5. Dihukum Di Gudang

605 12 2
                                    

Happy Reading, Guys

**

Mobil mewah warna hitam silver keluaran terbaru milik Devas meluncur di jalanan, meninggalkan debu bertebaran ke segala arah. Penumpang di dalamnya terdiam dalam kebisuan.

Shafira dipaksa ikut oleh Devas, sedangkan Nena pulang bersama supir menggunakan kendaraan lain yang sebelumnya ditumpangi sang nona saat ke dokter.

Perjalanan Devas dan Shafira tidak membutuhkan waktu lama untuk tiba di depan sebuah bangunan megah bak istana, sebab menjalankannya seperti kesetanan.

Devas keluar dari kendaraan, selanjutnya memutari badan mobil untuk membuka pintu dibagian Shafira. Gadis itu ditariknya keluar, kemudian setengah diseret mengikuti langkah sang tuan.

Shafira kewalahan mengimbangi langkah Devas, kakinya seringkali terantuk, bahkan tepat di anak tangga kerap kali kersandung, nyaris terjatuh. Gadis itu hanya bisa meringis menahan sakit di pergelangan lengan yang dicengkram kuat tangan sang pria.

Mata Shafira membulat, kamar miliknya dilewati begitu saja. Langkahnya terus diseret menuju kamar depan paling utama, milik Tuan Devas.

Jantung Shafira berdegup kencang seketika, untuk apa Devas membawanya ke ruangan pribadi dia. Meskipun mereka sepasang suami istri, tapi selama menikah tidak pernah satu kamar.

Devas melempar Shafira masuk lebih dalam ke kamarnya, hingga tersurung ke depan. Dia sendiri mengunci pintu.

Melihat itu tubuh gadis berwajah oval itu kian menggigil. Devas memutar tubuh selepas memasukan anak kunci ke saku celananya. Tatapan menghujam dengan seringai yang bagi Shafira begitu menakutkan.

Pria bercambang itu mulai melangkah pelan. Sehasta demi sehasta mengikis jarak dengan Shafira. Seringainya tetap menghias di satu sudut bibirnya.

"Tu-tuan mau apa?" Tubuh Shafira gemetar. Mundur, mengikuti irama langkahah sang tuan yang semakin mendekat.

"Kenapa kamu begitu takut, Shafira?"

Tubuh belakang Shafira membentur tembok, pertanda tidak ada lagi ruang untuk mundur. Dinginnya dinding terasa meresap melalui punggungnya.

Melihat Shafira terpojok di sudut ruangan, Devan mengunci tubuh menggigil itu dengan tangan yang telapaknya ditempel ke dinding sisi kiri dan kanan.

Mata sang gadis merapat kuat, tidak ingin melihat wajah berbalut garang yang berjarak beberapa inci di depannya. Embusan napasnya begitu panas menerpa pipi mulus Shafira.

"Tenanglah, Sayang. Kamu tidak perlu takut, kamu hanya cukup memberiku satu jawaban. Siapa laki-laki yang bersamamu tadi?"

Rupanya Devas tidak cukup puas dengan jawaban Shafira sewaktu di resto tadi. Dia masih menyimpan kekesalan atas pertemuan istrinya dengan laki-laki bernama Akbar.

"A-aku sudah mengatakannya dengan jujur, Tu-tuan."

"Jangan coba-coba menipuku, Shafira. Kamu sangat tahu apa akibatnya!"

Shafira merasa putus asa, ingin rasanya menjerit sekuat mungkin di wajah sang tuan, bahwa dia tidak menipu. Merasa percuma, menjelaskan pun Devas tidak akan pernah percaya kejujurannya.

"Aku benar-benar berkata yang sejujurnya, Tuan. Bukankah Nena saksinya?"

"Bisa saja Nena dan kamu bekerjasama untuk membohongiku. Sekali lagi katakan padaku, Shafira, ada hubungan apa kamu sama laki-laki itu? KATAKAN!!"

Devas ingin Shafira mengakui sebuah kesalahan, tapi bagaimana gadis itu mau mengaku, karena merasa tidak bersalah. Toh jujur atau tidak baginya sama saja bakal dapat hukuman.

DINIKAHI CEO KEJAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang