Welcome
.
.
.[POV 3 : Ryn, Jack, Ace]
Hari ini ketika Ryn terbangun, ia melihat pepohonan yang tinggi menjulang di sekitarnya. Rasanya, kejadian serupa pernah ia alami sebelumnya. Sewaktu pertama kali membuka matanya di dunia sihir, ia juga terbangun di tengah hutan, persis seperti yang ia alami barusan. Hanya saja, kali ini sedikit berbeda.Kini, ia disuguhi sebuah pemandangan langka--mengabaikan fakta bahwa apapun dapat terjadi di dunia sihir--di mana pohon-pohon tersebut menggugurkan warna daun yang berbeda-beda, meski berjenis sama. Juga tidak ada yang menyambut dirinya seperti sebelumnya. Ia benar-benar sendirian sekarang.
"Apa aku salah masuk portal?" batinnya bingung bercampur kesal karena tidak biasanya ia mengalami kejadian seperti ini.
Sebenarnya, tujuannya melewati portal dimensi adalah untuk ke dunia manusia, tapi entahlah. Saat ini ia malah tersesat entah di mana. Mungkin di sebuah daerah terpencil dunia sihir yang belum pernah ia kunjungi sama sekali, sehingga tampak asing baginya.
Setelah beberapa menit menyesuaikan diri, ia bangkit dan memperhatikan sekali lagi sekitarnya dengan saksama. Ryn celingukan mencari keberadaan portal di sekitar sana. Kalau ia terbangun di sini, seharusnya letak portal itu tidak jauh darinya.
"Sial," umpatnya dalam hati saat tetes-tetes air hujan--sesuatu yang sangat ia benci--mulai mengenai wajahnya.
Ryn buru-buru mengenakan tudung jubah akademinya dan memilih untuk bergerak maju mengikuti instingnya daripada membiarkan dirinya terguyur hujan tanpa melakukan apa-apa. Selama perjalanan, Ryn mulai menyadari adanya beberapa kejanggalan.
Pertama, ia tidak bisa mengambil barang dari tas sihirnya. Kedua, kekuatan sihir selain kekuatan utamanya tidak dapat diaktifkan entah kenapa. Ketiga, ia bahkan tidak bisa memanggil Rara. Entah beruang kecil itu sedang tidur atau sengaja mengabaikannya, tapi perasaannya tidak enak.
Ia merasa koneksinya dengan hewan sihirnya itu terputus. Tidak biasanya pula Rara mendiamkannya di saat-saat seperti ini, mengingat hewan itu sangat heboh dan seringkali merepotkannya di tempat-tempat yang menarik perhatian beruang kecil itu.
Belum lagi tidak adanya tanda-tanda kehidupan di sekitarnya selain pepohonan pelangi yang sama sekali tidak menuntunnya menuju suatu hunian ataupun tempat berteduh setelah hampir tiga puluh menit ia melangkah.
Ryn menghela napasnya. Baiklah, ia akan memastikan sesuatu sekali lagi.
Diangkatnya tangan sebelah kanan dan dengan sengaja ia meletupkan energi sihirnya hingga membentuk sebuah ledakan salju.
Gadis itu terkesiap. Tubuhnya terhuyung beberapa langkah ke belakang saat melepas ledakan salju kecilnya. Tenaganya seolah terkuras banyak, hanya untuk sebuah teknik sihir tingkat rendah yang mungkin bisa ia keluarkan ratusan kali dalam keadaan normal.
"Ini bahaya!" batinnya lagi-lagi bersuara.
Meski tidak bertemu monster atau makhluk berbahaya lainnya, sudah dapat dipastikan bahwa tempatnya berpijak saat ini tidak aman baginya. Ia memandang sekitar dengan waswas. Ia yakin ada semacam kabut sihir pengurang stamina atau energi yang dapat melumpuhkan kekuatan, yang sialnya tidak bisa ia deteksi sama sekali.
Ryn berusaha menajamkan penglihatannya di tengah warna-warni dedaunan gugur yang bercampur dengan derasnya hujan. Saat itulah, sepasang mata birunya menangkap pergerakan seseorang yang sedang berlari tak jauh dari tempatnya.
"Hei, tunggu!" teriaknya sambil mengejar sosok tersebut.
"Tolong berhenti!" teriaknya lagi, tapi kini dengan volume yang lebih keras agar sosok tersebut dapat mendengarnya.
Sosok tersebut berhenti, sesuai harapannya. Tak menyia-nyiakan kesempatan, Ryn segera menyusul. Entah itu kawan atau lawan, tidak ada salahnya untuk memastikannya terlebih dahulu.
"Hei..."
Saat beradu tatap dengan sepasang mata onyx yang dilindungi kacamata dan terkesan mengintimidasi, Ryn kehilangan kata-katanya. Lelaki itu tidak memutus kontak mata, begitu pula dengan Ryn. Tetapi tidak ada konversasi di antara keduanya, bahkan setelah dua menit berlalu. Mereka berdua hanya diam di bawah guyuran hujan, sepertinya sibuk mencurigai satu sama lain lewat tatapan.
Sampai pada akhirnya kontak mata mereka berhasil diputus secara paksa oleh sebuah bola api yang melesat di hadapan mereka. Membuat keduanya terhuyung mundur secara reflek, walaupun serangan tersebut memang tidak bertujuan untuk melukai keduanya.
"Kau..." tunjuknya pada lelaki bermata onyx yang kini telah memasang kuda-kuda.
Tak butuh waktu lama bagi Ryn untuk mengenali siapa pemilik suara tersebut.
Tidak. Bahkan sejak bola api itu dilepaskan di hadapannya, Ryn sudah mengenalinya.
"Menjauh dari Ryn atau kau mau kubunuh?"
.
.
.Tbc
************************************
Published : 1 Februari 2022
Tema : Buat cerita yang berawalan "Hari ini ketika aku terbangun, aku melihat..."
A/N :
Woaa, tema yang cocok buat pembukaan, gatau besok /berguling
Well, setidaknya sudah ada 3 karakter yang muncul di hari pertama ini. Semoga ke depannya Rina ga bolong-bolong supaya cerita ini bisa selesai dan tidak berakhir seperti-- ya itulah pokoknya //plak (tidak mampu menyebutkan judul tapi pokoknya itu work dwc dua tahun lalu yang gagal tamat 🥲👀)
Oke deh, kalau gitu sampai jumpa besok di tema selanjutnya~ Nantikan juga kemunculan tokoh-tokoh imut lainnya xixi
Anyway, happy chinese new year bagi yang merayakan~
KAMU SEDANG MEMBACA
Fraternity: the Adventure of the Main Characters [END]
Fantasi[NPC 28 DWC 2022] Semua pemeran utama berkumpul dalam sebuah petualangan yang seru, menegangkan, dan penuh kejutan dalam dunia baru yang penuh dengan rahasia. . . . Warning : - Cerita ini mengandung spoiler dari cerita lainnya. - Cerita ini belum...