1. Hukuman

955 21 0
                                    

Happy Reading, Guys

**

"Shafira! Keluar kamu!!! Kamu pikir bisa melarikan diri dariku, hah?!"

Shafira terlonjak, kaget bukan main merasakan gedoran kuat di daun pintu jati coklat mengkilat yang dia sandari. Napasnya tersengal-sengal, mata terpejam, merapalkan doa berharap lelaki diluar sana dilunakan hatinya.

"Shafira! Cepat buka pintunya sebelum aku dobrak!!!"

Telinga Shafira terasa berdenging mendengar suara teriakan pria bernada ancaman. Rasa kalut campur takut menguasainya. Tidak mungkin ia bisa melarikan diri, karena keberadaan kamarnya ada di lantai dua.

"Tidak! Kumohon, jangan sampai pintu ini terbuka!" racau Shafira pelan dengan bibir bergetar, jantung berdegup tidak karuan. Keringat sudah membanjiri seluruh tubuhnya.

"Kamu tidak bisa lepas dariku! Kamu dengar itu, Shafira?!" Teriakan dari luar sana semakin kencang disertai emosi tingkat tinggi.

Yaa Tuhan, kumohon lunturkan kekerasan hati suamiku! Doa Shafira dalam hati. Doa yang kerap kali ia panjatkan disetiap menghadapi situasi menakutkan seperti ini.

Pintu bukan lagi digedor, tapi berusaha didobrak menjadikan tubuh Shafira memantul ke depan berkali-kali. Gadis itu semakin dikuasai rasa takut, tubuh gemetar, wajah pucat pasi.

Shafira mundur dari pintu, karena merasakan benda menjulang bercorak bunga cendana itu mulai menyerah, sedikit demi sedikit pertahanannya memperlihatkan kekalahan.

Shafira mencengkram kuat kedua sisi gaun merahnya, menggigit bibir, hingga air mata mulai meluncur satu persatu saking ketakutan. Menatap tidak berkedip engsel pintu yang sebentar lagi pasti bakal jebol.

Brrraaakkk!

Shafira memekik sambil menjauh dari pintu, begitu benda tersebut berhasil ditaklukkan, menimbulkan kerusakan dibagian kunci, bahkan hancur tidak berbentuk. Gadis itu memandang ngeri seseorang yang berdiri menjulang dengan wajah merah padam.

Pria dewasa berparas tampan. Hidung mancung, rahangnya ditumbuhi bulu-bulu halus menambah kesan jantan sang pria. Tubuh tinggi besar, dengan dada bidang tertutup tuxedo putih.

Tatapan sang pria tajam menghunjam, seakan ingin melumat hidup-hidup gadis yang tengah ketakutan di depannya. Tiba-tiba Shafira berlari menuju kamar mandi saat lelaki itu melangkah mendekatinya.

"Mau lari ke mana kamu, Shafira?!" ucap pria itu gusar, seraya mengejar sang gadis.

"Aaahhhkk, sakit!" pekik Shafira saat bahunya berhasil dicengkram kuat tangan sang pria, sebelum menyentuh knop pintu toilet.

Tangan besar dan kuat itu beralih menarik rambut Shafira yang panjang di kepang, hingga mundur membentur dada bidang sang pria. Tanpa ampun tubuh ramping itu dibanting ke atas tempat tidur berukuran jumbo dengan posisi terlentang.

"Kumohon, jangan sakiti aku, Tuan!"

Shafira berusaha bangun kembali. Namun, sang pria tidak memberinya celah  untuk bisa melarikan diri, karena tubuhnya kini ditindih, rahang dicengkram kuat.

Mata sang gadis semakin dirapatkan, tidak berani melihat sosok yang menghimpit tubuhnya dari atas. Cairan bening menetes di kedua sisi pupilnya makin deras.

"Kamu sudah membuatku malu, Shafira! Kelakuan tidak terpujimu bisa membuat para investorku kabur!" desis pria bercambang itu tepat di telinga Shafira.

"M-maafkan aku, Tuan Devas. Sungguh aku ti-tidak sengaja ...."

"Kamu pikir dengan minta maaf keadaan akan kembali kesemula, hah?! Kamu harus menerima hukumannya!"

Shafira tidak mampu menebak hukuman apa yang bakal ia terima saat ini. Apakah pukulan seperti biasa, atau pria itu akan menghardiknya habis-habisan, atau bisa jadi 24-jam dikunci di gudang.

Shafira mengutuk kebodohannya yang tidak hati-hati melayani tamu kehormatan Tuan Devas, sehingga dia harus mendapat murka sang pria yang tidak lain suaminya itu.

