15. strange

715 127 64
                                    

🍂

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🍂

Semua menjadi sangat asing sekarang, Jayoon enggan meminta maaf dan Haruto sudah malas dengan urusannya. Tujuan dan niatnya pindah sekolah untuk mencari ketenangan, dia tak mau hidupnya di takuti rasa bersalah. Sudah saatnya Haruto melupakan masalahnya, sekalipun sebenarnya dia harus menyelesaikannya.

"Harga diri itu penting, gue capek minta maaf terus sama Jayoon." keluh Haruto, saat ini dia sedang berada di rumah Jeongwoo untuk menginap.

"Minta maaf kok capek, lagian kalian ada masalah apa sih sebenarnya?"

"Masa lalu yang belum kelar,"

"Kalian pacaran atau gimana?"

Haruto langsung melotot ketika mendengar pertanyaan itu, mana mungkin di usianya yang masih sangat muda sudah terlibat masalah percintaan dengan Jayoon.

Plak- pukulan keras di kepala Jeongwoo dengan buku yang ada di tangan Haruto.

"Sakit, setan!" seru Jeongwoo sambil mengusap rambutnya.

"Ya lo pikir aja, nyet! Gue sama dia kan temenan waktu SD, itu pun sekitar kelas satu atau dua. Gila kali, gue pacaran sama dia."

"Ya tinggal jawab enggak, apa susahnya?"

"Harus di jelasin!"

Entah sejak kapan mereka sudah terbiasa bersama hingga akhirnya menjadi akrab, bahkan yang tadinya Haruto sangat dingin berubah menjadi sangat menyebalkan. Kadang, Jeongwoo nyesal ngajakin Haruto temenan.

"Gue gak tau masalah kalian berdua, tapi gue harap bisa di selesaikan-"

"Oh ya, lo inget cewek yang nangis waktu itu gak?" potong Haruto.

"Inget, padahal anaknya cantik, seksi, tinggi, dan tipe gue banget. Tapi, dengan tega lo buat dia nangis dan jatuh ke tanah." jawab Jeongwoo mendramatisir cerita yang dia lihat.

"Lebay! Dia itu, mantan gue, Wo."

"Oh, gak heran sih!"

"Masalah terakhir gue sama Jayoon itu ya karena dia, coba aja Jayoon gak di iket di tengah hutan sama dia. Pasti gak gini hubungan gue sama dia, Wo."

"Oh, jadi mantan lo yang iket Yoon di hutan, cantik tapi jahat."

Haruto menganggukkan kepalanya, sebenarnya dia belum mau cerita, tapi karena baginya itu penting dia tak segan bercerita dengan Jeongwoo.

"Eh, orang tua lo mana?" tanya Haruto.

"Biasa, keluar kota tiga hari. Makanya gue ngajak lo tidur di rumah."

"Jam berapa sekarang?"

Jeongwoo memeriksa jam tangannya, lalu ia tunjukkan di depan wajah Haruto. Meski menyebalkan, Haruto jadi tahu jam saat ini. Ternyata masih pukul delapan malam, saatnya dia mencari makan di ayam geprek langganan baru-baru ini.

AFTER BULLYING | HARUTO✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang