Eps 11 [I want to give up]

253 189 582
                                    

.
.
.
"Tidak bisakah damai dengan diri sendiri?"

-Garliona
.
.
.

---

Malam menyelimuti bumi, begitu juga menyelimuti Liona. Hari ini dia tidak menjalani hari yang baik, dia tengah mengisi buku warna cream dengan tinta berwarna merah, sudah menjadi ciri khas Liona saat menulis, jika memakai tinta merah itu berarti ia tidak menjalani hari dengan baik.

Setetes demi setetes air mata Liona mengalir keluar, sesekali ia menyeka air matanya agar tidak terjatuh di atas tulisannya. Liona merindukan ibunya, Liona di tampar oleh ayahnya, Liona di caci maki oleh Hilya, dan Liona yang di cueki oleh teman-temannya di sekolah. Semua itu Liona tulis dalam satu lembar kertas dengan tiga puluh garis.

Liona menahan agar suara tangisannya tidak terdengar oleh orang lain, dengan sekuat tenaga ia mengatur napas agar tidak mengeluarkan suara isakan. Dalam pikirannya berbagai hal muncul, beberapa kali ia memukul kepalanya dengan harapan bisa menghilangkan bayangan yang menyeramkan.

Ada rasa ingin menyerah di tengah jalan namun ia masih teringat oleh perkataan Rian.

Rian menghampiri Lio dan memberinya pelukan hangat. Lio terkejut saat dirinya di peluk oleh Rian, andai waktu bisa berhenti ia ingin sekali berada di dalam pelukan nyaman Rian.

"Rian bangga sama Lio," bisiknya tepat di telinga Lio. Lio yang mendengar hal itu tersenyum dan mempererat pelukannya.

"Makasih yah, berkat Rian juga Lio bisa menang. Karena Rian suka banget nyemangati Lio."

Rian melepas pelukan hangatnya dan memandang kedua netra milik gadis di depan nya itu. "Sama-sama, Lio harus sukses yah jangan berhenti di tengah jalan," tutur Rian sembari memegang kedua pundak milik Liona.

"Lio harus bagaimana? Bagaimana Lio menjalaninya? Lio capek, Lio pengen nyerah," ujar Liona dengan suara parau.

Ada berbagai ungkapan yang ingin Liona keluarkan, namun itu semua serasa tersangkut di tenggorokan, dia tidak bisa menyampaikannya seolah ceritanya tersangkut oleh sesuatu dari dalam sana.

Liona berdiri dari duduknya, menutup buku berwarna cream itu kemudian perlahan ia berjalan dan menatap kearah luar melalui jendela.

Tatapannya begitu kosong dia tidak bisa berfikir jernih, karena pikirannya sedang kacau, siapa yang akan menenangkan Liona kali ini?

"Ah seperti ini lagi yah? Lio nda bisa ngelakuin apa-apa ya?" ucap Liona dengan mata yang menatap ke arah langit malam.

"Huft, can I give up? I want to give up, I'm so tired," batinnya sembari memejamkan mata.

Tok... Tok... Tok...

Suara ketukan pintu dan di selingi dengan terbukanya pintu, di sana terlihat Reyhan memakai baju piyamanya dengan raut wajah mengantuk. Reyhan melihat adiknya berdiri di depan jendela, entah Liona menyadari atau tidak kehadiran Reyhan.

Reyhan berjalan mendekati Lio secara perlahan, dan memeluknya dari belakang.

"Hayoh dede kok belum bobo?" Tanya Reyhan.

I'M OKEY!! [END] TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang