Pada sunyi yang tak kenal gulita, raksimu berterak menghadap rupa jingga si cakrawala. Lelahnya tak lagi ada, seluruh jiwanya selayak bahar mencagun diantara giris hati tanpa rupa. Kau dan dia tak pernah ada, girisan gegana berselimut nanar pada cahaya tak berarah. Darahmu keruh terlintang patera nyala pada gemingnya. Jenggala menantimu dengan gelebah raga agar kausanya tak pergi kemana-mana.
[Semilir Salur, 2022]
KAMU SEDANG MEMBACA
Sayatan Secangkir Pagi
PoesíaSendiri di tepi telaga berombak dalam pikiranmu, mari duduk sejenak menyeruput secangkir pagi di teras rumah kami. Duduk gelisah diiringi sajian orang-orang berlari padat dengan pikirannya masing-masing. LIhat? Sungguh indah bukan menikmati taburan...