Belum usai berpikir lebih lanjut perihal hukuman yang bakal ia terima atas kecerobohannya, mata Shafira membulat sempurna yang semula memejam rapat. Wajah sang Tuan tidak berjarak dengannya.

Pria berambut hitam dan tebal itu berusaha menyerang bibir ranum dan seksi milik Shafira dengan brutal. Gadis itu sekuat tenaga tidak memberi celah sang tuan mengeksplor lebih ke dalam. Giginya merapat kuat. Akibatnya Devas makin berang, sehingga menggigit bibir bawah sang gadis.

Shafira tidak menyerah tetap mengatupkan mulutnya sekuat mungkin, tidak peduli bengkak dan mengalirkan darah, dan sekuat mungkin untuk tidak menjerit.

Tidak berhenti sampai di situ Devas beralih menyerang leher, meninggalkan bekas gigitan dan hisapan di sana. Shafira bukanya menikmati, tapi semakin meringis, bahkan kali ini mengeluarkan jeritan tertahan.

Devas merobek gaun bagian pundak Shafira. Gadis itu makin tidak berdaya, menangis, menjerit, meronta pun percuma, tenaga kalah, dan suaranya tersendat di tenggorokan campur isak tangis.

Siapa pun tidak akan ada yang berani menolongnya dari kukungan tuan besar pemilik rumah mewah ini.

"Kumohon, hentikan, Tuan!" ucapnya lemah, tidak mampu lagi melawan. Hanya bisa berdoa dalam hati, semoga pria yang sedang dirasuki angkara itu tidak melakukan lebih dari ini ....

"Aaahhhkkk, sakit!" Kembali Shafira memekik, saat bahunya terkena gigitan.

Kemudian tubuh Shafira sedikit lebih ringan, tiada beban yang menindih. Rupanya Devas sudah berdiri menjulang seraya bertolak pinggang. Napas memburu dengan tatapan tetap menusuk.

"Itulah hukuman yang pantas kamu terima, dan itu belum seberapa, Shafira!" Devas merapikan tuksedonya, menyugar rambut agar terlihat lebih rapi.

"Sekali lagi aku peringatkan kamu, Shafira Malaika Athaya, seorang Devas Isanders Perdana tidak ingin melihat kesalahanmu lagi sekecil apa pun, jika kamu masih melakukannya, aku tidak akan segan memberimu hukuman lebih dari ini .... Ingat! Meskipun kamu adalah istriku, itu hanya sekadar Status di surat nikah, kamu hanya tidak lebih sebagai pelayanku, paham!"

Puas memberi hukuman yang baginya belum seberapa dan menyemburkan kalimat-kalimat yang langsung menusuk ke inti jantung sang gadis, Devas meninggalkan Shafira yang sedang menangis kelelahan.

Ngilu, perih, dan sakit di hati berbaur jadi satu, membuatnya kerap kali merintih pilu. Kebrutalan suaminya bukan sekali ini saja, setiap melakukan kesalahan sekecil apa pun Shafira selalu mendapat hadiah, yaitu hukuman.

Namun, baru kali ini ia diperlakukan tidak senonoh oleh suaminya, seperti barusan. Berawal dari satu kecerobohan yang tidak sengaja dia lakukan, yaitu menumpahkan minuman di gaun salah satu istri relasi bisnis Devas saat dipesta pertemuan antar Big Boss.

Shafira masih kaku saat diajak ke pesta besar tersebut, karena ini pertama kali baginya. Tangan gemetar saat memegang gelas mewah dan diajak bersulang, ditambah seorang pelayan hotel tidak sengaja menyenggol dari belakang, mengakibatkan minumannya tumpah mengenai seseorang.

Saat itu emosi Devas sudah mulai terpancing dengan tingkah memalukan Shafira. Namun, amarah itu ditahannya hingga tanpa peringatan, langsung menarik tangan sang gadis keluar dari gedung tempat pesta berlangsung.

Shafira di dorong kasar masuk ke mobil, lalu Devas meluncurkan kendaraan sport mewah itu dengan kecepatan tinggi menuju kediamannya. Semakin cepat mobil itu melaju semakin cepat pula pria itu bisa menghukum sang istri.

Setibanya di halaman depan rumah, Shafira bergegas turun dari mobil, tanpa menghiraukan teriakan Devas yang menyuruhnya berhenti.

Gadis itu terus berlari menuju kamarnya, hingga terjadilah hukuman itu.

Bersambung

DINIKAHI CEO KEJAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang