Suara Dari Gudang

10.2K 982 55
                                    

"Ayah?" tanyaku.

Namun, wajah Leo tiba-tiba tampak ketakutan. Bukannya menjawab pertanyaanku, ia malah berlari menuju kebun belakang.

"Arsyad, kamu ngapain di sini?" tanya Ayah yang berjalan mendekat. Disusul Om Edwin yang jalan di belakangnya.

"Tadi aku liat ada anak kecil lari ke sana," balasku sambil menunjuk ke arah kebun.

"Kamu kenal?" tanya Om Edwin.

Aku menggelengkan kepala.

"Aneh, biasanya gak ada warga yang berani datang ke sini. Apalagi anak-anak. Lagian kebun belakang itu buntu. Kehalang sungai," jelas Om Edwin.

"Anak lelaki atau perempuan?" imbuhnya.

"Perempuan." Aku terpaksa berbohong.

"Mungkin itu Risa," sahut Ayah.

"Kayanya begitu. Soalnya di atas makam ada kembang tujuh rupa sama kendi yang masih baru. Pasti itu kerjaan dia," ucap Om Edwin sambil menatap makam.

"Dulu waktu Om tinggal di sini, pernah ada yang ngelakuin begitu juga. Cuman pelakunya gak ketauan," sambungnya.

"Emangnya itu untuk apa?" tanyaku, penasaran.

"Katanya itu untuk memanggil Sang Dukun dan anak buahnya. Supaya meneror penghuni rumah."

"Ayah," ucapku sambil menatap ayah.

Ayah memegang pundakku, "Kamu gak usah takut. Ada ayah. Inget, orang yang sudah meninggal gak akan kembali ke dunia."

Aku menggangguk pelan. Kemudian, ayah mengajakku kembali ke dalam. "Kamu udah beresin barang di atas?" tanya Ayah.

"Belum," balasku.

"Beresin dulu."

"Hamid mana?" tanyaku, heran sejak tadi Hamid dan Ibu tak terlihat.

"Lagi tidur di kamar ayah."

"Oh."

Aku kembali ke kamar atas. Kemudian memindahkan tas, buku, laptop dan beberapa helai baju ke kamar bawah.

Kamarnya memang tidak begitu besar. Hanya ada dua kasur berukuran kecil, yang diletakan membetuk huruf L. Serta ada satu meja belajar dan lemari kecil. Sepertinya itu hanya untukku saja.

Brug!

Terdengar suara benda terjatuh. Spontan, aku mengecek ke luar. Hanya ada ayah dan Om Edwin yang sedang mengobrol di ruang tengah.

"Ada apa, Syad?" tanya Ayah, heran.

"Tadi aku denger ada suara benda jatoh," balasku.

"Di mana?"

"Nggak tau, Yah. Aku kira di luar."

"Mungkin dari atas."

"Kayanya dari gudang, Yah. Kedengeran deket banget," balasku sembari menatap pintu gudang.

"Gudang itu belum pernah dibuka," ucap Om Edwin.

RUMAH DUKUNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang