Usai kegiatan melelahkan ditambah dengan beban pikiran tugas yang makin hari makin melunjak kuantitasnya. Jisung bergegas pulang karena langit sudah menguning. Kembali seperti kehidupan siswa SMA biasa. Bangun tidur, sarapan, berangkat sekolah, belajar, pulang, begitu seterusnya.
"Kita akan sampai pada stasiun terakhir. Dimohon seluruh penumpang meninggalkan gerbong kereta dan tidak meninggalkan sampah. Pintu sebelah kanan akan terbuka. Sampai jumpa pada perjalanan selanjutnya. Terimakasih sudah memakai transportasi umum."
Jisung keluar dari kereta dan berjalan menuju kedai kopi dekat stasiun. Ia ingin menetralkan pikirannya sejenak. Lagi-lagi atensinya terarah kepada hal lain. Terlihat dua orang sedang bertransaksi menukar barang dengan uang. Namun kali ini terlihat mencurigakan. Jisung menyipitkan matanya dan memastikan lagi. Postur tubuh itu, seperti bocah yang kemarin.
Jisung mendekat kearah dua orang tersebut dan menepuk punggung salah satunya.
"Pak? Jual apa?"
"Eh..ini dek, bubuk nikmat."
Jisung melotot instan karena menyadari hal itu. Terjadi perdebatan setelah ini antara oknum pengedar dengan dirinya. Minho? Ia masih membeku. Berakhir dengan sang oknum melarikan diri. Disini hanya mereka berdua.
"Lo ngapain, Minho?!"
"Anu...gua..em.."
Minho tak sanggup berkata-kata.
"Ngapain lo beli ginian?!"
"Jawab!"
"Gua juga gatau kenapa gua ada disini. Gua ga inget apa-apa."
Minho tertunduk. Jujur, bahkan ia sendiri tak tahu apa yang ia lakukan.
"Kak..gua ga tau barusan kenapa gua langsung terima aja tawaran bapak yang tadi."
"Ceritain dari awal."
"Gua ga inget, ah pusing!"
Jisung menyadarinya. "Lo di hipnotis."
"Ini barang terlarang, Minho. Kalo sampe lo bawa pulang, lo besok ga bisa sekolah lagi."
"Dibilang gua gak tau!"
"Emang tadi bapak-bapaknya nawarin gimana?"
"Tadi, pundak gua ditepok terus bapaknya komat-kamit nyuruh gua ngeluarin dompet. Terus anehnya, ini tangan refleks langsung ngerogoh dompet."
"Nah itu inget!"
"Oiya."
Jisung menepuk kepala keheranan dengan kelakuan anak SMP ini.
"Lo kasih berapa?"
"2 lembar."
"Warna apa?"
"Merah.
OALAH JANC*K ITU DUIT TITIPAN MAMA SURUH BELI BAHAN JAHIT!"
"Jadi, lo kesini mau ke butik buat beli titipan nyokap lo?"
Minho mengangguk. Dibalas dengan helaan napas berat oleh Jisung.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝖠𝗇𝗍𝗂-𝗋𝗈𝗆𝖺𝗇𝗍𝗂𝖼 • 𝙈𝙞𝙣𝙨𝙪𝙣𝙜
Novela Juvenil"Kata bunda, aku boleh nikahin kamu." -ino "Lo masih piyik, bokong lo aja masih biru." -jie