2

45 16 0
                                    

The Star advises you not to lose hope for something seemingly unattainable. It is much closer than you think, but wishing alone is insufficient. You must act on your thoughts as well.

.
.
.

[POV 3 : Alara, Red]

Gadis berambut keriting itu hanya mampu merotasikan matanya jengah saat melihat tingkah Red yang sedaritadi hanya mengeluh perihal pinggangnya yang sakit akibat terantuk gerobak kayu. Padahal, mereka sedang dalam situasi yang lumayan genting. Adik kembar Red terpisah dari mereka, atau lebih tepatnya tidak bersama mereka saat mereka terbangun di tempat yang aneh beberapa menit lalu.

Alara dan Red pertama kali sadarkan diri dalam kondisi duduk bersandar pada dinding batu sebuah bangunan tak terpakai di ujung gang buntu. Tentu saja keduanya kebingungan setengah mati. Apalagi saat menyadari bahwa Lavender dan Ocean--naga air mereka--tidak bersama mereka. Barang-barang bawaan mereka juga hilang entah ke mana. Mungkin ada bersama Lavender dan Ocean.

Sedikit beruntung, karena mereka berada di sana saat malam hari tiba. Rupanya mereka juga sedang berada dalam kawasan yang lumayan ramai. Sebuah festival barang antik sedang terlaksana di tempat itu.

Red juga kebetulan menemukan satu kantong uang koin, mungkin milik seseorang yang tidak sengaja terjatuh dan tidak menyadarinya karena terlalu fokus melihat barang antik yang sedang diobral malam itu. Ia menggunakan sekantong koin curiannya tersebut untuk membeli sebuah jubah guna melindungi Alara dari sinar matahari nantinya. Untuk berjaga-jaga, kalau semisal mereka belum bertemu dengan Lavender hingga matahari terbit esok harinya.

Awalnya, Alara tidak setuju dengan keputusan Red yang main ambil uang orang untuk membeli jubah yang tak terlalu bagus bahannya. Tapi mau bagaimana lagi? Ia juga tidak bisa melarang karena hal itu menyangkut tentang hidup dan matinya.

Mereka berbelok dan melihat-lihat beberapa stan yang menjajakan banyak barang antik. Tidak terlalu banyak yang berlalu lalang, kebanyakan dari mereka sedang mengantre atau berkerumun sambil mendengarkan celotehan dari para penjual yang saling bersahutan mempromosikan dagangannya.

"Red, tidakkah ini aneh? Kenapa bisa kita tidak sadarkan diri dan bangun di tempat seperti ini? Aku juga tidak mengerti bahasa yang digunakan, tapi secara ajaib otakku langsung menerjemahkannya. Ini sungguh keren dan menakutkan di saat yang bersamaan," bisik Alara pada Red yang berjalan di sisi kanannya.

Sebenarnya, Red sudah sadar dari awal. Ia sudah sadar semenjak percikan listrik keluar dari telapak tangannya alih-alih sihir air miliknya. Dicoba berulang kalipun, tetap sama. Beruntung tidak ada yang melihat dan menyadarinya. Kalau ada, bisa-bisa ia akan menimbulkan kegaduhan di keramaian tersebut.  Darisana, Red langsung tahu kalau ada yang aneh dan mereka sedang tidak dalam situasi yang baik-baik saja.

Karena Red tidak menggubris Alara, gadis itu akhirnya memukul lengan Red lumayan keras hingga cowok itu mengaduh.

"Kenapa?!" Ketus Red jengkel.

Alara mendelik. "Apa telingamu bermasalah?"

Red menaikkan sebelah alisnya. "Tentu tidak. Pertanyaanmu retoris. Aku juga sudah sadar dengan hal itu, kau saja yang lamban menyadarinya."

Alara mencebik kesal. Memang benar, Red selalu menyebalkan setiap saat, bahkan di situasi yang genting sekalipun. Ia tidak berkata apa-apa lagi. Alara mengalah. Karena kalau diteruskan bisa panjang ujungnya. Tidak bagus kalau mereka berdebat sepanjang perjalanan, mengurangi fokus utama mereka yang sedang mencari keberadaan Lavender dan naga air mereka.

Tak terasa, mereka kini sudah berada di ujung jalan. Mereka berdua menghela napas kecewa, melihat jalan buntu tersebut sementara Lavender saja belum terlihat batang hidungnya sedikitpun. Namun ada yang menarik perhatian mereka. Di ujung jalan tersebut, terdapat sebuah tenda. Bagian depannya tergantung sebuah banner yang bertuliskan pola aneh berbentuk spiral, kotak, dan pola lainnya. Meski begitu, anehnya Alara dan Red kini dapat melihat pola tersebut sebagai huruf dan berhasil membacanya dengan lancar tanpa kesulitan.

Fraternity: the Adventure of the Main Characters [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang