02

357 89 24
                                    

Penerangan dosen pria paruh baya di depan sana, tidak berhasil mengusik lamunan Sean. Sejak masuk ke dalam kelas, gadis itu hanya diam di tempat duduknya. Sean sengaja mengambil duduk di pojokan kelas. Gadis itu paling hanya membalas sapaan beberapa teman sekelasnya dan sesekali juga mengangguk mendengar dosen yang sedang menyajikan materi di depan sana.

Dia masih tidak percaya bahwa pagi itu, bisa-bisanya Sean ditabrak seorang Tristan.

Sean tentu tahu siapa sosok Tristan. Dan ia yakin bahkan hampir semua mahasiswa di kampus ini pasti kenal dengan sosok si Wakil Presiden Mahasiswa BEM Universitas Baradwaja yang memang sudah terkenal sejak masa-masa maba nya.

Adinaya Tristan Mahaputra namanya.

Wajahnya tampan dengan rahang tegas dan alis tebal yang tajam. Hidungnya sedikit mancung. Senyumnya pun menawan. Dan Tristan punya ciri khas ketika dia tersenyum, bentuk bibirnya yang tipis akan berubah kotak dengan mata menyipit.

Tristan itu ramah, bahkan terlewat baik hati. Pemuda itu suka sekali memberi perhatian pada orang lain. Cara bicaranya pun halus dengan suara berat. Juga, entah memang kebiasaan atau apa, tapi Tristan selalu menyebut diri dengan 'Saya'. Cukup kaku memang, tapi tidak apa.

Pemuda itu kelewat menarik dengan vibes goodboy-nya, hingga orang-orang banyak yang suka padanya. Meski begitu, ada kalanya Tristan bersikap tegas dengan aura wibawa yang bisa menghantarkan perasaan segan padanya.

Banyak mahasiswi yang terpesona dan menyukai Tristan entah secara diam-diam atau menyatakan secara langsung.

Namun dari yang Sean tahu, orang-orang yang menyatakan perasaan pada Tristan tidak pernah diterima oleh pemuda itu. Jika bukan ditolak secara halus, maka Tristan tolak dengan tegas.

Sampai saat ini, belum ada yang mengisi tempat kosong di samping sang Wapresma.

Cukup lama Sean termenung, hingga tanpa sadar kelas pagi itu sudah berakhir.

"Se! Bengong aja dari tadi. Lo sakit?"

"Ah?" Sean mengerjap. Menatap sekitar sejenak lalu beralih pada sosok gadis cantik dengan rambut pendek yang kini berdiri di depannya sembari memasang wajah penasaran. "Eh, nggak papa. Gue nggak papa. Cuma lagi ada yang gue pikirin aja tadi,"

Gadis di depannya mengangguk. Sedikit membenarkan letak totebag putih yang tersampir pada bahu kiri.

"Bagus deh kalo gitu. Ayo kita ke kantin bentar sebelum kelas Miss Jessi mulai."

Sean mengangguk, kemudian mengikuti langkah gadis itu keluar kelas.

"Oh iya, Na." Si pemilik nama lengkap Aruna Komala menoleh, mengangkat satu alisnya menunggu lanjutan kalimat Sean. "Tadi ada tugas atau apa gitu nggak? Gue kurang fokus dari tadi, jadi cuma dengerin penjelasan awal aja,"

Runa tertawa pelan dengan gelengan kepala kecil. "Serius dah, tumben banget lo begini Se. Lo beneran nggak lagi sakit, kan?"

Sean menggelengkan kepala. Dengan senyum tipis menghias bibirnya, masih menunggu jawaban atas pertanyaannya tadi.

"Tadi nggak ada tugas kok. Tapi katanya bakalan di kasih minggu depan langsung,"

Sean mengangguk. "Ah, gitu. Oke deh. Thanks Na,"

"Yoii!"

Tidak lama, keduanya berjalan memasuki kantin FISIP. Kantin pada pagi itu cukup ramai diisi mahasiswa entah dari FISIP atau dari fakultas sebelah.

Kantin fakultas mereka ini memang terkenal dengan makanan yang enak dan harga terjangkau. Jadi, pemandangan penuh oleh mahasiswa seperti ini sudah biasa.

Loved YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang