10. Aksi Melarikan Diri

481 13 1
                                    

Happy Reading, Guys!

**

Shafira agak gelisah, mondar-mandir tidak jelas. Sesekali dia membuka pintu kamar sekadar ingin tahu apakah Devas terlihat disekitarnya.

Semenjak perdebatan panjang dan sengit beberapa jam lalu, Devas sama sekali tidak terlihat batang hidungnya. Shafira gelisah bukan karena mencemaskan sang suami tidak ada, tapi dia memiliki satu rencana dan ditakutkan diketahui suami kejam itu.

Malam sudah cukup larut, jarum pendeknya menunjuk ke angka setengah sebelas. Sekitar satu jam lalu, Shafira sempat bertanya pada Nena tentang keberadaan Devas, dan menurut kepala pelayan itu, sang tuan pergi entah ke mana dengan mobilnya.

Sekejam apapun Devas memperlakukannya, Shafira tidak bisa menyangkal kenyataan, bahwa Devas adalah suaminya. Jauh dipalung hati ada tanya, di mana sang suami berada malam ini, dan bersama siapa.

"Nena!" panggil Shafira begitu melihat wanita itu melintas tidak jauh dari kamarnya.

Nena menoleh, lantas menghampiri saat Shafira melambaikan tangan, memintanya supaya mendekat.

"Ada apa, Nona Fira?" tanya Nena heran, Shafira menariknya lebih masuk ke kamar dengan tingkah aneh.

"Nena, bisa kah menolongku?" ucap Shafira setelah menutup pintu, supaya bicaranya tidak terdengar keluar.

"Apa yang bisa saya lakukan untuk menolongmu, Nona?"

Shafira tidak lantas menjawab pertanyaan Nena. Dia melangkah mendekati ranjang, lalu menarik sebuah koper yang cukup besar, serta satu tas selempang berukuran sedang, berisi cukup padat.

"Tas itu mau diapakan, Nona?" Nena menyempatkan diri melihat ke arah sudut kamar bagian atas kanan. Rupanya Shafira menutup CCTV yang dipasang di sana menggunakan kain hitam, supaya pergerakan mereka tidak terekam.

Gadis pintar, batin Nena.

"Nena, maukah membantuku pergi dari sini? Aku sudah tidak sanggup lagi tinggal di rumah ini."

Nena terkejut. "Tapi kenapa, Nona?"

"Aku sudah tidak sanggup lagi, Nena. Aku butuh ketenangan dan berhak untuk bahagia. Rumah ini membuatku sangat menderita, aku ingin keluar dari penjara mewah ini. Aku ingin bebas, Nena."

Shafira menangkup kedua tangan Nena, tatapannya begitu memohon, berharap Nena dapat membantunya keluar dari rumah yang menurutnya bagaikan Neraka.

Shafira menyerah. Ini lah saatnya ia pergi selagi Devas tidak ada, sudah cukup siksaan dan hinaan yang ia terima selama ini.

Shafira sudah membulatkan tekadnya untuk pergi sejauh mungkin dari Devas, dan akan kembali menjalani hidupnya seperti dulu. Biarpun dalam kemiskinan asalkan bisa terbebas dari siksaan suami kejam.

"Lalu, bagaimana dengan ibu, Nona? Tuan Devas tidak akan membiarkan kalian begitu saja. Dia pasti akan ambil tindakan begitu tau Nona tidak ada." Nena mengingatkan Shafira pada seseorang yang lebih penting keselamatannya.

Gadis itu menghela napas berat, yang dikatakan Nena benar, kesehatan ibu lebih utama, Devas berjasa sepenuhnya atas keselamatan ibu. Namun, dia sudah tidak sanggup lagi jika terus bertahan di sangkar emas ini.

Tidak! Aku tidak mau harga diriku terus-terusan diinjak. Aku tidak sudi menerima hinaan, sudah cukup penderitaanku sampai di sini!!! Jerit hati Shafira.

"Nena, kondisi ibu sudah membaik, aku rasa aku bisa bawa ibu pergi jauh dari sini. Kumohon, Nena, bantu aku."

Nena terlihat berpikir keras. Jari telunjuknya dia ketuk-ketukan ke dahi.

DINIKAHI CEO KEJAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang