Tentang mengapa Atsumu berlari secara tiba-tiba dihari itu.

"Cepetan bangun, Tsum... Gak ada yang ngejahilin gue, nih. Sepi tau!" Lagi-lagi aku mengomel sendiri. Walaupun aku tahu kalau Atsumu tidak akan pernah merespon apa yang aku ucapkan.

Mungkin, aku yang mulai cerewet dihadapan Atsumu ini adalah bentuk penyesalan. Iya, aku menyesal karena meninggalkan Atsumu sendirian dirumah. Sebab aku sudah bersikap egois, dan menyepelekan Atsumu yang sudah berusaha melaksanakan tanggung jawabnya sebagai seorang kakak.

"Atsumu,... gue minta maaf, ya..." Sesalku.

Sulit bagiku untuk melihat keadaan Atsumu. Ia yang tadinya penuh semangat, dan aktif bergerak- kini terbaring dengan akibat cidera yang cukup serius. Bahkan, Atsumu hanya bisa makan menggunakan pipa kecil yang dipasang melalui lubang hidungnya.

---

"Sam, gue liat-liat kok muka lo kayaknya pucet deh." Rin mendekat, menatapku dengan teliti.

Kado untuk Atsumu [ END ] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang