7. Perubahan Shafira

446 11 1
                                    

Happy Reading, Guys!

**

"Nena, terima kasih, selalu membantu dan menemaniku," ucap Shafira setelah membaringkan tubuh lemahnya di atas kasur.

"Sudah kewajiban saya membantu Nona. Ini, makanlah dulu, Nona, saya sudah menyiapkannya sebelum mengeluarkan Nona dari gudang bawah." Nena mengambil sepiring nasi lengkap dengan lauk pauk yang masih hangat.

Karena lapar yang tidak bisa diajak kompromi, Shafira menerima sesuap demi sesuap nasi yang disodorkan Nena. Hingga perut terasa penuh, dia pun meminta berhenti.

Nena menyodorkan air minum dengan bibir tersenyum. Senang sang nona mau menikmati makannya, pertanda kondisinya membaik pasca dihukum digudang seharian penuh.

Mata Shafira membentur sebuah bingkisan besar berbentuk kotak di atas meja. Sejak kapan barang itu ada di sana, dan apa isinya?

"Itu apa, Nena?"

Kepala pelayan itu menoleh ke arah tempat yang ditunjuk Shafira, kembali kedua sudut bibirnya melengkung ke atas. Selanjutnya dia menghampiri dan mengambil bingkisan, kemudian menaruhnya di hadapan sang nona.

"Ini pemberian Tuan Devas, untuk Nona." Nena membuka penutup kotak. Mengeluarkan isinya, tercengang lah Shafira.

"Gaun?"

"Iya, gaun baru, lengkap dengan sepatu dan tas." Kembali Nena mengeluarkan isinya yang lain.

"Untuk apa semua itu?" Shafira takjub dengan barang-barang yang katanya pemberian Devas dengan harga selangit.

"Besok ada pesta pertemuan bisnis lagi dengan para kolega Tuan Devas, Nona harus memakainya, dan menyiapkan diri sebaik mungkin."

Tubuh Shafira meradang, teringat kembali saat pertama kali ke acara pertemuan seperti itu membuatnya dapat hukuman cukup mengerikan, karena sudah membuat malu suaminya.

Dapatkah dia menolak untuk kali ini?

"Nena, aku tidak mau, aku takut!"

Wanita bermata sipit itu memahami maksud Shafira. Meraih jemari lentik sang nona, menangkupnya menyalurkan ketenangan.

"Sudah saatnya Nona bersikap berani. Untuk kali ini, jangan membuat Tuan malu."

Shafira menggeleng, tidak menjamin akan membuat sang tuan tidak marah, tidak tersinggung, karena sekecil apapun, di mata Devas, dia selalu salah. Bahkan tidak ada salahpun seolah dicari-cari.

"Aku tidak yakin, Nena. Bagaimana aku bisa mendapat keberanian itu? Aku terlalu lemah, penakut!"

"Dengar, Nona, saya tahu jauh di dalam hatimu, ada keberanian, saya pernah melihat bahkan mendengar Nona melawan Tuan, hanya saja, Tuan Devas selalu mencari kelemahan Nona dengan satu hal, yaitu ibu Nona."

"Ibu?" Terdapat kerutan di dahi Shafira, pertanda heran. Ada apa dengan ibunya?

"Iya, Nona tidak bisa berbuat apa-apa karena keselamatan ibumu ada di tangan Tuan Devas. Tuan sudah banyak membantu ibumu."

Shafira memejamkan mata, yang dikatakan Nena benar semua, tidak dapat disangkal. Sebenarnya ingin dia memberontak dengan perlakuan kejam Devas, hanya saja dia teringat sang ibu.

"Kamu benar, Nena. Lalu, apa yang harus aku lakukan?"

"Malam ini kita akan melakukan banyak hal untuk persiapan besok. Nona tenang saja, masih banyak waktu sebelum acara besok malam dimulai."

Shafira mengangguk pelan, memasrahkan semuanya pada Nena. Entah apa yang akan dilakukan wanita berpakaian serba hitam itu padanya, yang jelas, menurut sedikit penjelasan Nena, dia akan membangkitkan macan tidur dalam dirinya.

DINIKAHI CEO KEJAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang